Talqin Dzikir Thareqat

Talqin Dzikir

PDF Cetak E-mail

Image


Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah

http://thoriqoh-indonesia.org/

Di dalam thariqoh ada yang disebut talqinu adz-dzikr, yakni pendiktean kalimat “dzikir la ilaaha illallah” dengan lisan (diucapkan) atau pendiktean ismu adz-dzat lafadz Allah secara bathiniyah dari seorang guru mursyid kepada muridnya. Dalam melaksanakan dzikir thariqoh seseorang harus mempunyai sanad (ikatan) yang muttashil (bersambung) dari guru mursyidnya yang terus bersambung sampai kepada Rasulullah Saw. Penisbatan (pengakuan adanya hubungan) seorang murid dengan guru mursyidnya hanya bisa melalui talqin dan ta’lim dari seorang guru yang telah memperoleh izin untuk memberikan ijazah yang sah yang bersandar sampai kepada guru mursyid shohibuth thariqoh, yang terus bersambung sampai kepada Rasulullah Saw. Karena dzikir tidak akan memberikan faidah secara sempurna kecuali melalui talqin dan izin dari seorang guru mursyid. Bahkan mayoritas ulama thariqoh menjadikan  talqin dzikir ini sebagai salah satu syarat dalam berthariqoh. Karena isi (rahasia) di dalam thariqoh sesungguhnya  adalah keterikatan antara satu hati dengan hati yang lainnya sampai kepada Rasulullah Saw, yang  bersambung sampai  ke hadirat Yang Maha Haqq, Allah ‘Azza wa Jalla.

Dan seseorang yang telah memperoleh talqin dzikir yang juga lazim di sebut bai’at dari seorang guru mursyid, berarti dia telah masuk  silsilahnya para kekasih Allah yang Agung. Jadi jika seeorang berbai’at thariqoh berarti dia telah berusaha untuk turut menjalankan perkara yang telah  dijalankan  oleh mereka.

Perumpamaan orang yang berdzikir yang telah di talqin/dibai’at oleh guru mursyid itu seperti lingkaran rantai yang saling bergandengan  hingga induknya, yaitu Rasulullah Saw. Jadi kalau induknya di tarik maka  semua lingkaran yang terangkai akan ikut tertarik kemanapun arah tarikannya itu. Dan silsilah para wali sampai kepada Rasulullah Saw itu bagaikan sebuah rangkaian lingkaran-lingkaran anak rantai yang saling berhubungan.

Berbeda dengan orang yang berdzikir yang belum bertalqin/ berbai’at kepada seorang guru mursyid, ibarat anak rantai yang terlepas  dari rangkaiannya. Seumpama induk rantai itu di tarik, maka ia tidak akan ikut tertarik. Maka kita semua perlu bersyukur karena telah diberi ghiroh (semangat) dan kemauan untuk berbai’at kepada seorang guru mursyid. Tinggal kewajiban kita untuk beristiqomah menjalaninya serta senantiasa menjaga dan menjalankan syariat dengan sungguh-sungguh. Dan hendaknya juga dapat istiqomah didalam murabathah (merekatkan hubungan) dengan guru mursyid kita masing-masing.

Adab Berdzikir Menurut Alqur’an dan Sunnah

Adab Berdzikir

Image


Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah

http://thoriqoh-indonesia.org/

Adab Berdzikir PDF Cetak E-mail

Untuk melaksanakan dzikir didalam thariqoh ada tata krama yang harus diperhatikan, yakni adab berdzikir. Semua bentuk ibadah bila tidak menggunakan tata krama atau adab, maka akan sedikit sekali faedahnya. Dalam kitab Al-Mafakhir Al-’Aliyah fi al-Ma-atsir Asy-Syadzaliyah disebutkan, pada pasal Adab adz-Dzikr, sebagaimana dituturkan oleh Asy-Sya’roni, bahwa adab berdzikir itu banyak tetapi dapat dikelompokkan menjadi 20 (dua puluh), yang terbagi menjadi tiga bagian; 5 (lima) adab dilakukan sebelum bedzikir, 12 (dua belas) adab dilakukan pada saat berdzikir, 2(dua) adab dilakukan setelah selesai berdzikir.

Adapun 5 (lima ) adab yang harus diperhatikan sebelum berdzikir adalah;

1.     Taubat, yang hakekatnya adalah meninggalkan semua perkara yang tidak berfaedah bagi dirinya, baik yang berupa ucapan, perbuatan, atau keinginan.

2.     Mandi dan atau  wudlu.

3.     Diam dan tenang. Hal ini dilakukan agar di dalam dzikir nanti dia dapat memperoleh shidq, artinya hatinya dapat terpusat pada bacaan Allah yang kemudian dibarengi dengan lisannya yang mengucapkan Lailaaha illallah.

4.     Menyaksikan dengan hatinya ketika sedang melaksanakan dzikir  terhadap himmah syaikh atau guru mursyidnya.

5.     Menyakini bahwa dzikir thariqoh yang didapat dari syaikhnya adalah  dzikir yang didapat  dari Rasulullah Saw, karena syaikhnya adalah naib (pengganti ) dari beliau.

Sedangkan 12 (dua belas) adab yang harus diperhatikan pada saat melakukan dzikir adalah;

1.     Duduk di tempat yang suci seperti duduknya di dalam shalat..

2.     Meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua pahanya.

3.     Mengharumkan tempatnya untuk berdzikir dengan bau  wewangian, demikian pula dengan pakaian di badannya.

4.     Memakai pakaian yang halal dan suci.

5.     Memilih tempat yang gelap dan sepi jika memungkinkan.

6.     Memejamkan kedua mata,  karena hal itu akan dapat menutup jalan indra dzahir, karena dengan tertutupnya indra dzahir akan menjadi penyebab terbukanya indra hati/bathin.

7.     Membayangkan pribadi guru mursyidnya diantara kedua matanya. Dan ini menurut ulama thariqoh merupakan adab yang sangat penting.

8.     Jujur dalam berdzikir. Artinya hendaknya seseorang yang berdzikir itu dapat memiliki perasaan yang sama, baik dalam keadaan sepi (sendiri) atau ramai (banyak orang).

9.     Ikhlas, yaitu membersihkan amal dari segala ketercampuran. Dengan kejujuran serta keikhlasan  seseorang yang berdzikir akan sampai derajat ash-shidiqiyah dengan syarat dia mau mengungkapkan segala yang terbesit di dalam hatinya (berupa kebaikan dan keburukan) kepada syaikhnya. Jika dia tidak mau mengungkapkan hal itu, berarti dia berkhianat dan akan terhalang dari fath (keterbukaan bathiniyah).

