Bukti Aqidah sesat wahabi: “istawa” dimaknai “duduk” (aqidah sesat : Allah dan nabi muhammad duduk diatas arsy waktu isra mi’raj)

BUKTI PENYIMPANGAN AKIDAH WAHHABI-SALAFI..!!!

Sedikit saya buktikan bahwa akidah wahhabi bukanlah akidah yang dibawa oleh Rasulullah Sw, ajaran wahhabi-salafi bukanlah ajaran Islam. Mereka sangat jauh menyempal dari ajaran Ahlus sunnah waljama’ah, sangat jauh meluncur bagaikan anak panah yang meluncur dari busurnya dan tak kan kembali lagi.

Dalam kesempatan ini, saya tidak menampilkan puluhan bukti yang ada dalam dokumen saya, tapi cukup sedikit ini akan menjadi bukti penyimpangan akidah wahhabi dari akidah ulama salaf shaleh yang sesungguhnya.

Semoga wahhabi dan para korban doktrin wahhabi mau merenungi hal ini, buka hati kalian, tundukkan sayap kesombongan kalian, mohonlah petunjuk kepada-Nya yang menciptakan petunjuk kebenaran, semoga data dan bukti ini mampu membuka kesadaran hati kalian untuk memikirkan kembali ajaran yang selama ini kalian pegang dan taqlidi…semoga sedikit mmebuka pencerahan untuk kalian, dan semoga Allah memberi petunjuk kebenaran untuk aku dan kalian..

Ibnu Utsaimin (salah satu ulama wahabi dan anggota fatwa Saudi) mengatakan dalam kitab Syarh Aqidah Thahawiyyahnya berikut :

” Sesungguhnya tidak mungkin terjadi kontradiksi antara al-Quran dan Hadits Nabi yang sah selamanya. Karena Quran dan Hadits adalah Haq / Kebenaran dan Kebenaran tidak akan terjadi Kontradiksi, karena semua dari Allah sedangkan apa yang dari Allah tidak akan terjadi kontradiksi…” (Syarh Aqidah Thahawiyyah, Ibnu Ustaimin : 89)
Komenyat Shofiyyah : Saya setuju dalam hal ini dengan Ibnu Utsaimin, mungkin leih saya perjelas yaitu bahwa Akidah Islam tidak akan terjadi kontradiksi di manapun dan kapanpun, karena ini menyangkut masalah yang prinsipil di mana setiap muslim akidahnya harus sama tidak boleh berbeda atu pun berselisih. Jika berselisih, jelas yang menyelisihi itu yang salah. Sedangkan dalam masalah Furu’ (bukan akidah) maka Allah mentolerir adanya perpedaan pendapat. Sebab di masa sahabat nabi pun banyak terjadi perbedaan pendapat, dan hal ini adalah rahmat bagi umat Islam sendiri.
Oke, sekarang kita masuk kepada pembuktian hal ini. Jika Akidah Wahhabi-salafi itu benar sesuai ajaran Nabi dan para sahabatnya, maka mustahil terjadi kontradiksi karna KEBENARAN tidak akan kontradiksi. Namun ternyata, ironis dan na’as sekali, saya menemukan ada sekitar 100 lebih kontradiksi wahabi dalam akidah di antara kalangan mereka sendiri. Yang jika saya beberkan semuanya niscaya dan pasti wahabi akan bingung mana yang benar dan mana yang salah. Mungkinkah akidah Nabi itu kontardiksi?? mungkinkah al-Quran itu isisnya saling kontradiksi?? Jawabannya : Tidak sama sekali. Tapi pemikiran merekalah yang sesat lagi menyesatkan.
Kita buktikan :
Syaikh Shaleh al-Fauzan menyatakan bahwa hadits Allah itu duduk bersama Nabi Muhammad di Arsy itu sahih meskipun sulit untuk diindra. Artinya ia setuju dengan akidah yang menafsirkan ISTAWA dengan JALASA (duduk). Lihat kitab Ta’liq al-Mukhtashar ‘ala Qashidah an-Nuuniyyah halaman 453 ketika ia menta’liq qasidah Ibnul Qayyim berikut :
Cover kitab :
Arti yang bergaris merah :
Sesungguhnya Allah mendudukkan Muhammad bersama di atas Arsy….Ini adalah hadits sahih walaupun sulit untuk dipikirakan sifat duduknya, maka tidaklah mengapa. (Ta’liq al-Mukhtashar ‘ala Qashidah an-Nuuniyyah halaman 453).
Dalam kitab yang lainnya, Shaleh al-Fauzan mengatakan :
Cover kitab :
” Ar-Rahman beristiwa di atas Arsy ” Apakah beristiwa itu bukan bermakna duduk ?? tidaklah beristiwa melainkan duduk. Ini ucapan (istiwa adalah bermakna duduk) adalah sahih tidak ada debu sedikit pun (sangat jelas) “. (Qudum kitab al-Jihad, karya syaikh Abdul Aziz ar-Rajihi dan ditaqliq Shaleh al-Fauzan halaman : 101)
Dalam kitab ini, syaikh Abdul Aziz dan Syaikh Shaleh al-Fauzan sepakat bahwa ISTIWA itu bermakna DUDUK.
Tapi, sekali lagi, tapi……
Di kitabnya yang lain justru Shaleh al-Fauzan menyatakan bahwa tafsir ISTIWA dengan DUDUK adalah TAFSIR YANG BATHIL…perhatikan :

