Halaman 58: ALIRAN THAREQAT NAQSYABANDI HAQQANI BANYAK BERKEMBANG DI MALAYSIA DAN MULAI MASUK INDONESIA
Di antara para pendusta yang mengaku sebagai ahli tasawwuf adalah orang yang
bernama Abdullah ad-Daghistani. Ia bukanlah sunni sebagaimana dinyatakan oleh Syekh
Muhammad Zahid an-Naqsyabandi. Abdullah ad-Daghistani keluar dari Daghistan dan
mengaku sebagai seorang sunni, pengikut Thariqah an-Naqsyabandiyyah padahal sanadnya
terputus, tidak bersambung. Mufti Daghistan terdahulu Sayyid Ahmad ibn Sulaiman Darwisy
Hajiyu memperingatkan umat Islam akan bahaya dan kesesatan Abdullah ad-Dagistani ini.
Abdullah ad-Daghistani punya beberapa pengikut, di antaranya Nazhim al-Qubrushshi.
Nazhim kemudian mempunyai murid, di antaranya Hisyam Qabbani yang menyebut dirinya
al-Haqqani, juga saudaranya ‘Adnan Qabbani. Mereka ini termasuk orang yang paling bodoh
tentang agama, dan karenanya para ulama Ahlussunnah memperingatkan masyarakat akan
bahaya dan kesesatan mereka. Bahkan Mufti Tripoli Lebanon menulis komentarnya di
majalah al Afkar agar masyarakat mewaspadai dan tidak tertipu oleh mereka, karena mereka
ini mengaku mengetahui ilmu ghaib dan menganggap bahwa hamba ini adalah bagian dari
Dzat Allah, mereka mengatakan bahwa orang kafir jika membaca al Fatihah maka akan
memperoleh keutamaan dan anugerah dari Allah yang belum pernah diperoleh oleh para nabi,
dan barangsiapa yang membaca ayat… ءامن الرسول sekali saja ia akan memperoleh anugerah yang
belum pernah diperoleh olah para nabi dan para wali, serta masih banyak kekufurankekufuran
mereka yang lain. Alhamdulillah para ulama Indonesia, khususnya para pengikut
Thariqah Naqsyabandiyah telah menyadari kesesatan mereka ini dan memperingatkan
masyarakat akan bahaya dan kesesatan mereka. Kesesatan-kesesatan ini bisa dilihat dalam
buku-buku mereka seperti Muhithat ar-Rahmah, al Washiyyah dan lain-lain.
hALAMAN 56:
Inilah kebenaran yang tidak mungkin dibantah dan ditolak. Namun terdapat
sebagian kelompok yang menyalahi pernyataan ulama Ahlussunnah ini, di antaranya yang
dikenal dengan nama Wahidiyyah. Mereka membagi-bagikan selebaran yang memuat perkataan
mereka: أن تغرقنا في لجة بحر الوحدة yang maknanya : Ya Allah kami memohon kepada-Mu untuk
menenggelamkan kami ke tengah lautan (menyatu dengan- Mu). Redaksi-redaksi semacam ini (bahkan
dalam bahasa Indonesia) juga banyak terdapat dalam majalah mereka. Jelas ini adalah sebuah
kekufuran yang sharih dan menyalahi keyakinan para sufi hakiki.
Di dalam kitab “Al-Asror Rabbaniyyah wal Fuyudhatur Rahmaniyyah” karya Syeikh Ahmad Shawi Al-Maliki halaman 5 diterangkan yang artinya sebagai berikut:
Telah berkata guru dari guru-guru kami, Sayyid Mushtofa Al-Bakri: Telah berkata Al-‘Ala’i di dalam kitab tafsirnya bahwa sesungguhnya Nabi Khidir dan Nabi Ilyas as hidup kekal sampai hari kiamat. Nabi Khidir as berkeliling di sekitar lautan sambil memberi petunjuk kepada orang-orang yang tersesat di lautan.
Sedangkan, Nabi Ilyas berkeliling di sekitar gunung-gunung sambil memberi petunjuk kepada orang-orang yang tersesat di gunung-gunung. Inilah kebiasaan mereka di waktu siang hari. Sedangkan di waktu malam hari mereka berkumpul di bukit Ya’juj wa Ma’luj (يأجوج و مأجوج) sambil mereka menjaganya.