10.    Memilih shighot dzikir bacaan La ilaaha illallah , karena bacaan ini memiliki  keistimewaan yang tidak  didapati pada bacaan- bacaan dzikir syar’i lainnya.

11.    Menghadirkan makna  dzikir di dalam hatinya.

12.    Mengosongkan hati dari segala apapun selain Allah  dengan La ilaaha illallah , agar pengaruh kata “illallah” terhujam di dalam hati  dan menjalar ke seluruh anggota tubuh.

Dan 3 (tiga) adab setelah berdzikir adalah;

1.     Bersikap tenang ketika telah diam (dari dzikirnya), khusyu’ dan menghadirkan hatinya untuk menunggu waridudz-dzkir. Para ulama thariqoh berkata bahwa bisa jadi waridudz-dzikr datang dan sejenak memakmurkan hati itu pengaruhnya lebih besar dari pada apa yang dihasilkan oleh riyadlah dan mujahadah tiga puluh tahun.

2.     Mengulang-ulang pernapasannya berkali-kali. Karena hal ini – menurut ulama thariqoh- lebih cepat menyinarkan bashirah, menyingkapkan hijab-hijab dan memutus bisikan–bisikan hawa nafsu dan syetan.

3.     Menahan minum air. Karena dzikir dapat menimbulkan hararah (rasa hangat di hati orang yang melakukannya, yang disebabkan oleh syauq (rindu) dan tahyij (gairah) kepada al-madzkur/Allah Swt  yang merupakan tujuan utama dari dzikir, sedang meminum air setelah berdzikir  akan memadamkan rasa tersebut.

Para guru mursyid berkata: ”Orang yang berdzikir hendaknya memperhatikan  tiga tata krama ini, karena natijah (hasil) dzikirnya hanya akan muncul  dengan hal tersebut.” Wallahu a’lam.

Dasar/Dalil Talqin Dzikir Thariqat

Dasar Talqin Dzikir Thariqat

Image


Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah

http://thoriqoh-indonesia.org/

Dasar Talqin Dzikir PDF Cetak E-mail

Di dalam mentalqin dzikir, seorang guru mursyid dapat melakukan kepada jama’ah (banyak orang) atau kepada perorangan. Hal ini  didasarkan pada riwayat Imam Ahmad dan Imam Thabrani yang menerangkan bahwa Rasulullah Saw telah men-talqin para sahabatnya, baik secara berjama’ah atau perorangan.

Adapun talqin Nabi Saw kepada para sahabatnya secara jamaah sebagaimana diriwayatkan dari Sidad bin Aus RA: ”Ketika kami (para sahabat) berada di hadapan Nabi Saw, beliau bertanya: ”Adakah diantara kalian orang asing (maksud beliau adalah ahli kitab-red), aku menjawab: ”Tidak!” Maka beliau menyuruh menutup pintu, lalu berkata: ”Angkatlah tangan-tangan kalian dan ucapkanlah La ilaaha illallah!” Kemudian beliau melanjutkan: ”Alhamdulillah, ya Allah sesungguhnya Engkau mengutusku dengan kalimat ini ”La ilaaha illallah”, Engkau perintahkan aku dengannya dan Engkau janjikan aku Surga karenanya. Dan Engkau sungguh tidak akan mengingkari janji.” Lalu beliau berkata: ”Ingat! Berbahagialah kalian, karena sesungguhnya Allah telah mengampuni kalian.”

Sedangkan talqin Beliau kepada sahabatnya secara perorangan adalah sebagaimana diriwayatkan oleh Yusuf Al-Kirwaniy dengan sanad yang sahih, bahwa sahabat Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah pernah memohon kepada Nabi SAW: ”Ya Rasulullah, tunjukkanlah aku jalan yang paling  dekat  kepada Allah, yang paling mudah bagi hambanya dan yang paling utama di sisi-Nya!” Maka Beliau menjawab:” Sesuatu yang paling utama yang aku ucapkan dan para nabi sebelumku adalah La ilaaha illallah. Seandainya tujuh langit dan tujuh bumi berada di atas daun timbangan dan La ilaaha illallah berada di atas daun timbangan yang satunya, maka akan lebih beratlah ia (la ilaaha illallah),” lalu lanjut beliau: ”Wahai Ali, kiamat  belum akan terjadi selama di muka bumi ini  masih ada orang yang mengucapkan kata ’’Allah’’.” Kemudian sahabat Ali  berkata: ”Ya Rasulullah, bagaimana aku berdzikir menyebut nama Allah?” Beliau menjawab: ”Pejamkan kedua matamu dan dengarkan dariku tiga kali, lalu tirukan tiga kali dan aku akan mendengarkannya. ”Kemudian Nabi Saw  mengucapakan La ilaaha illallah tiga kali dengan memejamkan kedua mata dan mengeraskan suara beliau, lalu sahabat Ali bergantian  mengucapkan La ilaaha illallah seperti itu dan Nabi Saw  mendengarkannya. Inilah dasar  talqin dzikir jahri (La ilaaha illallah).

Adapun  talqin dzikir qolbi yakni dengan hati tanpa mengerakkan lisan  dengan itsbat tanpa nafi, dengan lafadz ismudz-dzat (Allah) yang diperintahkan Nabi Saw dengan sabdanya: ”Qul Allah Tsumma dzarhum” (Katakanlah, ”Allah” lalu biarkan mereka), adalah dinisbatkan kepada  Ash-Shiddiq Al-A’dham (Abu Bakar Ash-Shiddiq RA ) yang mengambilnya secara batin dari Al-Musthofa Saw. Inilah dzikir yang bergaung mantap di hati Abu Bakar Ra. Nabi Saw  bersabda: ”Abu Bakar mengungguli kalian bukan karena banyaknya puasa dan shalat, tetapi karena sesuatu yang bergaung mantap di dalam hatinya.” Inilah dasar  talqin dzikir sirri.

Semua aliran thariqoh bercabang dari dua penisbatan ini, yakni nisbat kepada Sayyidina Ali Karamallahu wajhah untuk dzikir jahri dan nisbat kepada Sayyidina Abu Bakar Ra untuk dzikir sirri. Maka kedua beliau inilah sumber utama dan melalui keduanya pertolongan Ar-Rahman datang.

