Beautiful Nasheed Ya Tayebah (yA TOYBAH BUKAN NASYID SYIAH) by Sheikh Mishary Rashid Al Affasy aLQUWAITI

Alhamdhulillah ! Beautiful Nasheed.Lyrics with English Translation:

يا طيبة يا طيبة يا دوا العيانا
اشتقنالك والهوى نادانا

O Tayba, O Tayba
O cure of the patient
We miss you, and are passionate to see you

لما سار المركب ناساني
سار والدمع ماجفاني

As the ship departed, it forgot me
they sailed away and my tears never dried up

أخذوا قلبي مع جناني
يا طيبة يا تيم الولهانا

They took my heart and my soul with them
O Tayba, you’re my missing gesture

قبلتي بيت الله صابر
علني يوما لكِ زائر

My direction of prayer (my Qiblah), the house of Allah, I’m
patient
perhaps a day will come to visit you

ياتُرى هل تراني ناظر
للكعبة وتغمرني بأمانا

I wonder, Will I be looking upon alkaaba
and being overwhelmed with it’s safety..

نبينا أغلى أمنياتي
أزورك لو مرة بحياتي

Our prophet, my best wish is to visit you,
At least once in my life

وبجوارك صلي صلاتي
وأذكر ربي وأتلو القرآنا

and near you, to perform my prayers
to praise my Lord, and to recite Qur’an

بُشراكِ المدينة بشراكِ
بقدوم الهادي يا بشراكِ

O Madina, How lucky you are
Because of the coming of the one who guided

فهل لي مأوى في حماكِ
أتمنى فالنور سبانا
نوركم سبانا
Is there a shelter for me, beside you
I wish to be in you, Indeed, your light has enchanted us

alqur’an hanya diturunkan dengan tujuh(7) huruf/qiraat ( dalil qiraat sab’ah( 7))

Pengertian Qira’ah Sab’ah dan Kronologisnya

qiroatus-sabah-1-638

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Sabda Raulullah saw.: “Al-Qur’an diturunkan atas tujuh huruf.”

Hadits ini diriwayatkan dari sejumlah shahabat lebih dari dua puluh shahabat sehingga hampir mencapai derajat mutawattir. Paraulama berselisih pendapat tentang pengertian “tujuh Huruf” tersebut. Perselisihan tersebut hingga mencapai sekitar dua puluh pendapat, diantaranya:

  1. Ia termasuk yang musykil yang tidak dapat diketahui maknanya, karena lafadz “huruf” menurut bahasa bisa berarti huruf hija‘, kata, makna dan segi.
  2. Yang dimaksud bukanlah tujuh (7) yang sebenarnya, tetapi maksudnya ialah memudahkan dan melapangkan.
  3. Maksudnya ialah tujuh bacaan (qira’ah).
  4. Maksudnya ialah tujuh segi dari makna-makna yang bersesuaian dengan lafazh-lafazh yang berlainan. Dari Ubay: “Aku berkata: Sami'(an), ‘Alim(an), ‘Aziz(an), Hakim(an), selama tidak bercampur antara ayat siksa dan ayat rahmat atau ayat rahmat dengan ayat siksa.” (HR.Abu Daud).
  5. Maksudnya ialah kaifiat (cara) mengucapkan dalam tilawah, seperti: idgham, izhhar, tafkhim, tarqiq, imalah, isyba’, mad, qashr, tasydiid, takhfifi, talyin dan tahqiq.
  6. Maksudnya ialah tujuh bahasa (dialek Arab). yaitu dialek-dialek Arab yang paling fasih.
  7. dll.

Pada hakikatnya pendapat-pendapat ini tidak memiliki sandaran dan riwayat, bahkan sebagian besar dari kalangan awam memahaminya dengan qira’ah yang tujuh, wallahu a’lam.