Dan diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwa Nabi Khidir dan Nabi Ilyas berjumpa pada tiap-tiap tahun di Mina (Saudi Arabia). Mereka saling mencukur rambutnya secara bergantian. Kemudian mereka berpisah dengan mengucapkan kalimat:
بسم الله ما شاء الله لا يسوق الخير الا الله
بسم الله ما شاء الله لا يصرف السو ء الا الله
بسم الله ما شاء الله ما كان من نعمة فمن الله
بسم الله ما شاء الله لا حول و لا قوة الا بالله
Maka barangsiapa mengucapkan kalimat-kalimat ini pada waktu pagi dan sore hari, maka ia akan aman dari tenggelam, kebakaran, pencurian, syaitan, sultan, ular, dan kalajengking.
Dan telah dikeluarkan oleh Ibnu ‘Asakir bahwa sesungguhnya Nabi Khidir dan Nabi Ilyas itu berpuasa Ramadhan di Baitul Maqdis (Palestina) dan mereka melakukan ibadah haji pada tiap-tiap tahun. Mereka minum air zamzam dengan sekali tegukan, yang mencukupkan mereka seperti minuman dari Kabil.
Sebagian ulama menceritakan bahwa sesungguhnya Nabi Khidir itu putera Nabi Adam as yang diciptakan dari tulang iganya. Menurut segelintir kecil ulama lagi beliau putera Halqiya. Ada yang mengatakan putera Kabil bin Adam. Adapula yang mengatakan beliau itu cucunya Nabi Harun as, yaitu putera bibinya Iskandar Dzul Qarnain. Dan Perdana Menterinya benar-benar aneh mengatakan bahwa Nabi Khidir itu dari golongan malaikat.
Sedangkan, menurut pendapat ulama yang paling shohih adalah bahwa Khidir itu adalah seorang Nabi. Menurut ulama jumhur beliau itu masih hidup dan beliau tidak akan pernah meninggal terkecuali pada hari kiamat apabila Al-Qur’an telah diangkat dan Dajjal telah membunuhnya. Kemudian, Allah menghidupkannya kembali. Sesungguhnya, beliau itu masa hidupnya panjang sekali. Karena, beliau meminum air kehidupan.
Kalam (menurut) kami (Ulama Nahwu) adalah lafadz yang memberi pengertian. Seperti lafadz “Istaqim!”. Isim, Fi’il dan Huruf adalah (tiga personil) dinamakan Kalim.
Selain keduanya (ciri Kalimah Isim dan ciri Kalimah Fi’il) dinamaan Kalimah Huruf, seperti lafadz Hal, Fi, dan Lam. Ciri Fi’il Mudhori’ adalah dapat mengiringi Lam, seperti lafadz Lam Yasyam.
Dan untuk ciri Fi’il Madhi, bedakanlah olehmu! dengan tanda Ta’. Dan namakanlah! Fi’il Amar dengan tanda Nun Tauqid (sebagi cirinya) apabila Kalimah itu difahami sebagai kata perintah.
Dan keserupaan bangsa Niyabah (pengganti) dari Fi’il tanpa pembekasan I’rob (Isim Fi’il). Dan keserupaan bangsa Iftiqor/kebutuhan yang dimustikan (yakni, isim maushul musti membutuhkan shilah).
Dan untuk Abun berikut yang mengiringinya (Akhun dan Hamun) jarang diri’rab Naqsh, sedangkan dii’rab Qoshr malah lebih masyhur daripada I’rab Naqshnya.
Syarat I’rab ini (Rafa’ dg wau, Nasha dg Alif, dan Jarr dg Ya’ pada Asmaus Sittah) harus Mudhaf kepada selain Ya’ Mutakallim. Seperti: Jaa Akhu Abiika Dza-’tilaa.
Juga (Rofa’ dg Alif) lafadz Kiltaa, begitupun juga lafadz Itsnaani dan Itsnataani sama (I’rabnya) dengan lafadz Ibnaini dan Ibnataini keduanya contoh yang dijarrkan.
Ya’ menggantikan Alif (tanda Rofa’) pada semua lafadz tsb (Mutsanna dan Mulhaq-mulhaqnya) ketika Jarr dan Nashabnya, terletak setelah harkat Fathah yang tetap dipertahankan.
….dan yang serupa dengan keduanya ini (“Aamir” dan “Mudznib”, pada bait sebelumnya). Dan lafadz “‘Isyruuna dan babnya”, dimulhaqkan kepadanya (I’rab Jamak Mudzakkar Salim). Juga lafadz “Ahluuna”
Juga lafadz “Uluu, ‘Aalamuuna, ‘Illiyyuuna dan lafazh Aradhuuna adalah contoh yang syadz (paling jauh dari definisi Jamak Mudzakkar Salim). Juga Lafadz “sinuuna….