Nabi Saw mentalqin kalimah thoyibah ini kepada para sahabat radliallah ‘anhum untuk membersihkan hati mereka dan mensucikan jiwa mereka, serta menghubungkan mereka ke hadirat iIaahiyah (Allah) dan kebahagiaan yang suci murni. Akan tetapi pembersihan dan pensucian  dengan kalimah thoyibah ini atau  Asma-asma Allah yang lainnya itu, tidak akan berhasil kecuali si pelaku dzikir menerima talqin dari syaikhnya yang alim, amil, kamil, fahim, terhadap makna Al-Qur’an dan syariat, mahir dalam hadits atau sunnah dan cerdas dalam akidah dan ilmu kalam. Dimana syaikhnya tersebut juga telah menerima talqin kalimah thoyyibah tersebut dari syaikhnya yang terus bersambung dari syaikhnya yang agung, yang satu dari syaikh agung yang lainnya sampai kepada Rasulullah Saw.


Tata Cara Thoriqoh Syathoriyah

Tata Cara Thoriqoh Syathoriyah

Image


Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah

http://thoriqoh-indonesia.org/

Tata Cara Thoriqoh Syathoriyah PDF Cetak E-mail

Di dalam mendidik, membimbing,dan membina para murid, Thariqah Syathoriyyah menerapkan aturan-aturan sebagai berikut;

  1. Syarat Masuk Thariqah Syathoriyah

Untuk menjadi anggota Thariqah Syathoriyah, seseorang harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Memperoleh talqin dzikir untuk mengamalkan wirid Thariqah Syathoriyah.

b. Yang memberi talqin dzikir adalah mursyid atau orang yang telah mendapatkan izin dan ijazah yang sah memberi wirid Thariqah Syathoriyah.

  1. Kewajiban Murid Syathoriyyah

Setelah menjadi anggota Thariqah Syathoriyah, maka dia mempunyai kewajiban-kewajiban sebagai beikut:

a.Harus menjaga syari’at.

b.Harus menjaga shalat lima waktu berjama’ah bila mungkin.

c.Harus mencintai Sayyidisy Syaikh Abdullah Asy-Syathari selama-lamanya.

d.Harus menghormati siapa saja yang  ada hubungannya dengan Sayyidisy Syaikh Abdullah Asy-Syathari.

e.Harus menghormati semua wali Allah Swt dan semua thariqah.

f.Harus mantap pada thariqahnya dan tidak boleh ragu-ragu.

g.Harus selamat dari mencela Thariqah Syathoriyah.

h.Harus berbuat baik kepada kedua orang tua.

i.Harus menjauhi orang yang mencela Thariqah Syathoriyah.

j.Harus mengamalkan aurad Thariqah Syathoriyah sampai akhir hayatnya.

  1. Larangan Atas Murid Syathoriyah

Seseorang yang telah menjadi anggota Thariqah Syathoriyah, maka dia dilarang melakukan hal-hal sebagai berikut:

a.Mencaci, membenci dan memusuhi Sayyidisy Syaikh Abdullah Asy-Syathari.

b.Meremehkan wirid Thariqah Syathoriyah.

c.Memutuskn hubungan dengan makhluk tanpa ada izin syara’,terutama dengan sesama anggota Thariqah Syathoriyah.

d.Merasa aman dari makrillah.

  1. Aturan Melaksanakan Wirid Syathoriyah

Untuk melaksanakan wirid atau dzikir dalam Thariqah Syathoriyah,hendaknya seseorang mempehatikan aturan-aturan sebagai berikut;

a.Dalam keadaan normal hendaknya bacaan wiridnya terdengar oleh dirinya sendiri.

b.Harus suci dari najis, baik pada pakaian, badan ,tempat maupun apa saja yang dibawanya.

c.Harus suci dari hadats,baik besar maupun kecil.

d.Harus menutup aurat sebagaimana dalam keadaan shalat, baik laki-laki maupun perempuan.

e.Tidak boleh berbicara.

f.Harus menghadap kiblat.

g.Harus dengan duduk.

h.Tashawwurr, yaitu membayangkan wajah mursyidnya dengan memejamkan mata setelah membaca Al-Ikhlas, Al-Mu’awwidzatain, istighfar, dan shalawat ummy serta sebelum hadlrah Al-fatihah.

i.Memikirkan dan mengingat makna wirid yang dibacanya dari awal sampai akhir. Kalau tidak bisa hendaknya memperhatikan dan mendengarkan bacaan wiridnya.

Keterangan

-Kalau ada udzur boleh berbicara asal tidak lebih dari dua kata. Kalau lebih dari itu, maka wiridnya batal, kecuali disebabkan oleh orangtuanya atau suaminya sekalipun bukan murid Syathariyah.

– Kalau ada udzur boleh tidak menghadap kiblat, seperti sedang dalam perjalanan atau sedang berada dalam ijtima’ (perkumpulan).

-Kalau ada udzur boleh tidak duduk, seperti sakit atau dalam perjalanan.

  1. Aurad Thariqah Syathoriyah

Wirid –wirid yang harus dibaca ketika melaksanakan amalan Thariqah Syathoriyyah adalah sebagai beikut:

a.Membaca surat Al-Ikhlas  3 kali.

b. Membaca surat Al-Falaq sekali.

c. Membaca surat An-Nas sekali.

d. Membaca istighfar 3 kali, dengan sighot sebagai berikut:

استغفر الله العظيم الذي لا اله الا هو الحي اليوم واتوب اليه.

e. Membaca shalawat ummy 3 kali sebagai berikut:

اللهم صل على سيدنا محمد النبي الاميى وعلى اله وصحبه وسلم.

f.Tashawwur kepada mursyidnya.

Hadlrah Al-Fatihah kepada:

    1. Nabi Muhammad Saw.
    2. Ahli silsilah Thariqah Syathoriyyah, khususnya kepada Sayyidisy Syaikh Abdullah Asy-Syathori.
    3. Guru mursyidnya.

H. Istidrok bi Kalimah At-Tauhid, yaitu membaca kalimah thoyyibah dengan memejamkan mata sambil menggenggam ibu jari tangan  dengan kedua tangan masing-masing, serta dengan memanjangkan bacaan kalimah thoyyibah sekuat nafas dan membacanya di dalam hati saja dengan di ulang tiga kali.

i. Membaca kalimah thoyibah lagi tujuh kali, dengan dibaca biasa seperti pada umumnya.

j. Membaca kalimah Thoyibah lagi yang sighotnya sebagai berikut;

لااله الا الله,  لا اله الا الله  لا اله الا اللهم حمد رسول الله صلى الله عليه وسلم كلمة حق عليها نحي وعليها نموت وعليها نبعث ان شاء الله تعالى من الامنين.

k. Membaca do’a yang diberikan oleh mursyidnya.

