Ibnu Taimiyah Manusia “Sesat” Pertama Yang Melarang Tawassul dan fatwakan Neraka akan punah

 

Ibnu Taimiyah Manusia “Sesat” Pertama Yang Melarang Tawassul

 

Manusia sesat yang pertamakali yang melarang “tawassul” dan menganggapnya sebagai perbuatan syirik dan kufur adalah Ahmad ibn Taimiyah; “Imam” utama kaum Wahabi.

al Imam al Mujtahid al Hafizh Taqiyyuddin as Subki (Imam terkemuka semasa dengan Ibn Taimiyah yang telah mencapai derajat MUJTAHID MUTLAQ; sekelas Imam Syafi’i, Imam Abu Hanifah, Imam Malik dan lainnya. Ayah dari al Imam al Faqih Tajuddin as Subki; penulis kitab Jam’il Jawami’) telah membantah habis semua kesesatan Ibn Taimiyah, termasuk dalam masalah ziarah ke makam Rasulullah dan tawassul dengannya yang oleh Ibn Taimiyah dianggap sebagai perbuatan kufur dan syirik. (Na’udzu billah)

 

al Imam Taqiyyuddin as Subki dalam karya bantahannya kepada Ibn Taimiyah, berjudul ‘Syifa’ as Siqam Fi Ziyarah Khair al Anam”, pada h. 160 menuliskan sebagai berikut:

 

اعلم أنه يجوز ويحسن التوسل والاستعانة والتشفع بالنبي صلى الله عليه وسلم إلى ربه سبحانه وتعالى ، وجواز ذلك وحسنه من الأمور المعلومة لكل ذي دين المعروفة من فعل الأنبياء والمرسلين وسير السلف الصالحين والعلماء والعوام من المسلمين ، ولم ينكر أحد ذلك من أهل الأديان ولا سمع به في زمن من الأزمان حتى جاء ابن تيمية فتكلم في ذلك بكلام يلبس فيه على الضعفاء الأغمار، وابتدع ما لم يسبق إليه في سائر الأعصار. . . ].اهـ

“Ketahuilah bahwa dibolehkan dan baik  melakukan tawassul, istighatsah dan tasyaffu’ (menjadikan wasilah) dengan Rasulullah -dalam doa- kepada Allah. kebolehan dan baiknya masalah ini adalah perkara yang telah diketahui oleh semua orang beragama Islam; itu dikenal sebagai perbuatan yang dilakukan oleh para nabi sendiri, para rasul, orang-orang salaf saleh, para ulama, dan seluruh orang-orang Islam yang awam sekalipun. Tidak ada seorang-pun dari orang-orang Islam tersebut yang mengingkari perkara ini, bahkan tidak pernah didengar dari semenjak dahulu kala ada orang yang mengingkari masalah tawassul ini, hingga kemudian datang Ahmad ibn Taimiyah; lalu ia berbicara masalah tawassul dengan pembicaraan yang penuh tipuan terhadap orang-orang awam, ia membuat bid’ah sesat yang tidak pernah dilakukan oleh siapapun di masa dahulu (dengan mengharamkan tawassul dan ziyarah ke makam Rasulullah)….”   

Lengkap untuk didownload kitab “Syifa’ as Siqam” karya Imam as Subki sebagai bantahan terhadap kesesatan Ahmad ibn Taimiyah Klik disini.

So, anda jangan tertipu… dan jangan ikut-ikutan mengatakan mengatakan Ibn Taimiyah sebagai “Syaikhul Islam”, yang benar Ibn Taimiyah adalah “SYAIKH ADL DLOLAL”……

 

Keyakinan Sesat Ibnu Taimiyah Bahwa Neraka Akan Punah

 

 

 ”Pernyataan Ibn Taimiyah bahwa Neraka dan siksaan siksaan terhadap orang kafir di dalamnya memiliki penghabisan”

Termasuk kontroversi besar yang menggegerkan dari Ibn Taimiyah adalah pernyataannya bahwa neraka akan punah, dan bahwa siksaan terhadap orang-orang kafir di dalamnya memiliki penghabisan. Kontroversi ini bahkan diikuti oleh murid terdekatnya; yaitu Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah[1].

Dalam karyanya berjudul ar-Radd ’Ala Man Qala Bi Fana’ an-Nar, Ibn Taimiyah menuliskan sebagai berikut:

”Di dalam kitab al-Musnad karya ath-Thabarani disebutkan bahwa di bekas tempat neraka nanti akan tumbuh tumbuhan Jirjir. Dengan demikian maka pendapat bahwa neraka akan punah dikuatkan dengan dalil dari al-Qur’an, Sunnah, dan perkataan para sahabat. Sementara mereka yang mengatakan bahwa neraka kekal tanpa penghabisan tidak memiliki dalil baik dari al-Qur’an maupun Sunnah”[2].