…dan babnya”. Terkadang Bab ini (bab sinuuna) ditemukan dii’rab semisal lafadz “Hiina” (dii’rab harkat, dengan tetapnya ya’ dan nun) demikian ini ditemukan pada suatu kaum (dari Ahli Nawu atau orang Arab)
Adapun “Nun”nya Kalimat yang ditatsniyahkan dan Mulhaqnya, adalah terbalik (Harakah Nun dikasrahkan). Semuanya mengamalkan demikian, maka perhatikanlah!
Begitu juga (Dii’rab seperti Jamak Muannats Salim) yaitu lafadz “Ulaatu”. Dan Kalimah yang sungguh dijadikan sebuah nama seperti lafadz “Adri’aatin” (nama tempat di Syam) yang demikian ini juga diberlakukan I’rab seperti Jamak Mu’annats Salim.
Namailah! Isim Mu’tal, terhadap Isim-Isim yang seperti lafadz الْمُصْطَفَى (Isim yang berakhiran huruf Alif) dan seperti lafadz الْمُرْتَقَي مَكَارِمَا (Isim yang berakhiran huruf Ya’).
Kira-kirakanlah! I’rab untuk Kalimah Fi’il yang berakhiran Alif pada selain Jazmnya. Dan Zhohirkanlah! tanda nashab untuk Kalimah Fi’il yang seperti يَدْعُو (Berakhiran huruf Wau) danيَرْمِي (Berakhiran huruf Ya’)…
dan kira-kirakanlah! tanda Rofa’ untuk kedua lafadz (يَدْعُو dan يَرْمِي ). Buanglah (huruf-huruf illat itu) jika engkau sebagai orang yang menjazmkan ketiga Kalimah Fi’il Mu’tal tsb, maka berarti engkau memutuskan dengan Hukum yang benar.
Umat Islam (Muslim) adalah sangat dianjurkan malah merupakan suatu kemestian untuk selalu berdoa dan berzikir kepada Allah dalam apa jua keadaan demi mendapatkan rahmat dan keberkatan yang berterusan di dunia mahupun akhirat kelak. Salah satu tujuannya adalah untuk memastikan manusia itu dapat hidup dengan bahagia, harmoni dan diredhai oleh Allah. Selain itu ianya bertujuan untuk mengelakkan terjadinya gangguan makhluk-makhluk dari kalangan manusia, jin dan syaitan. Berdoa dan berzikir adalah antara perkara yang termasuk dalam cara-cara mengingati Allah samada ketika manusia itu senang, susah, berdiri, duduk, berjalan, bekerja, berehat, bangun mahupun ketika mahu tidur sekalipun.
Nabi Muhammad SAW telah menganjurkan setiap Muslim untuk berzikir dan berdoa sebelum dan selepas mereka tidur. Dalam sebuah HadisRasulullah yang bermaksud:
A. berwudhu dan berdszikir/doa
“Al-Barra bin Azib RA berkata; Adalah Rasulullah S.A.W jika akan tidur, baginda mengiring ke sebelah kanan kemudian membaca: (Maksudnya); “Ya Allah aku serahkan diriku kepada-Mu dan mengadapkan wajah ku pada-Mu dan menyerahkan semua urusanku kepada-Mu dan menyandarkan punggungku kepada-Mu kerana mengharap dan takut kepada-Mu, tiada perlindungan dan tiada tempat selamat daripada seksa-Mu kecuali kembali kepada-Mu. Aku percaya kepada Kitab yang Engkau turunkan dan Nabi yang telah Engkau utuskan.”
B. Posisi nabi tidur ada 2: telentang dan tidur miring menghadap kiblat
1. Menurut sebuah Hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim yang bermaksud:
“Jika kamu hendak tidur, maka berwuduklah bagaikan kamu hendak Solat, kemudian berbaring atas pinggang kanan dan bacalah doa ini (seperti maksud doa yang tersebut diatas) dan jadikanlah bacaan doa itu yang terakhir daripada bacaanmu (perkataanmu sebelum tidur).”