  1. Waktu Pelaksanaan

Untuk melaksanakan dalam Thariqah Syathoriyyah seperti tersebut di atas,waktunya terbagi menjadi dua bagian, yaitu;

a.Ba’da dhuhur, ba’da ‘Ashar dan ba’da maghrib.Diamalkan adalah tersebut di atas, baik urutannya maupun bacaannya, yang jumlah semua kalimah thoyyibahnya adalah 13 kali.

b.Ba’da ‘Isya’ dan ba’da Shubuh. Diamalkan adalah juga sama, hanya ada sedikit perbedaan yaitu pada huruf(i), jumlah kalimah thoyyibahnya adalah 107 kali. Jadi jumlah semua kalimah thoyyibahnya adalah 113 kali.

Keterangan:

Sumber informasi mengenai Thariqah Syathoriyyah ini adalah; 1).KH. Abdul Hamid bin KH.Anas bin KH.Abdul Jamil, salah satu pengasuh Pondok Pesantren “Buntet Pesantren”, Buntet, Astana Japura, Sindang Laut, Cirebon. 2).KH.M. Anis Wahdi Abbas bin KH. Ahmad Mustahdy bin KH. Muhammad Abbas bin KH.Abdul Jamil , Cirebon. 3).KH.M Ni’amullah Khan bin  KH. Abdul Hamid bin KH Anas bin KH.Abdul Jamil, Cirebon.

Adapun sanad thariqah (bukan kemursyidan) para beliau adalah sebagai berikut;

1.KH.Abdul Hamid bin Anas dari  KH.Ahmad Mustahdy dari ayahandanya KH.Muhammad Abbas dari ayahandanya  KH.Abdul Jamil dari Sayid Sholeh dari Syaikh Muhammad Anwar dari Syaikh Asy’ari dari Syaikh Sayyid Muhammad As-Sayyid  Al-Nadaniy dari Syaikh Sayyid  Thohir bin Ibrahim dari Syaikh Sayyid Ibrahim bin Thohir dari Syaikh Sayyid thohir dari Ayahandanya ,Sayid Al-Mala’ Ibrahim Al-Mu’alli dari Syaikh Sayyid Ahmad bin Muhammad Al-Qosyasiy Al-Qurosyi dari Syaikh Sayyid Ahmad Asy-Syanawi dari Syaikh Sayyid Shibghotullah bin Ruhullah Jamal Al-Buruji Al-Husaini dari Syaikh Sayyid Wajihuddin Muhammad Al-Ghouts Al-Alawiy dari Syaikh SayyidDhuhur Al-Hajj Hudlur dari Syaikh SayyidAbul Fath Hidayatullah Sarmasat dari Syaikh Sayyid Qodli Asy-Syathor dari Syaikh SayyidMaulan Abdullah Asy-Syathor dari Syaikh Sayyid Muhammad bin Al-‘Arif dari Syaikh Sayyid Muhammad Al-‘Asyiq dari  Ayahandanya, Syaikh  Khadzaqoli dari Syaikh Sayyid Abul Hasan Al-Khirqon dari Syaikh Sayyid Abul Mudhoffar At-turk Ath-Thusi dari Khawajah Al-‘a’rabi Yazid Al-‘Isyqi dari Khawajah Muhammad Al-Maghrabi dari Syaikh Sayyid Abu Yazid Al-Bustami dari Syaikh Sayyidina Al-Imam Ja’far Ash-Shodiq dari Sayidina Al-Imam Muhammad Al-Bagir Dari Sayidina Al-Imam Zainal Abidin dari Sayyina Al-Imam Al-Husein dari Sayidina Al-Imam Ali bin Abi Thalib radliallhu anhum ajma’in dari Sayyidina Rasulullah Saw dari Jibril AS dari Allah Swt.

2.KH.M.Anis Wahdy ‘Abbas dari KH.Abdullah Abbas dari KH.Ahmad Mustahdy dari ayahandanya KH.Muhammad Abbas dari ayahandanya KH.Abdul Jamil dan seterusnya sama dengan yang di atas.

Tata Cara Thoriqoh Tijaniyah

Tata Cara Thoriqoh Tijaniyah

Image


Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah

http://thoriqoh-indonesia.org/

Tata Cara Thoriqoh Tijaniyah PDF Cetak E-mail

Thariqah Tijaniyah di dalam  mendidik mengarahkan  dan membina para muridnya yang dalam istilah mereka disebut Ikhwan Thariqah Tijaniyyah atau Ikhwan Tijani mempunyai syarat- syarat dan aturan- aturan sebagai berikut;

1.Syarat Masuk

Untuk memasuki atau mengambil wirid dzikir dari Thariqah Tijaniyah, seorang harus memenuhi  syarat-syarat sebagai berikut;

  1. Calon Ikhwan Tijaniy tidak mempunyai wirid Thariqah.
  2. Mendapatkan talqin wirid Thariqah Tijaniyah dari orang yang mendapat izin yang sah untuk memberi wirid Thariqah Tijaniyah.

Keterangan

    1. Apabila calon Ikhwan Tijaniy  telah masuk thariqah lainnya, maka harus dilepaskan. Karena Thariqah Tijaniyah tidak boleh dirangkap dengan thariqah lainnya.
    2. Wirid dari selain Syaikh Ahmad At-Tijaniy yang tidak termasuk ikatan thariqah, seperti hizib-hizib, shalawat dan sebagainya, boleh diwiridkan oleh Ikhwan Tijaniy selama tidak mengurangi kemantapannya terhadap Thariqah Tijaniyah

2. Kewajiban Ikhwan Tijaniy

Setelah seorang tercatat sebagai Ikhwan tijaniy, maka dia  mempunyai kewajiban-kewajiban sebagai berikut:

  1. Harus menjaga syari’at.
  2. Harus menjaga shalat lima waktu berjama’ah bila mungkin.
  3. Harus mencintai Syaikh Ahmad At-Tijani selama-lamanya.
  4. Harus menghormati siapa saja yang ada hubungannya dengan Syaikh Ahmad At-Tijani.
  5. Harus menghormati semua Wali Allah dan semua  thariqah.
  6. Harus mantap pada thariqahnya dan tidak boleh ragu-ragu.
  7. Selamat dari mencela Thariqah Tijaniyah.
  8. Harus berbuat baik kepada kedua orang tua.
  9. Harus menjauhi orang yang mencela Thariqah Tijaniyah.
  10. Harus mengamalkan Thariqah Tijaniyah sampai akhir hayatnya.

3.Larangan atas Ikhwan Tijani

Adapun hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh seorang ikhwan tijani adalah sebagai berikut;

1.Tidak boleh mencaci, membenci dan memusuhi Syaikh Ahmad At-Tijaniy.

2.Tidak boleh ziarah kepada wali yang bukan Tijani, khusus mengenai robithah saja.

3.Tidah boleh memberi wirid Thariqah Tijaniyah tanpa ada izin yang sah.

4.Tidak boleh meremehkan wirid Thariqah Tijaniyah.