 

Pernyataan Ibn Taimiyah ini jelas merupakan dusta besar terhadap para ulama Salaf dan terhadap al-Imam ath-Thabarani. Anda jangan tertipu, karena pendapat itu adalah ”akal-akalan” belaka. Anda tidak akan pernah menemukan seorang-pun dari para ulama Salaf yang berkeyakinan semacam itu. Pernyataan Ibn Taimiyah ini jelas telah menyalahi teks-teks al-Qur’an dan hadits serta ijma’ seluruh orang Islam yang telah bersepakat bahwa surga dan neraka kekal tanpa penghabisan. Dalam kurang lebih dari 60 ayat di dalam al-Qur’an secara sharih (jelas) menyebutkan bahwa surga dengan segala kenikmatan dan seluruh orang-orang mukmin kekal di dalamnya tanpa penghabisan, dan bahwa neraka dengan segala siksaan serta seluruh orang-orang kafir kekal di dalamnya tanpa penghabisan. Di antaranya dalam QS. Al-Ahzab: 64-65, QS. At-Taubah: 68, QS. An-Nisa: 169, dan berbagai ayat lainnya.

Kemudian di dalam hadits-hadits shahih juga telah disebutkan bahwa keduanya kekal tanpa penghabisan. Di antaranya hadits shahih riwayat al-Bukhari dari sahabat Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda:

يقال لأهل الجنة: يا أهل الجنة خلود لا موت، ولأهل النار: خلود لا موت (رواه البخاري)

”Dikatakan kepada penduduk surga: ”Wahai penduduk surga kalian kekal tidak akan pernah mati”. Dan dikatakan bagi penduduk neraka: ”Wahai penduduk neraka kalian kekal tidak akan pernah mati”. (HR. al-Bukhari)

Ini adalah salah satu kontroversi Ibn Taimiyah, -selain berbagai kontroversi lainnya- yang memicu ”peperangannya” dengan al-Imam al-Hafizh al-Mujtahid Taqiyyuddin as-Subki. Hingga kemudian al-Imam as-Subki membuat risalah berjudul ”al-I’tibar Bi Baqa al-Jannah Wa an-Nar”sebagai bantahan keras kepada Ibn Taimiyah, yang bahkan beliau tidak hanya menyesatkannya tapi juga mengkafirkannya. Di antara yang dituliskan al-Imam as-Subki dalam risalah tersebut adalah sebagai berikut:

”Sesungguhnya keyakinan seluruh orang Islam bahwa surga dan neraka tidak akan pernah punah. Kesepakatan (Ijma’) kayakinan ini telah dikutip oleh Ibn Hazm, dan bahwa siapapun yang menyalahi hal ini maka ia telah menjadi kafir sebagaimana hal ini telah disepakati (Ijma’). Sudah barang tentu hal ini tidak boleh diragukan lagi, karena kekalnya surga dan neraka adalah perkara yang telah diketahui oleh seluruh lapisan orang Islam. Dan sangat banyak dalil menunjukan di atas hal itu”[3].

Pada bagian lain dalam risalah tersebut, al-Imam as-Subki menuliskan:

”Seluruh orang Islam telah sepakat di atas keyakinan bahwa surga dan neraka kekal tanpa penghabisan. Keyakinan ini dipegang kuat turun temurun antar generasi yang diterima oleh kaum Khalaf dari kaum Salaf dari Rasulullah. Keyakinan ini tertancap kuat di dalam fitrah seluruh orang Islam yang telah diketahui oleh seluruh lapisan mereka. Bahkan tidak hanya orang-orang Islam, agama-agama lainpun di luar Islam meyakini demikian. Maka barang siapa meyalahi keyakinan ini maka ia telah menjadi kafir”[4].

Catatan Kaki :

[1] Lihat Ibn al-Qayyim dalam Hadi al-Arwah Ila Bila al-Afrah, h. 579 dan h. 582

[2] Ar-Radd ‘Ala Man Qala Bi Fana’ an-Nar, h. 67

[3] Lihat al-I’tibar Bi Baqa’ al-Jannah Wa an-Nar dalam ad-Durrah al-Mudliyyah Fi ar-Radd ‘Ala Ibn Taimiyah karya al-Hafizh ‘Ali ibn ‘Abd al-Kafi as-Subki, h. 60

[4] Ibid, h. 67

http://mbahtaimiyah.wordpress.com/2012/02/19/keyakinan-sesat-ibnu-taimiyah-bahwa-neraka-akan-punah/#more-30