Jawaban atas 12 Kedustaan Agama Ahmadiyah Al -qadyani

mirza-ghulam-ahmad-6

Mirza Ghulam Ahmad Qadyani

Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, wassholaatu wassalaamu ‘alaa rosuulillahi khootamil anbiyaai, wa ‘alaa aalihi washohbihi ajmain,amma bakdu.
Untuk berlindung dari disebut kafir,jemaat ahmadiyah membuat 12 pernyataan yang di bacakan oleh pimpinan ahmadiyan Indonesia dalam jumpa pers di baytilquran,taman mini Indonesia, Jaktim pada tanggal 14-01-2008. Dilanjutkan penyebar luasanya oleh media-media cetak dan elektronik. Dan dusta ini mendapatkan keberhasilan yang luar biasa,dengan banyaknya orang-orang tertipu dari tokoh-tokoh yang sering disebut ustad dan kiai dengan begitu mudah mempercayaai pernyataan ini hingga tergopoh–gopoh menyalahkan para ulama yang dengan jelas dan ilmiyah mengkafirkan Ahmadiya. Hingga akhirnya terjadi konflik dalam tubuh Islam antara yang membela ahmadiyah dan yang berusaha menghentikan aktifitas Ahmadiyah.Itulah buah keberhasilan Ahmadiyah dalam memecah belah ummatIislam.Berikut ini adalah 12 poin dusta Ahmadiya sekaligus kami bongkar letak kedustaan Ahmadiyah dengan 12 pointya ini.

“PENJELASAN PENGURUS BESAR JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA
TENTANG POKOK-POKOK KEYAKINAN DAN KEMASYARAKATAN WARGA JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA” DAN BANTAHAN AHLUSUNNAH WALJAMAAH TERHADAP PERNYATAAN INI