5.Tidak boleh memutuskan hubungan dengan makhluk tanpa izin syara’,terutama dengan ikhwan Tijani.

6.Tidak boleh merasa aman dari makrillah.

Keterangan

– Ziarah kepada wali yang bukan Tijani yang tidak boleh adalah ziarah karena istimdad, tawassul,dan do’a. Sedangkan ziarah untuk silaturrahim, untuk mengaji/menuntut ilmu atau ziarah semata-mata  karena Allah Swt, maka boleh.Bagi Ikhwan Tijani yang belum tahu ziarah yang boleh dan yang tidak boleh, hendaknya jangan melaksanakan ziarah, karena bisa membatalkan keterikatannya dengan Thariqah Tijaniyah.

–  Yang dimaksud meremehkan wirid  ialah musim-musiman dalam melaksanakan  wirid Thariqah Tijaniyah, mengundurkan waktunya tanpa udzur dan melakukan wirid dengan bersandar tanpa adanya udzur

–  Makrillah adalah siksa /azab Allah yang tampaknya seperti rahmat-Nya.

4.Aturan Melaksanakan Dzikir

Seorang Ikhwan Tijani yang akan melaksanakan wirid atau dzikir Thariqah Tijaniyah, hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut;

a.Dalam keadaan normal, suara bacaan dzikir harus terdengar oleh dirinya sendiri.

b.Harus suci dari najis,baik badan, pakaian,tempat dan apa saja yang dibawanya.

c.Harus suci dari hadats, baik besar maupun kecil.

d.Harus menutup aurat seperti shalat, baik pria maupun wanita.

e.Tidak boleh berbicara.

f.Harus menghadap kiblat.

g.Harus dengan duduk.

h.Harus ijtima’ dalam melaksanakan dzikir wadhifah dan dzikir hailalah sesudah ‘Ashar pada hari jum’at apabila di daerahnya ada ikhwan Tijani lain.

i.Istihdlorul-Qudwah, yaitu saat melakukan wirid dari awal hingga akhir membayangkan seakan-akan berada di hadapan Syaikh Ahmad At-Tijani dan lebih utama membayangkan Sayyidil Wujud Muhammad Saw, dengan keyakinan bahwa beliaulah yang mengantarkan wushul kepada Allah Swt.

j. Mengingat dan memikirkan makna wirid dari awal sampai akhir. Kalau tidak bisa, hendaknya memperhatikan dan mendengarkan bacaan wiridnya.

Keterangan

-Kalau ada udzur boleh berbicara asal tidak lebih dari dua kata. Kalau lebih dari itu, maka wiridnya batal, kecuali disebabkan oleh orangtuanya atau suaminya sekalipun bukan ikhwan Tijani.

– Kalau ada udzur boleh tidak menghadap kiblat, seperti sedang dalam perjalanan atau sedang berada dalam ijtima’ (perkumpulan).

-Kalau ada udzur boleh tidak duduk, seperti sakit atau dalam perjalanan.

5.Penyebab keluar dari Thariqah Tijaniyah

Seorang Ikhwan Tijani dianggap keluar dari Thariqah  ini jika:

a. Mengambil wirid dari thariqah lain.

b. Melanggar larangan ziarah kepada wali yang di luar Tijani.

c. Berhenti dari Thariqah Tijaniyah.

6.Aurad Thariqah Tijaniyah

Di dalam Thariqah Tijaniyah ada dua macam dzikir :yaitu 1).Dzikir Lazim (yang harus di amalkan) dan 2).Dzikir Ikhtiyari (yang lebih baik kalau di amalkan). Dan pada kesempatan ini hanya dzikir lazim saja yang akan di jelaskan  secara agak terperinci. Dzikir lazim yang harus di amalkan oleh setiap ikhwan tijani terdiri dari tiga macam:

a.Wirid Lazim

Waktu Pelaksanaan

Wirid lazim di amalkan dua kali sehari semalam, yaitu yang pertama, pagi hari (setelah shubuh sampai waktu dhuha).Apabila ada udzur, maka waktunya bisa di undur sampai waktu maghrib. Lebih baik serta memperoleh keutamaan yang besar, jika diamalkan sebelum waktu shubuh dengan syarat harus selesai ketika waktu shubuh telah tiba. Kedua, sore hari (setelah ashar sampai waktu isya’). Apabila ada udzur, maka waktunya bisa diundur sampai waktu shubuh.

Bacaan Wirid Lazim

1.Hadlrah Al-Fatihah kepada  Nabi Muhammad Saw dan Sayyidisy Syaikh Abil Abbas Ahmad bin Muhammad At-Tijaniy.

2.Membaca istighfar 100 kali.

3.Membaca Shalawat Nabi 100 kali, berupa shalawat fatih sebagai berikut:

اللهم صل على سيدنا محمد الفاتح لما اغلق والخاتم لما سبق ناصر الحق بالحق والهدى الى صراطك المستقيم وعلى اله حق قدره ومقداره العظيم

Atau Shalawat biasa ;

صل على سيدنا محمدلا اله الا الله محمد رسول الله عليه سلام الله Atau اللهم صل على سيدنا محمد

4.Membaca tahlil /hailalah 100 kali, yang terakhir kalinya dipanjangkan lalu disambung dengan:

لا اله الا الله محمد رسول الله عليه سلام الله

b.Wirid Wadhifah

Waktu Pelaksanaan

Wirid wadhifah dilaksanakan dua kali dalam sehari semalam, yaitu siang hari dan malam hari. Kalau tidak bisa dua kali, maka cukup sekali saja yaitu siang hari saja atau malam hari saja. Apabila dalam sehari semalam tidak melaksanakan sama sekali maka wajib mengqodlo’. Demikian pula jika wirid lazim sudah habis tapi belum mengerjakannya,maka harus diqodlo’ juga.

Bacaan Wirid Wadhifah

1.Hadlrah Al-Fatihah sama dengan wirid lazim.

2. Membaca shalawat fattih sekali

3. Membaca isighfar 30 kali sebagai berikut:

استغفر الله العظيم الذى لا اله الا هو الحي القيوم

4. Membaca Shalawat fatih 50 kali.

5. Membacatahlil atau hailalah 100 kali yang ditutup seperti pada wirid lazim.

6. Membaca Shalawat Jauharaul Kamal 12 kali sebagai berrikut:

اللهم صل وسلم على عين الرحمة الربانية والياقوتة المتحققة الحائطة بمركز الفهوم  والمعانى ونور الاكوان المتكونة الادمي صاحب الحق الرباني البرق الاسطع بمزون الارباح المالئة لكل متعرض من البحور والاوانى ونورك اللامع الذى ملأت به كونك الحائط بامكنة المكانى, اللهم صل وسلم على عين الحقق التىتتجلىمنها عروش الحقائق عين المعارف الاقوام صراطك التام الأسقم.