Cover kitab :

” Apakah Istawa bermakna Jalasa / Duduk itu termasuk takwil ? Shaleh al-Fauzan menjawab : ” Ini Bathil, karena tidak ada sama sekali riwayat yang menafsirkan ISTAWA dengan JALASA (duduk) dan kami tidak mentetapkan sesuatu pun tentang Istawa “. (Lum’ah al-I’tiqad : 315)

Lihat pembaca, bagaimana syaikh Shaleh al-Fauzan yang diawal mengakui ISTAWA dengan makna JALASA (DUDUK), tapi di kitabnya yang lainj justru dia mengatakan memaknai ISTIWA dengan JULUS (DUDUK) adalah BATHIL. Subhanallah, bagaimana bisa satu pemahaman saling kontradiksi dari satu orang saja ?? apakah syaikh ibn Fauzan ini ketika berfatwa atau berpendapat tidak berpikir secara jernih atau sedang mabuk ?? saya yakin para pengikut syaikh Shaleh al-Fauzan ini dibuat bingung dengan ke plin-planan akidahnya.

Di sisi lain, ada ulama wahabi lainnya yang juga menyatakn bahwa hadits yang menunjukkan Allah JALASA / DUDUK di Arsy adalah maudhu’ / palsu dan kedsutaan atas nama Nabi Saw. Yaitu syaik Albani seorang syaikh yang diklaim wahabi sbgai ahli hadits zaman skrg (padahal saya meneliti bnyak sekali mufradat / kosakata yang diartikan salah oleh Albani dalam bebrapa kitabnya ketika mengartikan sebuah isim yang gharib, suatu saat saya akan membahasnya). Perhatikan pendapat Albani berikut :

” Yang jelas, bahwasanya perhatikan dalam matannya dari kemungkaran yang ada, yaitu menisbatkan JULUS / DUDUK kepada Allah….Matan hadits itu mengandung KEPALSUAN “. (Maushu’ah al-Allamah al-Imam Mujaddid al-Ashr: Albani : 343).

Perhatikan wahai pembaca khususnya para wahabi-salafi, lihat ulama kalian saling bertolak belakang dalam masalah akidah yang merupakan pondasi Islam dan amal !! apakah AKIDAH ISLAM itu kontradiksi menurut kalian ?? Mana yang benar?? kenapa terjadi kontradiksi di kalangan wahabi sendiri dalam masalah akidah ??