Ahmadyah dusta dengan 12 pointya

Untuk memperjelas Aliran Ahmadiyah, berkenaan dengan adanya pernyataan yang disampaikan oleh Pengurus Besar Jemaat Ahmadiyah dengan 12 (dua belas) point pembelaannya, maka kalau kita melihat sepintas ke 12 point tersebut, memang Ahmadiyah bukan golongan lain dari kita (kaum muslimin). Akan tetapi permasalahannya adalah benarkah pernyataan itu sesuai dengan aqidah Ahmadiyah yang sesungguhnya?, Diambil dari mana pernyataan itu?Dari sebuah kenyataan kebenaran ahmadiyah atau dari dusta untuk sekedar berlindung?Alangkah bijaknya bagi kaum muslimin yang berkecimpung di dunia fatwa sebelum menghukumi sebuah kelompok untuk bisa mencermati Ahmadiyah dengan membaca akidah Ahmadiyah langsung dari buku mereka.
Untuk mengetahui kebenaran pernyataan tersebut tidaklah sulit bagi orang yang tahu Ahmadiyah. Hanya yang mengherankan ada beberapa keputusan yang diambil oleh orang-orang yang katanya berpendidikan, gemar membaca atau bahkan berlabel Ulama yang tergopoh-gopoh mempercayai pernyataan Pengurus Besar Jemaat Ahmadiyah Indonesia (PB JAI) itu tanpa dicek terlebih dahulu kebenaran pernyataan tersebut. Bahkan seolah-olah mengajak perang dengan kaum muslim sendiri. Bagaimana mengambil keputusan tentang sesat tidaknya sebuah aliran hanya dengan selembar kertas yang dikirim oleh kelompok yang mencoba membela diri. Apakah tidak bisa melacak lebih jauh kepada hakekat ajaran tersebut dengan kembali pada buku-buku pegangan yang di anggap dikalangan mereka ?Dari disitulah inti dan hakikat ajaran Ahmadiyah bisa di ketahui.
Jemaat Ahmadiyah bisa berbicara keindahan, persatuan dan ukhuwah disaat terdesak agar selamat. Akan tetapi kenyataan keyakinan dan aqidah mereka yang tertulis didalam buku-buku pegangan mereka sesuatu yang tidak bisa di tutup–tutupi dengan seribu topeng ukhuwah dan perdamaian. Sungguh 12 pokok-pokok tertulis diatas tidak ada artinya jika kita mengetahui apa yang ada didalam Ahmadiyah yang sesungguhnya.tidak akan merubah apa yang telah ada dalam aqidah Ahmadiyah. Tidak beda dengan orang yang dengan lantang mengatakan kalau ia beriman dengan rukun iman yan enam akan tetapi dirumahnya ia masih menyembah berhala atau meragukan kebenaran Alquran. Maka iapun belum bisa disebut sebagai ahli iman. Apa yang di ucapkanya tidak di anggap dan tidak akan merubah apa yang diyakininya.
Kepada para ulama, pemikir, ilmuan, negarawan agar mencermati ini dengan serius, bijak dan penuh keindahan. Jika kami mengatakan bahwa Ahmadiyah itu adalah Aliran yang keluar dari Islam bukan berarti kami mengatakan, hancurkan Ahmadiyah atau bunuh warga Ahmadiyah! Tidak!, Islam tidak memerintahkan membuat kerusakan dan kehancuran.
Akan tetapi kami mengatakan Ahmadiyah keluar dari Islam ini termasuk kebenaran yang harus dihadirkan untuk menghindari tindak kekerasan dilapangan. Sebab kesesatan dan kekafiran Ahmadiyah itu adalah hakekat yang tidak bisa dipungkiri . Jika hal itu kita tutup-tutupi dengan 12 point diatas dengan tujuan untuk menciptakan keamanan, maka tidaklah akan terwujud sebuah keamanan. Sebab kedustaan 12 point tersebut akan terus terungkap dan bersama itu juga akan muncul kegaduhan lagi.
Justru jika kita ingin menciptakan keindahan, keamanan di Indonesia maka keputusan pengkafiran dan mengeluarkan Ahmadiyah dari keompok kaum muslimin adalah satu satunya jalan yang harus di ambil. Sebab hakekat ini tetap tidak bisa ditutup-tutupi karena apa yang ada didalam ajaran Ahmadiyah sangat jelas jauh keluar dari aqidah Islam seperti yang akan kami urai didalam irama menjelaskan kedustaan point-point yang dipaparkan Pimpinan Jemaat Ahmadiyah tersebut.
Dari situlah kemudian bisa disimpukan, ternyata ahmadiah bukan saja sesat akan tetapi telah keluar dari Islam. Kemudian setelah kita vonis Ahmadiyah dengan vonis kafir baru kemudian kita mencari solusi untuk menyikapi Ahmadiyah yang keluar dari Islam dengan bijak. Inilah yang perlu kami tegaskan . Jangan kita membohongi orang awam dengan mentutup-tutupi hakekat keberadaan ahmadiyah demi menjaga dan mempertahankan kaum minoritas ahmadiyah(tanpa disadari bahwa cara ini disisi lain telah melukai kaum mayoritas).Membohongi ummat bukan sebuah solusi bahkan justru dengan cara seperti, itu akan menambah keruh suasana dan memperpanjang permasalahan.
Uraian ringkas dusta Ahmadiyah
Maka berikut ini kami akan mencoba menurai satu persatu 12 point dusta Pimpinan Jemaat Ahmadiyah.
1. Kami warga jemaat Ahmadiyah sejak semula meyakini dan mengucapkan dua kalimah syahadat sebagaimana yang diajarkan oleh Yang Mulia Nabi Muhammad Rasulullah SAW yaitu, Asyhadu an laa ilaaha illa Allahu wa Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah, Artinya Aku brsaksi tiada tuhan selain Allah dan aku bersaksi nabi Muhammad adalah rasulullah.