اللهم صل وسلم على طلعة الحق بالحق الكنز الاعظم افاضتك منك اليك احاطة النور المطلسم صلى الله عليه وعلى اله صلاة تعرفنا بها اياه.

7. Membaca do’a semampunya.

سبحان ربك رب العزة عما يصفون وسلام على المرسلين والحمد لله رب العالمين.

8.Diakhiri dengan membaca Al-Fatihah sekali dan shalawat fatih sekali.

c.Wirid Hailalah

Waktu Pelaksanaan

Wirid hailalah dilakukan setelah shalat  ‘Ashar hari jum’at sampai waktu maghrib. Apabila ada udzur dan tidak bisa melaksanakannya sampai waktunya habis, tidak usah di qodlo’.

Bacaan Wirid Hailalah

Yang dibaca pada saat melaksanakan wirrid hailalah adalah “Laa ilaaha illallah” atau “Allah” tanpa hitungan, mulai setelah melaksanakan shalat ‘Ashar sampai maghrib. Kalau sendirian, membaca sebanyak 1600 kali,atau 1500 kali, aau 1200 kali atau 1000 kali . Dan di akhiri dengan bacaan:

لا اله الا الله سيدنا محمد رسول الله عليه سلام الله عليه وسلم.

Dengan suara keras danmemanjangkan bacaan “Laa ilaaha illallah”,lalu membaca:

سبحان ربك رب العزة عما يصفون وسلام على المرسلين والحمد لله رب العالمين.

7.Syarat Membaca Jauharatul Kamal

Dalam melaksanakan pembacaan wirid Shalawat Jauharatul Kamal ada syarat-syarat yang harus di penuhi, yaitu sebagai berikut;

a.Harus dalam keadaan suci dari:

1).Najis, baik pada badan, pakaian, tempat, dan apa saja yang dibawanya.

2).Hadats, baik hadats kecil atau besar dan bersucinya harus dengan air. Jadi tidak boleh           dengan tayamum.

b.Harus menghadap qiblat.

c.Harus duduk dan tidak boleh berjalan.

d.Tempatnya harus luas dan cukup dengan tujuh orang.

Keterangan.

Sumber infomasi mengenai Thariqah Tijaniyah ini adalah dari dua orang ulama’ muqoddam Thariqah Tijaniyah, yaitu 1). KH.Abdur Rasyid Anwar Pengasuh Pondok Pesantren “Al-Anwar” Pasawahan, Sindang Laut, Cirebon. 2).KH.Abdullah Syifa’, salah satu pengasuh Pondok Pesantren “Buntet Pesantren”, Buntet, Astana Japura, Sindang Laut , Cirebon. Yang Sanaad kedua Muqoddam  tersebut  adalah sebagai berikut;

1.KH.Abdur Rasyid Anwar dari Syaikh KH. Muhammad Akyas dari Ali bin Abdillah bin Musthofa At-Thayyib dari Syaikh Adam bin Muhammad  Sya-ib Al Barnawiy dari Syaikh Ahmad Al-Bannaniy Al-Fa-si dari SyaikhAbdul Wahhab Al-Ahmar dari Syaikh Muhammad bin Al-Qasim Al-Bashriy yang keduanya dari Sayyidisy  Syaikh Ahmad At-Tijaniy dari Sayyidil Basar Sayidina wa Maulana Muhammad Saw dengan cara talqin  muwajahah (berhadap-hadapan)dan Musyafahah (dari mulut ke mulut langsung).

Sanad lainnya:KH.Abdur Rasyid Anwar dari Syaikh KH. Khawi dari Syaikh Muhammad Al-Hasyimi yang mashur dengan Al-Fahasyim dari SyaikhSa’id dari Syaikh Umar bin Sa’id dari Syaikh Muhammad Al-Gholli dari Syaikh Al-Qutb Al-Maktum wal-Makhtum Ahmad bin Muhammad Al-Hasani At-Tijani dari Rasulullah Saw.

2.KH.Abdullah Syifa’ Dari Ayahandanya KH. Muhammad Akyas dari Ali bin Abdillah bin Musthofa At-Thayyib dari Syaikh Adam bin Muhammad  Sya-ib Al Barnawiy dari Syaikh Ahmad Al-Bannaniy Al-Fa-si dari SyaikhAbdul Wahhab Al-Ahmar dari Syaikh Muhammad bin Al-Qasim Al-Bashriy yang keduanya dari Sayyidisy  Syaikh Ahmad At-Tijaniy dari Sayyidil Basar Sayidina wa Maulana Muhammad Saw dengan cara talqin  muwajahah (berhadap-hadapan)dan Musyafahah (dari mulut ke mulut langsung).


Tata cara Thariqah Syadzaliyah

Tata cara Thariqah Syadzaliyah


Image


Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah

http://thoriqoh-indonesia.org/

PDF Cetak

Seorang yang ingin memasuki atau mengambil dzikir dari thariqah Syadzaliyah, persyaratan secara umumnya adalah Islam, berakal,dewasa (umur 18 tahun keatas) dan sudah paham ilmu syari’at minimal  tentang amaliyah sehari-hari, khususnya shalat. Jika dia seorang wanita yang sudah bersuami, maka harus mendapatkan izin dari suaminya.

Sedang persyaratan khususnya dan tata caranya adalah sebagai berikut;

1. Datang kepada guru Mursyid  untuk memohon izin memasuki thariqahnya dan menjadi muridnya.Hal ini dilakukan sampai memperoleh izinnya dan perkenannya.

2. Puasa tiga hari (biasanya hari selasa, rabu, dan kamis).

Setelah selesai berpuasa, datang lagi pada guru mursyid dalam keadaan suci yang sempurna untuk menerima talqin dzikir atau bai’at.