(posisi seperti mayat dalam kubur YAITU TIDUR MIRING PINGGANG KANAN DIATAS (DADA DAN MUKA MENG HADAP KIBLAT, KEPALA DI SEBELAH KANAN/ UTARA (JIKA KIBLAT DI BARAT))
2. Rasulullah juga pernah tidur terlentang dengan cara meletakkan satu kaki diatas kaki yang lain sebagaimana yang tersebut dalam maksud Hadis:
“Daripada Abbad bi Tamim, daripada bapa saudaranya, bahawasanya Rasulullah SAW tidur terlentang di Masjid sambil meletakkan satu kaki diatas yang lain.” (Hadis diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim) TIDAK DISEBUTKAN KAKI MENGHADAP / TAK MENGHADAP KIBLAT
C. Doa nabi sebelumt idur:
Dalam sebuah Hadis lain pula bermaksud:
“Daripada Huzaifah katanya: Nabi SAW apabila berbaring di tempat tidurnya lalu baginda berdoa: (Maksudnya); “Dengan nama-Mu Ya Allah, aku hidup dan aku mati.”
D. Sunnah Mandi ayat / menyapu badan dgn tapak tangan setelah baca surat2 alqur’an
Dalam riwayat Hadis yang lain ada menerangkan yang bermaksud:
“Daripada Aisyah RA katanya: Rasulullah SAW apabila berbaring di tempat tidurnya pada setiap malam, baginda mengangkat kedua tangannya (seperti berdoa), lalu meniup dan membaca Surah Al-Ikhlas, Surah Al-Falak dan Surah An-Naas, kemudian baginda menyapukan tangannya ke seluruh badan yang dapat disapunya dari kepala dan mukanya dan bahagian depan daripada tubuhnya. Baginda melakukannya sebanyak tiga kali.” (Hadis Riwayat Imam Tirmidzi).
Dalam pada itu, Rasulullah (Nabi Muhammad SAW) sebelum hendak tidur juga pernah membaca doa yang bermaksud:
“Ya Allah, Tuhan langit dan bumi. Tuhan Arasy Yang Maha Agung, Tuhan kami dan Tuhan segala sesuatu, Yang membelah biji dan benih, Yang menurunkan (Kitab) Taurat, Injil dan Al-Furqan (Al-Quran). Aku berlindung kepada Mu daripada kejahatan setiap yang memiliki kejahatan, dimana Engkaulah yang memegang setiap yang memiliki kejahatan, dimana Engkaulah yang memegang ubun-ubunnya. Engkaulah yang pertama, maka tidak ada sesuatu pun sebelum Mu. Dan Engkaulah yang terakhir, tidak ada sesuatu pun sesudahMu. Engkaulah yang zahir, maka tidak ada sesuatu pun diatas Mu. Engkaulah yang batin, tidak ada sesuatu pun dibawah Mu. Tunaikanlah hutang kami dan jauhilah kami dari kemiskinan.” (Hadis Riwayat Imam Muslim).
Nabi Muhammad juga menyarankan umat Muslim utuk menunaikan Solat Sunat Witir sebelum tidur, sebagaimana yang tercatat dalam Hadis berikut yang bermaksud:
“Rasulullah SAW juga telah mengingatkan umatnya bahawa syaitan sering menganggu manusia ketika tidur. Oleh itu, umat Islam adalah dianjurkan supaya mengamalkan Solat Witir setiap kali sebelum tidur”. (Hadis Riwayat Imam Bukhari).
Terdapat juga suatu Hadis lain dimana Rasulullah pernah bersabda yang bermaksud:
“Syaitan akan mengikat hujung kepala seseorang yang sedang tidur dengan tiga ikatan, menyebabkan kamu tidur dengan cukup lama. Apabila seseorang diantara kamu bangkit seraya menyebut nama Allah, maka akan terlepaslah ikatan yang pertama. Apabila ia berwuduk maka akan terbuka ikatan kedua. Apabila ia Solat , maka akan terlepaslah semua ikatannya. Ia akan merasa sesuatu kesegaran dan ketenangan hati, jika tidak ia akan merasa malas dan kekusutan hati”. (Hadis Riwayat Imam Bukhari).
Jika Rasulullah terjaga dari tidur di tengah malam, baginda akan membasuh muka dan kedua belah tangannya, sebelum baginda tidur semula.
Dan setiap kali Rasulullah bangun selepas selesai waktu tidurnya, baginda akan mengucap syukur dengan membaca:
“Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami kembali setelah mematikan kami dan kepadaNya lah tempat kembali”.
You must be logged in to post a comment.