Benar ucapan Ibnu Utsamin di awal bahwa ” Sesungguhnya tidak mungkin terjadi kontradiksi antara al-Quran dan Hadits Nabi yang sah selamanya. Karena Quran dan Hadits adalah Haq / Kebenaran dan Kebenaran tidak akan terjadi Kontradiksi, karena semua dari Allah sedangkan apa yang dari Allah tidak akan terjadi kontradiksi…” (Syarh Aqidah Thahawiyyah, Ibnu Ustaimin : 89)

Maka dengan ucapan ini, benar lah bahwa akidah wahhabi-salafi tidaklah benar karena saling kontradiksi dan bertolak belakang di antara mereka sendiri. Ini satu contoh yang baru saya tampilkan, masih ada seratus konradiksi lainnya yang saya simpan di dokumen saya. Terlebih masalah furu’ / fiqih sangat banyak kontradiksi di antara mereka, bagi saya wajar kalau masalah furu’ itu ada perbedaan pendapat, tapi angat tidak wajar dan tidak benar jika perbedaan pendapat itu dibumbui kata-kata membid’ahkan dan menyesatkan bahkan kata-kata binatang sesama kalangan mereka sendiri…

Inikah menurut kalian kebenaran itu ???

By : Shofiyyah An-Nuuriyyah
05-02-2013

Presiden chechnya (mujahid sunni madzab hanafi ) dan rakyat chechnya : serukan perang terhadap provokator dan terorist wahabi al qaida (khawarij mujasimmah)

Presiden chechnya (mujahid sunni madzab hanafi ) dan rakyat chechnya : serukan perang terhadap provokator dan terorist wahabi al qaida (khawarij mujasimmah)

semua kerusuhan dan pembunuhan muslim sunni di negara negara islam sekarang ini adalah ulah khawarij wahabi

yg dengan mudah membunuhi muslim sunni 4 madzab dgn tuduhan tdk berdasar spt ahlu bid’ah, antek amerika dsb padahal pendiri wahabi sendiri adalah antek yahudi dan british.

Presiden chechnya (mujahid sunni madzab hanafi ) membawa pulang
Mangkuk/Gelas/Bekas yang pernah digunakan oleh Nabi Muhammad S.A.W
disimpan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib R.A telah kembali ke tangan rakyat Chechnya…(dulunya dibawa penjajah inggris dan disimpan di museum london)

Ia telah dibawa terbang khas oleh pemilik peribadi jet (Kadyrov) dari London ke Republik Chechnya. Sehingga presiden pun turut serta meraikannya untuk bertabarruk dan dibawa ke Masjid Agung Grozny.

atau

Ulama Madzab Hambali (sunni asli): Wahabi adalah pengikut madzhab hawa nafsu- pengkhianat ilmiyyah dan madzhab mereka seperti ular.

Wahabi adalah pengikut madzhab hawa nafsu, pengkhianat ilmiyyah dan madzhab mereka seperti ular.

Seorang ulama besar pensyarah Musnad imam Ahmad bin Hanbal yaitu syaikh Hamzah Ahmad az-Zain mensifati wahabi dengan pengikut madzhab hawa nafsu, pengkhianat ilmiyyah dan madzhab mereka seperti ular.