Setelah memperoleh talqin dzikir atau bai’at dari guru musyid tersebut, yang berarti telah  tercatat sebagai anggota thariqah syadzaliyyah, maka dia berkewajiban  untuk melaksanakan aurad (wirid-wirid) sebagai berikut;

a. Rabithah kepada guru mursyid.

b. Hadlrah Al-Fatihah untuk;

1.  Memohon ridlo Allah Swt.

2.  An-Nabiyyil Musthofa Muhammad Saw

3.  Hadlaratusy-Syaikh Abul Hasan Ali Asy_Syadziliy dan ahli silsilahnya.

4.  Guru mursyidnya dan ahli silsilahnya.

c. Membaca istighfar 100 x.

d. Membaca shalawat Nabi 100 x sebagai berikut;

Dalam kondisi normal/biasa:

اللهم صل على سيدنا محمد عبدك ونبيك ورسولك النبي الامي وعلى اله وصحبه وبارك وسلم تسليما بقدر عظمة ذاتك فى كل وقت وحين

Dalam kondisi mendesak atau musafir

. صل على سيدنا محمد

e. Membaca Tahlil /hailalah 100 x ,yang ditutup dengan tiga kali membaca:

لا اله الا الله سيدنا محمد رسول الله عليه وسلام الله عليه وسلم

f.Kemudian dilanjutkan 3 x membaca:

الهى انت مقصودى ورضاك مطلوبى

g. Membaca Al-Fatihah   3 kali.

h. Membaca  ayat kursi sekali.

i.  Membaca Al-Ikhlas 3 kali.

j.  Membaca Al-Falaq 3 kali.

k. Membaca  An-Nas 3 kali.

l. Membaca  do’a.

Keterangan;

-Untuk pelaksanaan puasa tiga hari, tergantung pada petunjuk guru mursyidnya.Misalnya pada saat pertama datang dan langsung mendapat izin serta perkenan dari guru mursyid untuk bai’at, maka puasa bisa  dilaksanakan setelah bai’at atau di qodlo’.

-Pembacaan aurad tersebut di atas  dilakukan setiap hari 2 kali, yaitu setiap pagi (ba’da shalat shubuh) dan sore (ba’da shalat maghrib).

-Untuk bacaan aurad, kemungkinan ada perbedaan antara guru mursyid yang satu dengan yang lainnya,tetapi yang ini adalah sama, yaitu; istighfar 100 kali, shalawat Nabiy ala syadziliyah 100 kali dan tahlil 100 kali.

-Sikap duduk pada saat melaksanakan aurad tersebut bisa dengan tawarruk shalat atau murabba’ (bersila) atau menurut guru mursyidnya.

-Aurad tersebut di atas adalah untuk para pemula, sedangkan bagi yang sudah meningkat pengajarannya maka sesuai dengan petunjuk dan arahan guru mursyidnya.

Suluk Thariqah Syadziliyyah

Para murid thariqah Syadziliyah hendaknya mengisi hari-harinya dengan suluk-suluk sebagai berikut;

1. Membaca Alqur’an dengan melihat mushaf setiap hari walau hanya satu maqra’.

2. Melaksanakan shalat lima waktu dengan berjama’ah.

3. Mengajarkan ilmu atau mencari tambahan ilmu setiap hari.

Catatan:

1. Keterangan mengenai kaifiyah atau tata cara pelaksanaan aurad Thariqah Syadziliyah ini diperoleh dari para murid Sayyidisy Syaikh Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya, dan dinukil dari kitab Aurad Ath-Thariqah Asy-Syadzaliyah Al-‘Uluwiyah yang diterbitkan oleh kanzus shalawat Pekalongan Jawa Tengah.

2.  Untuk kegiatan irsyadat dan ta’limat yang dilakukan oleh Sayyidisy Syaikh Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya adalah sebagai berikut:

a.Setiap malam rabu jam 20.00 sampai jam 21.30 WIB, dengan materi fiqh dan tashawuf /kitab ihya ‘ulumudin.(untuk umum, khususnya para muridin thariqah).

b.Setiap rabu pagi jam 06.00 sampai jam 07.30 Wib, dengan materi fiqh dan kitab taqrib .(khusus para wanita).

c. Setiap jum’at kliwon jam 06.00sampai jam 08.00 Wib, dengan materi thariqah dan tashawuf/kitab jami’ul ushul fil ‘auliya’.(untuk umum khususnya para muridin thariqah)

3. Sedangkan untuk bai’at yang dilakukan  oleh beliau adalah; setiap jum’at kliwon ba’da pengajian, yang dilakukan  secara massal (banyak orang). Sedang untuk bai’at yang dilakukan secara perorangan atau jama’ah terbatas, tidak ada waktu khusus (tergantung situasi dan kondisi yang memungkinkan bagi masing-masing yang bersangkutan).

4.  Adapun silsilah kemursyidan Sayyidisy Syaikh Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya ini adalah sebagai berikut:

As-Sayyid Al-Habib Muhammad Luthfiy bin Ali bin Hasyim bin Yahya dari Sayyid Habib Muhammad Abdul Malik  dari Sayyid Habib Ahmad  Nahrowiy Al-Makki dari Sayyid Sholeh Al-Mufti Al-Hanafi dari Sayyid Ali bin Thohir Al-Madaniy dari Sayyid Ahmad Minatullah Al-Maliki Al-Aazhuriy dari Sayyid Muhammad Al-Bahitiy dari Sayyid Yusuf Adl-Dlaririy dari Sayyid Muhammad bin Al-Qasim  As-Sakandariy dari Sayyid Muhammad Az-Zurqoniy dari Sayyid Ali Al-Ajhuriy dari Sayyid Nur Al-Qorofiy dari Sayyid Al-Hafidh Al-Qasqalaniy dari Sayyid Taqiyudin Al-Wasithi dari Sayyid Abil Fath Al-Maidumiy dari Sayyid Abil ‘Abbas Al-Mursiy dari Sayyidisy Syaikh  Abil Hasan  Ali Asy-Syadziliy dari Sayyid ‘Abdus Salam bin Masyis dari Sayyid Abdurrahman Al-Madaniy Al-Maghribiy dari Sayyid Taqiyudin Al-Faqir dari Sayyid Fakhrudin dari Sayyid Nuruddin dari SayyidTajudin dari Sayyid Syamsudin dari Sayyid Zainuddin dari SayyidAbu Ishaq Ibrahim Al-Bashriy dari Sayyid Abul Qasim Ahmad Al-Marwaniy dari Sayyid Sa’id dari Sayyid Sa’ad dari Sayyid Abu Muhammad Fathus- Su’udi dari Sayyid Abu Muhammad Al-Ghozwaniy dari Sayyid Abu Muhammad Jabir dari Sayyidina Hasan bin Ali r.a dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib radliallahu anhum ajma’in dari Sayyidil mursalin  Imamil Anbiya’ wal Atqiya’ Sayidina Muhammad Saw dari Jibril AS dari Allah Swt.


Tata Cara Thoriqoh Qodiriyah Wan-Naqsyabandiyah

Image


Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah

http://thoriqoh-indonesia.org/

Tata Cara Thoriqoh Qodiriyah Wan-Naqsyabandiyah PDF Cetak E-mail

Seseorang yang memasuki dan mengambil thariqah Qodiriah wan Naqsyabandiyah ini, maka dia harus melaksanakan kaifiah atau tata cara  sebagai berikut;

1. Datang kepada guru mursyid untuk memohon izin memasuki thariqahnya dan menjadi muridnya. Hal ini dilakukan sampai memperoleh izinnya.

2. Mandi taubat yang dilanjutkan dengan shalat taubah dan shalat hajat.

3. Membaca istighfar 100 kali.

4. Shalat istikharah, yang bisa dilakukan sekali atau lebih sesuai dengan petunjuk sang Mursyid.

5. Tidur miring kanan dan menghadap kiblat sambil membaca shalawat Nabi Saw sampai tertidur.

Setelah lima hal tersebut dilakukan, selanjutnya adalah; Pelaksanaan Talqin Dzikir/Bai’at dengan cara kurang lebihnya seperti tersebut di atas. Melakukan puasa  dzir-ruh (puasa sambil menghindari  memakan makanan yang berasal dari  yang bernyawa) selama 41 hari.

Baru setelah itu, dia tercatat sebagai murid thariqah qodiriyah wan naqsyabandiyah. Adapun setelah menjadi murid thariqah ini, dia berkewajiban mengamalkan  wirid-wirid sebagai berikut;

a.   Diawali dengan membaca:

الهى انت مقصودى ورضاك مطلوبى, اعطنىمحبتك ومعرفتك ولا حول ولا قوة الا بالله العلى العظيم 3×

b.   Hadrah Al-Fatihah kepada Ahli silisilah Thariqah Qodiriah wan Naqsyabandiyah.

c.   Membaca Al-Ikhlas 3 kali,Al-Falaq 1kali, dan An-Nas 1 kali.

d.   Membaca shalawat umm 3 kali.

اللهم صل على سيدنا محمد النبى الامى وعلى اله وصحبه وسلم

e.   Membaca istighfar 3 kali.

استغفر الله  الغفور الرحيم

f.    Rabithah kepada guru mursyid sambil membaca:

لااله الا الله حي باق, لا اله الا الله حي موجود, لا اله الا الله حي معبود

g.   Membaca dzikir nafi itsbat (لا اله الا الله)  )         enam puluh lima kali.

kemudian dilanjutkan dengan;

h.    Membaca lagi:

الهى انت مقصودى ورضاك مطلوبى, اعطنىمحبتك ومعرفتك ولا حول ولا قوة الا بالله العلى العظيم 3×

i.    Menenangkan dan mengkonsentrasikan hati ,kemudian kedua bibir dirapatkan sambil lidah ditekan dan gigi  direkatkan seperti orang mati, dan merasa bahwa inilah nafas terakhirnya sambil mengingat alam kubur dan kiamat dengan segala kerepotannya.

j.     Kemudian dengan hatinya mewiridkan dzikir ismudz-dzat ( (الله seribu kali

Keterangan:

Semua wirid tersebut dilaksanakan setiap kali setelah shalat maktubah.

Untuk dzikir ismudz- dzat, kalau sudah bisa istiqomah setelah shalat maktubah maka ditingkatkan dengan di tambah qiyamul lail dan setelah shalat dhuha.

Untuk dzikir ismudz-dzat boleh dilakukan sekali dengan cara di ropel 5000 x (bagi yang masih ba’da maktubah) aau 7000 X (bagi yang  sudah di tingkatkan)

Sikap duduk waktu melaksanakan wirid tersebut tidak ada keharusan tertentu. Jadi bisa dengan cara tawarruk,iftirasy atau bersila.

Bacaan aurad tersebut  adalah bagi para mubtadi’ atau pemula.

Ajaran aurad dan pelaksanaan amalan dzikir lainnya yang ada dalam thariqah  qodiriah wan Naqsyabandiyah ini secara lebih detail  dan terperinci, dapat diketahui apabila seseoang telah masuk menjadi anggotanya dan meningkat ajarannya.

Keterangan:

-Informasi mengenai kaifiyah dan amalan dalam thariqah qodiriyah wan naqsyabandiyah ini diperoleh dari  KH.Abdul Wahab Mahfudhi, seorang mursyid thariqah Qodiriyah wan Naqsyabandiyah yang juga pengasuh pondok pesantren “ Asy-Syarifah” , Brumbung, Mranggen, Demak, Jawa Tengah.

-Untuk kegiatan tawajuhhan di tempat KH.Abdul Wahab Mahfudhi diadakan setiap hari selasa untuk putri/ibu-ibu, dan setiap hari Rabu untuk putra/bapak-bapak, mulai jam 08.00-12.00 wib.

-Untuk pelaksanaan bai’at, bisa dilakukan setiap saat.

Adapun sanad kemursyidan KH.Abdul Wahhab Mahfudhi adalah sebagai berikut:

KH.Abdul Wahhab Mahfudhi dari Syaikh Ihsan dari Syaikh Muhammad Ibrahim dari Syaikh Abdul Karim Banten dari Syaikh Ahmad Khotib Sambas dari Syaikh Syamsudin dari Syaikh Muhammad Murodi dari Syaikh Abdul Fath dari Syaikh Utsman dari Syaikh Abdurrahim dari Syaikh Abu Bakar dari SyaikhYahya dari Syaikh Hisamudin dari Syaikh Waliuddin dari Syaikh Nurrudin dari Syaikh Sarofudin dari Syaikh Samsudin dari Syaikh Muhammad Al-Hatak dari Syaikh Abdul Aziz dari Sulthonul Auliya’ Sayyidisy Syaikh Abdul Qodir Al-Jilaniy dari Syaikh Abi Sa’id Al-Mubarak bin Mahzumi dari Syaikh Abul Hasan Ali Al-Makari dari Syaikh Abu Farh At-Thurtusiy dari Syaikh Abdul Wahid At-Taimi  dari Syaikh Siir As-Saqthi dari SyaikhAbu Bakar As-Syibli dari Syaikh Sayyidi Thoifah  Ash- Shufiyah  Abul Qasim Al-Junaid Al-Baghdadi dari Syaikh Ma’ruf Al-Kurkhi dari Syaikh Abu Hasan Ali Ar-Ridlo bin Musa Ar-Rofi dari Syaikh Musa Al-Kadhim dari Syaikh Sayyidina Al-Imam  Ja’far Ash-Shadiq dari sayyidina Muhammad Al-Baqir dari sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin dari sayyidina Asy-Syahid Husein bin Sayyidatina Fatimah Az-Zahro’ dari Sayyidina Ali  bin Abi Thalib  dari  Sayyidil Mursalin wa Habibi Rabbil-‘Alamin wa Rasulillah ila Kaffatil- Kholaiq Ajma’in Muhammad Saw dari sayyidina  Jibril AS dari  Rabbul-Arbab wa Mu’tiqur Riqab Allah Swt.