1. Pengertian Qira’ah Sab’ah

  • Qiro’at sab’ah atau qiro’at tujuh adalah macam cara membaca al-qur’an yang berbeda. disebut qiro’at tujuh karena ada tujuh imam qiro’at yang terkenal masyhur yang masing-masing memiliki langgam bacaan tersendiri. tiap imam qiro’at memiliki dua orang murid yang bertindak sebagai perawi. tiap perawi tersebut juga memiliki perbedaan dalam cara membaca qur’an. sehingga ada empat belas cara membaca al-qur’an yang masyhur.
  • Perbedaan cara membaca itu sama sekali bukan dibuat-buat, baik dibuat oleh imam qiro’at maupun oleh perawinya. cara membaca tersebut merupakan ajaran Rasulullah dan memang seperti itulah al-qur’an diturunkan.
  • Sedikitnya, ada tujuh macam bacaan yang berkembang di dunia Islam dalam membacakan ayat-ayat Alquran sesuai dengan dialek umat di suatu daerah.
  • Istilah qiraat yang biasa digunakan adalah cara pengucapan tiap kata dari ayat-ayat Alquran melalui jalur penuturan tertentu. Jalur penuturan itu meskipun berbeda-beda karena mengikuti aliran (mazhab) para imam qiraat, tetapi semuanya mengacu kepada bacaan yang disandarkan oleh Rasulullah SAW.
  • Dari Umar bin khathab, ia berkata, “aku mendengar Hisyam bin hakim membaca surat al-furqon di masa hidup rasulullah. aku perhatikan bacaannya. tiba-tiba ia membaca dengan banyak huruf yang belum pernah dibacakan rasulullah kepadaku, sehingga hampir saja aku melabraknya di saat ia shalat, tetapi aku urungkan. maka, aku menunggunya sampai salam. begitu selesai, aku tarik pakaiannya dan aku katakan kepadanya, ‘siapakah yang mengajarkan bacaan surat itu kepadamu?’ ia menjawab, ‘rasulullah yang membacakannya kepadaku. lalu aku katakan kepadanya, ‘kamu dusta! demi Allah, rasulullah telah membacakan juga kepadaku surat yang sama, tetapi tidak seperti bacaanmu. kemudian aku bawa dia menghadap rasulullah, dan aku ceritaan kepadanya bahwa aku telah mendengar orang ini membaca surat al-furqon dengan huruf-huruf (bacaan) yang tidak pernah engkau bacakan kepadaku, padahal engkau sendiri telah membacakan surat al-furqon kepadaku. maka rasulullah berkata, ‘lepaskanlah dia, hai umar. bacalah surat tadi wahai hisyam!’ hisyam pun kemudian membacanya dengan bacaan seperti kudengar tadi. maka kata rasulullah, ‘begitulah surat itu diturunkan.’ ia berkata lagi, ‘bacalah, wahai umar!’ lalu aku membacanya dengan bacaan sebagaimana diajarkan rasulullah kepadaku. maka kata rasulullah, ‘begitulah surat itu diturunkan. Sesungguhnya Al-Qur’an itu diturunkan dengan tujuh huruf, maka bacalah dengan huruf yang mudah bagimu di antaranya.’” [HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, An-Nasa’i, At-Tirmidzi, Ahmad, dan Ibnu Jarir].

2. Perbedaan qiraat ini berkisar pada masalah:

    • Lajnah (dialek)
  • Tafkhim (penyahduan bacaan)
  • Tarqiq (pelembutan)
  • Imla (pengejaan)
  • Madd (panjang nada)
  • Qasr (pendek nada)
  • Tasydid (penebalan nada)
  • Takhfif (penipisan nada).

Contoh perbedaan qiraat yang paling sering kita jumpai adalah imaalah. Pada beberapa lafal Alquran, sebagian orang Arab mengucapkan vocal ‘e’ sebagai ganti dari ‘a‘. Misalnya, ucapan ‘wadl-dluhee wallaili idza sajee. Maa wadda’aka rabuka wa maa qolee‘. Kendati masing-masing imam punya beberapa lafal bacaan yang berbeda, dalam mushaf yang kita pakai sehari-hari tidak terdapat tanda perbedaan bacaan itu. Perbedaan lafal bacaan ini hanya bisa kita temui dalam kitab-kitab tafsir yang klasik. Biasanya, dalam kitab-kitab klasik tersebut, akan ditemukan penjelasan tentang perbedaan para imam dalam membaca masing-masing lafal itu. Menurut berbagai literatur sejarah, perbedaan dalam melafalkan ayat-ayat Alquran ini mulai terjadi pada masa Khalifah Usman bin Affan. Ketika itu, Usmanmengirimkan mushaf ke pelosok negeri yang dikuasai Islam dengan menyertakan orang yang sesuai qiraatnya dengan mushaf-mushaf tersebut. Qiraat ini berbeda satu dengan lainnya karena mereka mengambilnya dari sahabat yang berbeda pula. Perbedaan ini berlanjut pada tingkat tabiin di setiap daerah penyebaran.