Ketika beliau mensyarah hadits nomer 23476 dalam kitab Musnad imam Ahmad, beliau berkomentar sebagai berikut :
إسناده صحيح ، كثير بن زيد وثقه أحمد ورضيه ابن معين ووثقه ابن عمار الموصلي وابن سعد ، وابن حبان ، وصلحه أبو حاتم ورضيه ابن عدي ولكن ضعفه النسائي ولينه أبو زرعة . وتمسك قوم بتضعيف النسائي وكلام أبي زرعة وتركوا كل هؤلاء لا لشيء إلا ليضعفوا هذا الحديث . وخطأ الحاكم والذهبي لأنهما صححاه في المستدرك 4 / 515 علماً بأنهم يوثقون كثير بن زيد في أماكن غير هذا ، ومعنى ذلك أن التوثيق والاتهام يخضع للأهواء والمذاهب وهذه خيانة علمية بحد ذاتها أما لماذا يضعفوه هنا ؟ فهذه سقطة علمية محسوبة عليهم يقولون إن في هذا دلي لم يجيز التمسح بالقبور . وهل كان أبو أيوب يتمسح بقبر النبي وهؤلاء عندهم عقدة من أي خبر فيه دنو من القبور وهذا أكبر دليل على بطلان مذهبهم ، فماذا يرجى من خونة للعلم ؟ ولا ندري مذهب هؤلاء . إنهم يدعون أنهم حنابلة تارة ولا مذهبية تارة أخرى . فلا تبعوا الحنابلة وقد خالفوا الذهبي وهو حنبلي ولا هم أثبتوا مذهباً واضحاً صريحاً يعرف لهم وإنما في مذهب كالحية
“ Isnadnya shahih, Katisr bin Zaid telah ditautsiq (dinilai tsiqah) oleh imam Ahmad dan disetujui Ibnu Ma’in, juga dinilai tsiqah oleh Ibnu Ammar al-Mushili, Ibnu Sa’ad dan Ibnu Hibban. Disetujui oleh Abu Hatim dan Ibnu Adi akan tetapi an-Nasai mendhaifkannya dan melayinkannya Abu Zar’ah. Sekelompok orang berpegang dengan penilaian dhaif an-Nasai dan kalam Abu Zar’ah dan mereka tidak memperdulikan ulama-ulama yang telah menilai tsiqah tersebut, bukan untuk apa-apa kecuali hanya untuyk mendhaifkan hadits ini saja. Kelompok itu menyalahkan al-Hakim dan adz-Dzahabi yang telah menshahihkan hadits tersebut dalam kitab Mustadraknya 4/515, karena kedua imam ini mengetahui bahwa para ulama tersebut menilai tsiqah Katsir bin Zaid di bab-bab selain ini.
Makna dari ini semua bahwasanya penilaian tsiqah dan ittiham adalah hanyalahberdasarkan hawa nafsu dan pemikiran-pemikiran mereka. Ini adalahpengkhianatan terhdap keilmiyahan
Aku tidak mengetahui apa madzhab mereka? Mereka mengaku bermadzhab Hanbali terkadang mengaku tidak bermadzhab dan tidak mngeikuti madzhab hanbali, dan mereka pun telah menentang adz-Dzahabi padahal adz-Dzahabi bermadzhab Hanbali. Mereka tidak menetapkan satu madzhab yang jelas untuk dikenali, sesungguhnya mereka di dalam madzhab seperti ular “.
(Musnad Ahmad : juz 14 halaman : 42 hadits nomer : 23476)

Murid-murid senior Albani mengungkap pribadi Syaikh Albani yang sebenarnya (muhadits palsu = tdk bersanad – tdk hafal qur’an dan kitab hadis – tdk ada adab)

Murid-murid senior Albani buka mulut dan mengungkap pribadi Albani yang sebenarnya

Ini adalah secuil dari kisah lautan hidup syaikh Albani, saya hadiahkan teruntuk mereka para pecinta syaikh Albani..
 
Pertikaian syaikh Mahmud Mahdi al-Istanbuuli dengan syaikh Albani.
 
Syaikh Mahmud Mahdi ini menjadi murid dan selalu bersama gurunya yaitu syaikh Albani selama empat puluh tahun. Ia dikenal seorang ahli hadits di kalangan salafi dan diakui oleh Albani sehingga dipercaya untuk mengajar anak-anaknya.
Tapi kemudian karena ada problem yang terjadi antara keduanya yaitu dalam masalah harta, maka saat itu syaikh Mahmud berlepas diri dari gurunya tersebut dan berbalik membencinya.

Mantan murid senior syaikh Albani akhirnya buka mulut dan mengungkapkan siapa Albani sebenarnya.  Simak pengakuan dan penuturan ustadz Mahmud Mahdi al-Istanbuuli dan Zuhair asy-Syaawis :
Beliau menulis sebuah risalah yang ditujukan khusus untuk gurunya berjudul : “ Kitaabun Maftuuh ila asy-Syaikh Nashir Albani min Mahmud Mahdi al-Istanbuuli “.
Di antara isi kitab tersbut adalah :
 
“ Sesungguhnya saya sudah mengetahui bahwa anda (Albani) menyimpan dendam padaku sejak saat Madrasah itu menolak putra-putramu dikarenakan penolakan biaya pada mereka, sesorang telah memberitahukan padaku hal itu, maka aku maklumi dirimu dan aku katakan padamu ; bahwsanya para pengajar wanita telah bersekutu dengan sebab peraturan-peraturan yang terakhir lalu engkau menggelengkan kepalamu karena marah dan semua tujuanmu adalah memakan hak-hak mereka, sebagaimana engkau telah memakan hak-hakku bertahun-tahun dengan mengajar putrimu tanpa terlontar rasa syukur sepatah kata pun darimu. Seandainya aku lakukan pada seekor kucing dari apa yang telah aku lakukan itu, maka niscaya kucing pun akan berterima kasih dengan caranya sendiri yang telah Allah ciptakan untuknya..”
(Kitaabun Maftuuh : 3, Syaikh Mahmud Mahdi)
Pada halaman berikutnya syaikh Mahmud berkata :
 
“ Kemudian dia (Albani) mencuri harta salafiyun (orang-orang yang mengaku pengikut salaf) yang diletekkan secara teledor bukan pada tempatnya dan tidak dikembalikan pada jama’ah sebagaimana semestinya amanat dan menyerhakan hukumnya pada ketentuan syare’at. Engkau (Albani) telah melakukan hal itu yang telah aku sebutkan dan akan aku sebutkan perihal lainnya lagi yang telah engkau lakukan.. “
(Kitaabun Maftuuh : 5, Syaikh Mahmud Mahdi)
Pada halaman berikutnya syaikh Mahmud berkata :
 
“ Sesungguhnya apa yang telah engkau lakukan di malam itu dari berucap dari ucapan yang kasar adalah disebabkan sulukmu (prilaku adab) dungu lagi menyimpang “
(Kitaabun Maftuuh : 6, Syaikh Mahmud Mahdi)
Pada halaman berikutnya syaikh Mahmud berkata :
 
“ Dan di antara paling buruknya dan paling dungunya sulukmu dan sedikitnya adabmu…”
(Kitaabun Maftuuh : 6, Syaikh Mahmud Mahdi)
Dia juga berkata :
 
“ Engkau berkata bahwa engkau menginginkan sesuap makan, apakah hal itu dicontohkan oleh para pengikut Nabi Saw?? Kenapa engkau tidak mengeluhkan urusanmu kepada saudara-saudaramju lalu mereka akan membantumu sebgaimana mereka telah membantumu atas usulanku itu wahai yang keras hatinya…afwan bukan karena untuk sesuap makanan tapi untuk memperbanyak harta “. (Kitaabun Maftuuh : 9, Syaikh Mahmud Mahdi)
Pada halaman berikutnya syaikh Mahmud berkata :
 
“ Kedelapan : Dan di antara kedunguan dan keburukan adabmu adalah penyimpangan dan sikap semena-menamu di Jami’ah (sebangsa universitas) khususnya kepada Al-Mukarram Syaikh Abdul Aziz, engkau telah mengusirnya dari Jami’ah “.
(Kitaabun Maftuuh : 12, Syaikh Mahmud Mahdi)
Tentang kitab ini (Kitaabun Maftuuh) konon isunya dicetak dan disebarkan oleh Syaikh Zuhair asy-Syawis tanpa sepengetahun syaikh Mahmud Mahdi yang juga merupakan murid senior Albani dan bergaul selama empat puluh tahun pula dengan Albani.
Syaikh Zuhair asy-Syawis sengaja menyebarkan kitab tersebut dikarenakan juga ada polemic masalah percetakan buku-buku gurunya tsb yaitu Albani, ia merasa sakit hati dengan Albani yang telah mencaci maki habis kepadanya.
Pertikaian syaikh Albani dan muridnya; Syaikh Zuhair asy-Syaawis :
Berikut sebagian caci maki Albani kepada syaikh Zuhair mantan murid Albani :
 
“ Cetakan ini adalah cetakan yang resmi, adapaun cetakan penerbit Al-Maktab Al-Islami yang baru, maka itu tidaklah resmi karena itu DICURI dari yang cetakan pertama sedangkan hak cipta milik sipengarang diberikan kepada siapa saja yang dikehendakinya dan mencegahnya dari orang YANG TIDAK BERTAQWA kepada Allah dan BERMAEN-MAEN dengan HAK-HAK hamba-Nya dan di dalam cetakan yang DICURI tersebut terdapat tambahan dan pengurangan. Allah Al-Musta’aan wa ilahil mustakaa (Allah tempat diminta pertolongan dan keluhan) dari kerusakan penduduk zaman sekarang “. (Di dalam hasyiah Shifah sholah Nabi; Albani : 7)
Albani juga mencacinya di halaman lainnya :
“ Kemudian Allah memberikan anugerahnya padaku dan memudahkannya untukku dari hal itu, maka aku menjadikan dari kitab Jami’ Shagir menjadi dta kitab; Sahihul Jami’ dan Dhaiful Jami’ keduanya telah dicetak. Akan tetapi kami memepringatkan pada para pembaca dari TIPU DAYA Syaawis di dalam cetakannya yang baru yang tujuannya utk dagang tentang ta’liq-taliq dan muqoddimah kedua kitab tsb, Allah Al-Musta’aan “.(Di dalam hasyiah Shifah sholah Nabi; Albani : 66)
Dia juga berkata di halaman lainnya :
“ Ketamakan yang bersifat bisnis, merubah bentuk (kitab) demi untuk cari makan, yang selalu menjulurkan lidahnya, menghalakan dusta dan tipu, sangat jauh dari ilmu dan jauh dari bidang ilmu takhrij, suka mencuri..” (Hasyiah shifah sholat Nabi; Albani)
Caci maki balasan dari syaikh Zuhair Asy-Syaawis kepada gurunya; Albani :
Zuhair kemudian mulai mencetak kitab-kitab untuk menyerang gurunya tsb di antaranyta kitab “ Fadhlul Kilaab ‘Ala man Labisa ast-Tsiyaab “ dan ia langsung menghadiahkannya kepada Albani. Zuhair dalam muqoodimah kitab tsb mengatakan :
“ Aku khususkan (kitab ini) kepada orang yang telah Allah berikan ilmu lalu ia menanggalkan ilmu tersebut (Bal’am) zaman itu dan kepada orang yang berjalan di jalannya, mengikuti jejaknya dari Bal’am-Bal’am hari ini sebagai celaan. Dan kepada sahabat iblis dan kepada orang yang tersohor dengan dusta dan tipu daya…
Dan masih banyak lagi ceaan dan caci maki Zuhair kepada gurunya tersebut yang telah berguru dengannya selama empat puluh tahun padahal di salah satu kitabnya kia pernah berkata “ Duduk satu jam bersama syaikh Albani lebih utama daripada duduk seribu kali bersama selainnya “.
 Tanggapan :
Beginikah hasil tarbiyah (pendidikan) diperoleh dari Albani bahkan selama 40 tahun bersama Albani??
Beginikah adab seorang murid kepada gurunya ?? dan begitukah adab seorang guru dengan muridnya ??
Itukah akhlak para penolong sunnah Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wa sallam ??
Begitukah akhlak Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa sallam ??
Dan hal inui merupakan adzab Allah kepada mereka yang telah mencaci maki para wali-wali Allah Swt dalam kitab-kitab mereka seperti mencaci imam Al-Muhaddtis Al-Kautsary hingga mengrang kitab berjudul ” At-Tankiil bimaa fii ta’niibil Kautsari minal Abaathil “, berisi caci maki dan celaan kepada imam Al-Kautsari, dan hal ini juga merupakan karomah dari para wali Allah yang dicaci maki Albani sehingga Albani dan banyak dari para muridnya saling mencaci maki.
Kita memohon kepada Allah adab yang baik kepada para guru-guru kita dan kepada semua yang telah mengajarkan kita akan ilmu yang bermanfaat. Aamiin..
By : Shofiyyah An-Nuuriyyah
25-11-2012