Kami katakan ; Benar itu adalah syahadatnya orang Ahmadiyah, akan tetapi ada keyakinan Ahmadiyah yang lebih dari syahadat tersebut. Disebutkan didalam “tuhfatunnadwah” karangan Mirza Ghulam Ahmad bahwa ”setiap muslim yg telah sampai padanya seruanku biarpun dia disebut muslim akan tetapi tidak menganggapku, tidak menyerahkan permasalah hukumnya kepadaku, tidak beriman kapadaku(mirza hulam ahmad) sebagai Al-masih yg dijanjikan dan tidak mengakui bahwa wahyuku adalah dari Allah maka dia berhak mendapatkan siksa dari langit. (tuhfatunnadwa hal:4).
Disebutkan juga di “Hujjatullah”, ceramah Mirza yang pernah disampaikan di lahur bisa dilihat dikitab “ Annubuah fil islam” kumpulan Muhammad Ali allahuri , di situ di sebutkan bahwa” setiap orang laki-laki yg tidak beriman kepada almasih almau’ud( yakni Mirza ghulam ahmad)atau tidak merasa perlu beriman kepadnya maka sungguh dia telah bodoh kepada hakekat Islam dan bodoh kepada hakekat tujuan kenabian dan risalah dan tidak bisa mungkin dia disebut sebagai seorang muslim yg benar” (Annubuah fil islam/214)
Kemudian disebutkan juga ungkapan Mirza Ghulam Ahmad di kitab “ Kalimatulfasli” kumpulan Basyiruddin mahmud Ahmad (kholifah mirza yang ke-2) .Disitu disebutkan; setiap orang yg tidak mengikutimu (mirza ghulam ahmad) tetapi tidak mengikuti baiatmu maka dia tetap masih di anggap melanggar Allah dan Rasulnya dan dia adalah termasuk ahli neraka.(Kalimatulfasli 129).
Kemudian di sebutkan lagi bahwa; setelah menjadi jelas bahwasannya tidak ada kesalamatan kecuali dengan iman kepada Al-Masih Al-Mau’ud yang dijanjikan (yakni mirza ghulam ahmad). Lalu setelah itu semua tidak ada gunanya berusaha untuk menganggap kebenaran Islam selain Islam Ahmadiyah, .(Kalimatulfasli 129).
Disebutkan lagi bahwa; mirza di saat ia menyeru kepada selain Ahmadiyah dengan sebutan kaum muslimin, makna sesungguhnya adalah bukan karena mereka kaum muslimin akan tetapi agar mereka memeluk agam Islam (Islam Ahmadiyah). Sebab mereka sesungguhnya orang yg belum beriman karena mereka belum mengimani mirza. .(Kalimatulfasli 129).
Kemudian di sebutkan lagi dalam “Miratu Sidqi” karya Basyiruddin Mahmud ahmad “ Semua kaum muslimin yg tidak bergabung dalam membaiat almasih almau’ud (yakni Mirza Ghulam Ahmad) maka mereka semua adalah orang-orang kafir yang keluar dari islam” (Miratu Sidqi /25)
Didalam Kalimatul Fasli karya Basyiruddin Mahmud disebutkan “ setiap laki-laki yg beriman kepada Musa dan tidak beriman kepada Isa, atau beriman kepada Isa dan tidak beriman kepada Muhammad, atau beriman kepada Muhammad lalu tidak beriman kepada Mirza Ghulam Ahmad maka bukan saja dia disebut sebagai orang kafir akan tetapi sungguh dia telah tenggelam dalam kekafiran dan keluar dari Islam” (Kalimatul Fasli/110).
Dari keterangan ini sangat mudah bagi orang yang kecerdasanya amat rendah sekalipun akan tahu bahwa point pertama yang di ajukan Pimpinan Jemaat Ahmadiah adalah dusta. Ahmadiyah tidak sekedar mengimani Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi yang mendapatkan wahyu akan tetapi lebih dari itu Ahmadiyah telah menganggap orang yang tidak mengakui mirza Ghulam ahmad sebagai nabi yang mendapatkan wahyu adalah orang kafir dan bukan kelompok kaum muslimin. Sadarlah wahai kaum mulimin khususnya yang tidak mendukung pembubaran Ahmadiyah, sampai kapanpun Anda adalah tetap kafir dan penghuni neraka menurut Ahmadiyah. Karena hal itu telah di ucapkan oleh sang nabi palsu Mirza yang sekaligus diimani oleh kholifah dan pengikutnya. Dan hal ini tidak akan berubah kecuali Pimpinan Jemaat Ahmadiyah Jakarta yang merubah dan menganggap dirinya sebagai nabi palsu lagi yang mendapat wahyu dusta yang berbeda dengan wahyu dusta mirza.