Demikian seterusnya sampai munculnya imam qurra’. Begitu banyaknya jenis qiraat sehingga seorang imam, Abu Ubaid al-Qasim ibn Salam, tergerak untuk menjadi orang pertama yang mengumpulkan berbagai qiraat dan menyusunnya dalam satu kitab. Menyusul kemudian ulama lainnya menyusun berbagai kitab qiraat dengan masing-masing metode penulisan dan kategorisasinya. Demi kemudahan mengenali qiraat yang banyak itu, pengelompokan dan pembagian jenisnya adalah cara yang sering digunakan. Dari segi jumlah, ada tiga macam qiraat yang terkenal, yaitu qiraat sab’ah, ‘asyrah, dan syadzah. Sedangkan, Ibn al-Jazari membaginya dari segi kaidah hadis dan kekuatan sanadnya. Namun demikian, kedua pembagian ini saling terkait satu dengan lainnya.

Jenis qiraat yang muncul pertama kali adalah qiraat sab’ah. Qiraat ini telah akrab di dunia akademis sejak abad ke-2 H. Namun, pada masa itu, qiraat sab’ah ini belum dikenal secara luas di kalangan umat Islam. Yang membuat tidak atau belum memasyarakatnya qiraat tersebut adalah karena kecenderungan ulama-ulama saat itu hanya memasyarakatkan satu jenis qiraat dengan mengabaikan qiraat yang lain, baik yang tidak benar maupun dianggap benar. Abu Bakar Ahmad atau yang dikenal dengan Ibnu Mujahid menyusun sebuah kitab yang diberi nama Kitab Sab’ah. Oleh banyak pihak, kitab ini menuai kecaman sebab dianggap mengakibatkan kerancuan pemahaman orang banyak terhadap pengertian ‘tujuh kata‘ yang dengannya Alquran diturunkan. Kitab Sab’ah disusun Ibnu Mujahid dengan dengan cara mengumpulkan tujuh jenis qiraat yang mempunyai sanad bersambung kepada sahabat Rasulullah SAW terkemuka, Mereka adalah :

  • Abdullah bin Katsir al-Dariy dari Makkah
  • Nafi’ bin Abd al-Rahman ibn Abu Nu’aim dari Madinah
  • Abdullah al-Yashibiyn atau Abu Amir al-Dimasyqi dari Syam
  • Zabban ibn al-Ala bin Ammar atau Abu Amr dari Bashrah
  • Ibnu Ishaq al-Hadrami atau Ya’qub dari Bashrah
  • Ibnu Habib al-Zayyat atau Hamzah dari Kufah
  • Ibnu Abi al-Najud al-Asadly atau Ashim dari Kufah.

Ketika itu, Ibnu Mujahid menghimpun qiraat-qiraat mereka. Ia menandakan nama Ya’qubuntuk digantikan posisinya dengan al-Kisai dari Kufah. Pergantian ini memberi kesan bahwa ia menganggap cukup Abu Amr yang mewakili Bashrah. Sehingga, untuk Kufah, ia menetapkan tiga nama, yaitu Hamzah, Ashim, dan al-Kisai. Meskipun di luar tujuh imam di atas masih banyak nama lainnya, kemasyhuran tujuh imam tersebut semakin luas setelah Ibnu Mujahid secara khusus membukukan qiraat-qiraat mereka.

Semoga bermanfaat bagi pengetahuan kita, amin.

                      ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ                               

Sumber: 

Republika Online