WAHABI RUBAH TEMPAT SA’I, HAJI SYAH??

Isu Besar Tempat Sa’ie

(Pasal) Haji Dan Sa’i
Kewajiban haji dan umrah adalah sekali seumur hidup bagi seorang muslim, merdeka,
mukallaf, yang memiliki harta yang cukup untuk perjalanan ke sana dan kembali lagi ke tanah airnya, lebih dari kebutuhannya untuk membayar hutang,kebutuhan tempat tinggal, pakaian yang layak dan nafkah bagi yang wajib dia nafkahi, selama
kepergiannya sampai kepulangannya dari tanah suci.

Rukun haji ada enam:
1. Ihram, yaitu berniat dalam hati dengan mengatakan:
”Saya berniat (mulai) melaksanakan ibadah haji atau umrah”.

2. Wuquf di Arafah, (waktunya adalah antara tergelincirnya matahari pada hari Arafah yaitu pada tanggal 9 dzulhijjah sampai terbitnya fajar malam
hari raya idul adlha).
3. Thawaf di baitullah.
4. Sa’i antara bukit Shofa dan bukit Marwa tujuh kali dari ‘aqd ke ‘aqd.
5. Memotong sebagian atau seluruh rambut.
6. Tertib dalam sebagian besar rukunnya.

Adapun yang merupakan rukun ibadah umrah adalah yang tersebut di atas kecuali wukuf di Arafah. Dan tiap-tiap rukun ini mempunyai tuntunan; kewajiban dan syarat-syarat tersendiri yang harus dipenuhi.

Dalam pelaksanaan thawaf disyaratkan menempuh jarak yang di mulai dari hajar aswad menuju kembali ke hajar aswad sebanyak tujuh kali putaran, dan disyaratkan pula untuk menutup aurat, suci dari hadats besar dan hadats kecil, serta
menempatkan ka’bah di sebelah kiri kita, tidak menghadap atau membelakanginya.
Diharamkan bagi orang yang sedang ihram:
1. Memakai wewangian.
2. Meminyaki rambut atau janggut dengan minyak, lemak (yang sudah mencair) atau lilin yang berasal dari sarang lebah madu yang sudah cair.
3. Memotong kuku atau rambut.
4. Jima’ (termasuk pula hal-hal yang merupakan permulaan jima’, seperti berciuman).
5. Melakukan aqad nikah.
6. Berburu binatang darat yang boleh dimakan dan
buas.
7. Bagi lelaki dilarang menutup kepalanya atau
memakai pakaian yang menutupi sepeti yang
dijahit atau sejenisnya.
8. Bagi wanita dilarang menutup muka dan memakai
sarung tangan.
Barang siapa mengerjakan salah satu dari halhal yang diharamkan ini maka dia berdosa dan harus membayar fidyah. Adapun orang yang merusak ibadah hajinya dengan jima’, maka selain berdosa dan membayar fidyah hajinya rusak dan dia wajib mengqadla sesegera mungkin dan menyempurnakan (menuntaskan sampai selesai) ibadah hajinya (yang rusak tersebut). Jadi orang yang merusak hajinya
dengan jima’ dia harus tetap meneruskan ibadahnya (tidak boleh memutuskannya) dan pada tahun berikutnya dia mempunyai kewajiban untuk mengqadla’nya kembali.

Wajib haji adalah:
1. Ihram dari miqot; yaitu tempat yang telah ditentukan oleh Rasulullah untuk memulai ihram, seperti tempat yang bernama Dzul hulaifah sebagai miqat bagi penduduk Madinah dan orang–orang yang melewati daerah ini.
2. Bermalam di Muzdalifah ketika haji menurut satu pendapat, dalam pendapat yang lain tidak wajib.
3. Bermalam di Mina menurut satu pendapat, dalam pendapat yang lain tidak wajib.
4. Melempar jumrah aqabah pada hari raya qurban (10 Dzulhijjah).
5. Melempar tiga jumrah (Jumrah Ula, Jumrah Wustha dan Jumrah Aqabah) pada hari tasyriq (11,12, 13 Dzulhijjah).
6. Thawaf wada’ menurut satu pendapat dalam madzhab Syafi’i.

Orang yang tidak melaksanakan keenam perkara ini (wajib haji), tidak rusak ibadah hajinya, tetapi dia berdosa dan harus membayar fidyah. Berbeda dengan rukun–rukun yang telah disebutkan sebelumnya, orang yang tidak melaksanakannya (sekalipun satu rukun) maka hajinya tidak sah dan orang yang meninggalkannya tidak bisa menggantinya dengan dam; denda berupa menyembelih kambing.

Diharamkan berburu binatang dan memotong pepohonan di dua tanah haram baik bagi orang yang sedang melaksanakan ibadah haji atau tidak. Jika hal ini dilakukan di Mekah maka wajib membayar fidyah, berbeda jika dilakukan di Madinah maka tidak wajib membayar fidyah. Tanah haram-nya Madinah adalah yang ada di antara bukit ‘Ayr dan bukit Tsawr.

Silahkan Download Tarjamah Mukhtasar Harary (Fiqh madzad syafei) ,42 halaman:
http://darulfatwa.org.au/languages/Indonesian/Mukhtassar_Al-Harari.pdf

Untuk sahnya sa’i ini syaratnya ini disyaratkan beberapa hal yaitu :

1. Hendaklah dilakukan setelah thawaf

2. Hendaklah tujuh kali putaran.

3. Dimulai Shafa dan akhiri di marwa (jaraknya kurang lebih 420 m).

4. Hendaklah sa’i dilakukan ditempatnya -mas’a- yaitu jalan yang terbentang diantara Shafa dengan marwa.

Semua itu berdasarkan perbuatan Rasulullah saw yang melakukannya seperti tersebut, sedang ia bersabda : “Contohlah kepadaku mengenai tatacara hajimu”

Maka seandainya seseorang sa’i bukan pada tempat yang telah ditentukan, maka sa’inya batal.

DALIL SA’I WAJIB DALAM HAJI DAN WAJIB DILAKUKAN ANTARA BUKIT SHAFA – MARWA :

DALIL-dalilnya :

1. Diriwayatkan oleh bukhari dari ibnu abbas ra., katanya: Ibrahimas. dan dengan putranya bersama siti hajar datang ke baitullah, dekat sepohon kayu besar diatas zam-zam. Mereka letakan ismail dibawah pohon itu, sedang dimakkah tidak ada manusiapun dan tidak ada pula air. Kemudian Ibrahim berjalan lagi yang disusul oleh bunda ismail, tanyanya :”hai ibrahim, hendak kemana anda dan meninggalkan kami di lembah yang sunyi, tidak ada teman dan suatu apapun ini?”

Pertanyaan itu diucapkannya berkali-kali, tetapi Ibrahim sengaja tidak menoleh kepada Isterinya itu. Tanya Hajar pula :”Apakah Allah yang Menyuruhmu melakukan ini?”.”Betul!” ujar Ibrahim as..”Kalau Begitu”kata Hajar pula, “Ia (Allah) tidak akan menyianyiakan kami!”

Menurut riwayat lain ditanyakannya :”Kepada siapa kami ditinggalkan?” “Kepada Allah” ujar Ibrahim as.”Kalau begitu, aku rela” ujar Hajar dan ia pun kembali.

Ibrahim pun berajalan, hingga ketika ia sampai belokan dan tidak kelihatan oleh mereka, Dihadapkannya wajahnya ke baitullah, lalu mengucapkan do’a-doanya itu, katanya : ” YA Tuhan kami! aku telah menempatkan keturunanku dilembah yang kosong tanpa tumbuh-tumbuhan, yakni dekat rumahMu yang suci. Ya Tuhan kami! agar mereka menegakan sholat, jadikanlah hati manusia rindu kepada mereka dan berilah mereka rezeki buah-buahan semog mereka bersyukur dan berterima kasih” (Ibrahim : 37)

Dan Ibunda Ismailpun duduk di bawah pohon besar itu. Ditaruhnya puteranya disisinya dan digantungkan digeribanya agar dapat minum isinya, lalu diminumkan isinya, lalu disusukannya bayinya hingga akhirnya air itu habis dan air susunya terputus. Bayi itupun kehausan, makin lama makin menjadi, dan sang ibu pun memandang puteranya dengan terharu.

Dan karena tidak terpandanginya lebih lama ia pun pergi berdiri di bukit Shafa (iaitu bukit yang berada didekatnya) lalu melayangkan pandang ke arah lembah, kalau-kalau tampak manusia. Tetapi tidak seorang pun tampak olehnya manusia. Ia pun turun dari bukit Shafa, hingga sampai di lembah diangkatnya ujung kainnya, lalu berlari seperti halnya orang yang letih-lesu hingga melewati lembah dan tiba di marwa. Ia pun berdiri tegak pula disana dan melihat-lihat kalau-kalau ada manusia. Rupanya tak seorangpun tampak, hingga ahirnya kembalilah ia ke Shafa dan dilakukannya hal itu sampai tujuh kali”.

Ibnu Abbas mangatakan : “Sabda Nabi SAW. : Itulah sebabnya orang melakukan SA’i antara keduanya (bukit shafa-marwa)”

2. Ibnu ‘umar, jabir dan aisyah serta golongan besar sahabat ra.hum dan begitupun imam Malik, Syafe’i dan Ahmad berpendapat bahwa sa’i adalah salahsatu rukun haji dalam arti seseorang yang menunaikan haji tidak melakukan sa’i di antara shafa dan marwa, maka hajinya batal dan tidak bisa diimbali dengan menyembelih hewan ataupun lainnya.

3. Diriwayatkan dari zuhri bahwa Urwah bercerita katanya :Saya bertanya kepada ‘aisyah ra., kataku : “Bagaimana pendapat anda tentang firman Allah ta’ala :” Sesungguhnya Shafa dan marwa itu sebagian dari syi’ar Allah. Maka siapa yang naik haji ke Baitullah atau ber’umrah, maka tidak ada salahnya ia thawaf diantara keduanya” (al-Baqarah : 158).

“Demi Allah kalau begitu, tidak ada salahnya orang tidak thawaf diantara shafa dan marwa!”

Ujar ‘aisyah :”Alangkah salahnya apa yang kau katakan itu, wahai anak saudaraku! Jika makna ayat tersebut benar sebagaimana yang engkau tafsirkan, memang tidak apa apabila seseorang tidak sa’i diantara keduanya (shafa dan mawa). Tetapi ayat itu turun mengenai kaum anshar. Sebelum islam mereka memuja Berhala yang terdapat di Musylil. Itulah sebabnya mereka keberatan melakukan sya’i diantara Shafa dan Marwa, setelah mereka memeluk islam. Mereka tanyakan hal itu kepada Rasulullah SAW., kata mereka: “Wahai rasulullah, kami merasa keberatan untuk sa’i diantara shafa dan marwa. Maka Allahpun menurunkan ayat “Sesungguhnya shafa dan marwa adalah sebagian syi’ar Allah……ila akhirihi)”

Kata ‘Aisyah r.ha. pula :”Rasulullah saw. telah menetapkan sa’i diantara keduanya sebagai sunnah, hingga tak boleh seorangpun meninggalkannya!”

4. Diriwayatkan oleh imam muslim dari ‘aisyah r.ha. Katanya :”Rasulullah saw. melakukan thawaf, dan kaum muslimin juga melakukan thawaf itu (maksudnya sa’i antara shafa -marwa) maka ia sunnah (perintah Allah, yang dicontohkan nabi) dan sungguh Allah tidak memandang sempurna ibadah haji seseorang yang tidak thawaf antara shafa dengan marwa!!!!”

5. Diterima dari habibah binti Abi tajrah – yakni salah seorang wanita Bani ‘abiddar – katanya :

“Bersama beberapa orang wanita quraisy saya masuk rumah keluarga Abu Husein melihat Rasullah saw. melakukan sa’i diantara shafa dengan marwa. Ketika itu sarungnya terbelit seluruhnya ke pinggangnya disebabkan cepat jalannya, hingga sampai mengatakan : Tampak olehku kedua lututnya” Dan dengar pula ia bersabda: “Kerjakanlah olehmu sa’i, karena Allah telah mewajibkan sa’i itu atasmu!” (Dalam alfath jalan-jalan periwayatan jika disatukan maka hadits ini kuat)

6. Hadits tentang do’a -doa2 sa’i: Doa tatkala didekat shafa, doa ketika diantara shaf dan marwa, sangat banyak haditsnya. ini menunjukan Rasulullah menunjukan sa’i di bukit shafa dan marwa bukan diantara bukit qobes dan qararah.

rujukan :

1. Shohih Bukhari

2. Shohih muslim

3. Fathul mu’in

4. Fiqh sunnah

JADI SA’I ADALAH RUKUN HAJi (rukun KE 4)……SA’I TIDAK SYAH MAKA HAJI PUN TIDAK SYAH!!!

TEMPAT SA’I SUDAH JELAS YAITU ANTARA BUKIT SHAFA – MARWA (TANDANYA SUDAH DIBUAT OLEH KHALIFAH2 HIJAZ,)KALAU TEMPAT TIDAK MENCUKUPI KARENA BANYAKNYA JAMAAH HAJI MAKA TIDAK BOLEH DILUAR AREA SA’I (SHAFA MARWA) TAPI BOLEH DITINGAKAT (SEPERTI YANG DILAKUKAN OLEH KHALIFAH2 HIJAZ)

TAPI SEKARANG (TAHUN 2008 M) REZIM BADUI-YAHUDI WAHABI SAUDI ARABIA MERUBAH TEMPAT SA’I YAITU DIANTARA BUKIT QOBES AND QARARAH ,bUKAN DIANTARA BUKIT SAFA DAN MARWA!!!

lIHAT FOTONYA DI BAWAH INI :




Disusun oleh: Abu Syafiq ( 012-2850578 )

JOM PAKAT-PAKAT BANTAH WAHHABI KERANA TUKAR TEMPAT SA’I SOFA & MARWAH

Saban hari umat Islam kini pergi menunaikan Umrah. Tetapi kerana kejahatan Wahhabi pengkhianat agama Allah waktu yang sama melakukan amalan bid’ah yang paling besar iaitu menukar tempat Nabi melakukan sa’i antara bukit Sofa dan Bukit Marwah ke tempat yang lain.

Sekiranya amalan sambutan Maulid dianggap bid’ah sampai beria-ria mengedarkan risalah yang lama lagi kuno kononnya membantah amalan Maulid tapi yang sekarang ini Wahhabi TUKAR tempat sa’i kepada tempat & kawasan lain tanpa berdalilkan sehuruf nas pun dari mana-mana dalil Al-Quran mahupun Hadith adakah ia bukan bid’ah?!

Nah! sekalipun Wahhabi tidak menganggap perbuatan menukar tempat sa’i itu adalah bid’ah maka mana nas yang kata harus?! adakah dari kenyataan orang Barat kafir yang Wahhabi berkerjasama menjatuhkan kerajaan Islam dahulu dan membunuh ribuan umat Islam bersama kafir Barat?!
atau berdalilkan dari ruh Muhammad bin Abdul Wahhab yang menjelma hidup semula menjadi ” NABI ” memberi sabda?!

Inilah Wahhabi..pengkhianat agama Allah…pencetus hura-hara..tanduk fitnah..
tidak cukup aqidah sesat Wahhabi ” Allah Letih Duduk Atas Kerusi” disebarkan dikampung2 kini tempat ibadah (sa’i) yang tetap pula telahpun diubah.

Ketahuilah bahawa Wahhabi sekarang telah melakukan sekurang-kurangnya 5 perkara bid’ah pada tempat sa’i :

1- Wahhabi robohkan tempat sa’i yang asal sehingga orang yang buat umrah sekarang melakukan sa’i BUKAN lagi di kawasan Bukit Sofa dan Marwah tetapi dikawasan yang baru luar dari kawasan sa’i yang disahkan oleh Nabi Muhammad. Dan ketahuilah bahawa sesiapa yang melakukan sa’i di tempat yang baru tersebut maka sa’i nya tidak sah dan tidak harus disisi Islam kerana Nabi Muhammad tidak pernah melakukan sa’i disitu.

2- Wahhabi membina kawasan baru yang kononnya dianggap tempat sa’i di luar kawasan Ziqoq Al-‘Attorain iaitu tempat yang telah di naskan sebagai tidak sah sekalipun melakukan sa’i di situ ( Ziqoq Al-‘Attoroin ) . Malangnya Wahhabi membina tempat sa’i yang baru luar dan jauh sama sekali dari tempat tersebut.

3- Wahhabi melebarkan tanpa dalil syara’ ukuran lebar Bukit Sofa yang ke arah luar kawasan asal sehingga membawa ke kawasan berhampiran hotel-hotel dan kedai-kedai bersebelahan disebelah Timur sehingga kawasan itu pula dijadikan tempat sa’i sedangkan ianya telah terkeluar jauh dari kawasan lebar Bukit Sofa yang asal.

4- Wahhabi tidak ada amanah bila mana dalam kerja mengorek kawasan baru tersebut mereka sendiri dapati bahawa Bukit Sofa & Marwah tidaklah selebar yang mereka sangkakan dan (terbaru) mereka sendiri dapati tempat sa’i yang baru mereka bina itu tidak termasuk dalam kawasan lebar Bukit Sofa & Marwah.
Tetapi cinta dunia dan benci agama menyebabkan lidah terkelu membicarakan kebenaran dek billion Dollar & Riyal telah mengaburi mata mereka.Subhanallah…..

5- Wahhabi akan menyiapkan bentuk tempat sa’i nanti (bulan Ramadhan) dengan bentuk one way iaitu orang ramai akan diarah melakukan sa’i antara Sofa ke Marwah dalam kawasan yang SAH tetapi dari Bukit Marwah ke Sofa pula mereka akan diarah mengunakan kawasan sa’i yang baru yang TIDAK SAH. Ini menjadikan sesiapa yang melakukan sa’i tersebut hukum sa’i nya adalah tidak sah bahkan masih dalam keadaaan Ihram selama-lamanya(sampai buat cara yang betul di tempat yang betul).

* KESEMUA WAHHABI DAN WEBSITE-WEBSITE WAHHABI SERTA MUFTI WAHHABI MALAYSIA MEMPERSETUJUI PERUBAHAN TEMPAT SA’I TERSEBUT BERSELARI DENGAN IDEA WAHHABI YANG MEROBOH DAN MENUKAR TEMPAT SA’I YANG ASAL.

Semoga Allah membantu hamba-hambaNya yang berakidah Ahli Sunnah Wal Jama’ah dan memberi hidayah iman kepada hamba-hambaNya yang beraqidah Wahhabi.

http://www.abu-syafiq.blogspot.com