2. Kemudian point yg ke 2. Sejak semula kami warga jemaah Ahmadiyah meyakini bahwa Rasulullah adalah Khatamun Nabiyyin (nabi penutup).
Tidak kami pungkiri bahwa Ahmadiyyah mengakui Nabi Muhammad sebagai Khotamin Nabiyyin. Akan tetapi yang kami permasalahkan adalah makna Khotamin nabiyyin yang di datangkan oleh Mirza Ghulam Ahmad. Hal itulah yang harus diperhatikan dan cermati. Jangan sampai kita mau-mau saja menerima point itu mentah-mentah seperti orang tolol yang tidak bisa berpikir dan mudah dibohongi. Tanyakan makna Khotamin Nabiyyin kepada mereka agar mau menjelaskan dengan jujur. Jika mereka tidak mau jujur mari kita mencari sendiri keterangan tentang ini.
Khotamun nabiyyin yang difahami oleh kaum muslimin sesuai yang di ajarkan oleh Rasulullah SAW adalah bahwa nabi Muhammad adalah nabi terakhir dan tidak ada nabi lagi setelah beliau. Sudah menjadi kesepakatan [ijma] ulama bahwa yang mengatakan ada nabi setelah nabi Muhammad adalah keluar dari Islam. Aka tetapi apa yang ada didalam keyakinan Ahmadiyah sangatlah bertentangan dengan keyakinan kaum muslimin.
Mari kita lihat di sebuah buku yang di tulis oleh seorang ahmadiyah bernama Drs Abdurrozzaq, yang di terbitkan oleh Jemaat Ahmadiyah Indonesi dan telah diperiksa oleh Dewan naskah Jemaat Ahmadiyah Indonesia SK. Dewan naskah No. 001/15. 01.2008 yang berjudul Wahyu Ilahi sangat jelas disebutkan disitu pengukuhan kenabian mirza dengan wahyunya.
Disebutkan dalam buku tersebut.” Contoh wahyu kepada pendiri ahmadiyah. Wahyu allah yang di turunkan kepada pendiri ahmadiyah begitu banyak tersebar disekitar 80 buku karya beliau.Kemudian setelah 27 tahun beliau ‘alaihissalam wafat,wahyu-wahyu tersebut dihimpun dalam satu buku yang diberi nama “Tadzkirah”yang dicetak pada tahun 1935 pada masa kholifatul masih tsani,hadhrat Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad Rodhiyallohu ‘anhu…..berikut ini diantara contoh wahyu yang telah diterima pendiri ahmadiyah,hadhrat mirza ghulam ahmad,imam mahdi dan Al-masih almauud alaihisssalam yang kebenaranya dapat kita saksikan.
.يا أحمد فاضت الرحمة على شفتيك-إنك بأعيننا-يرفع الله ذكرك ويتم نعمته عليك في الدنياوالأخرة
Wahai ahmad,rahmat itu telah melompah pada kedua bibir engkau,sesungguhnya engkau berada pada pengawasan kami;Allah meninggikan sebutan nama engkau serta Dia menyempernakan nikmat-Nya kepada engkau didunia dan di akhirat[(tadzkirah hal 49)wahyu ilahi .17]]
Di dalam kitab Al Malfudhot Al Ahmadiyyah kumpulannya Mandhur ilahi Al Qodyani, disitu disebutkan bahwa; Mirza berkata didalam permasalah khotamin Nabiyyin . Yang dimaksud dengan khotamin nabiyyin sesungguhnya tidak mungkin benar sekarang ini ada Nubuwwah (kenabian) manapun kecuali dengan stempelnya Nabi Muhammad seperti halnya tidak ada kertas yang bisa dipercayai yang bisa dianggap kecuali yang sudah distempel. Begitupun setiap kenabiyan yang tidak distempel dengan stempel Nabi Muhammad maka tidak benar (Al Malfudhot Al Ahmadiyyah 5/290).Itulah muqoddimah mirza untuk mengatakan dirinya sebagai nabi yang telah dapat setempel dari Nai Muhammad.
Jadi ahmadiyah memang benar mengakui nabi Muhammad sebagai khotamunnabiyyin akan tetapi makna khotamunnabiyyin yang telah disalah artikan oleh pendiri Ahmadiyah inilah yang kita permasalahkan.
Bisa dilihat dalam Irsyadat Mirza Ghulam ahmad, disitu disebutkan; termasuk hikmah Allah SWT dan kelembutan Allah kepada umat Nabi Muhammad untuk mengangkat kalimat Nubuwwah selama 13 abad setelah turunnya Nabi Muhammad. