Talqin Dzikir |
![]() |
![]() |
![]() |
Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah
http://thoriqoh-indonesia.org/
Di dalam thariqoh ada yang disebut talqinu adz-dzikr, yakni pendiktean kalimat “dzikir la ilaaha illallah” dengan lisan (diucapkan) atau pendiktean ismu adz-dzat lafadz Allah secara bathiniyah dari seorang guru mursyid kepada muridnya. Dalam melaksanakan dzikir thariqoh seseorang harus mempunyai sanad (ikatan) yang muttashil (bersambung) dari guru mursyidnya yang terus bersambung sampai kepada Rasulullah Saw. Penisbatan (pengakuan adanya hubungan) seorang murid dengan guru mursyidnya hanya bisa melalui talqin dan ta’lim dari seorang guru yang telah memperoleh izin untuk memberikan ijazah yang sah yang bersandar sampai kepada guru mursyid shohibuth thariqoh, yang terus bersambung sampai kepada Rasulullah Saw. Karena dzikir tidak akan memberikan faidah secara sempurna kecuali melalui talqin dan izin dari seorang guru mursyid. Bahkan mayoritas ulama thariqoh menjadikan talqin dzikir ini sebagai salah satu syarat dalam berthariqoh. Karena isi (rahasia) di dalam thariqoh sesungguhnya adalah keterikatan antara satu hati dengan hati yang lainnya sampai kepada Rasulullah Saw, yang bersambung sampai ke hadirat Yang Maha Haqq, Allah ‘Azza wa Jalla.
Dan seseorang yang telah memperoleh talqin dzikir yang juga lazim di sebut bai’at dari seorang guru mursyid, berarti dia telah masuk silsilahnya para kekasih Allah yang Agung. Jadi jika seeorang berbai’at thariqoh berarti dia telah berusaha untuk turut menjalankan perkara yang telah dijalankan oleh mereka.
Perumpamaan orang yang berdzikir yang telah di talqin/dibai’at oleh guru mursyid itu seperti lingkaran rantai yang saling bergandengan hingga induknya, yaitu Rasulullah Saw. Jadi kalau induknya di tarik maka semua lingkaran yang terangkai akan ikut tertarik kemanapun arah tarikannya itu. Dan silsilah para wali sampai kepada Rasulullah Saw itu bagaikan sebuah rangkaian lingkaran-lingkaran anak rantai yang saling berhubungan.
Berbeda dengan orang yang berdzikir yang belum bertalqin/ berbai’at kepada seorang guru mursyid, ibarat anak rantai yang terlepas dari rangkaiannya. Seumpama induk rantai itu di tarik, maka ia tidak akan ikut tertarik. Maka kita semua perlu bersyukur karena telah diberi ghiroh (semangat) dan kemauan untuk berbai’at kepada seorang guru mursyid. Tinggal kewajiban kita untuk beristiqomah menjalaninya serta senantiasa menjaga dan menjalankan syariat dengan sungguh-sungguh. Dan hendaknya juga dapat istiqomah didalam murabathah (merekatkan hubungan) dengan guru mursyid kita masing-masing.
Filed under: Talqin Dzikir Thareqat, Tata Cara Thoriqoh | 2 Comments »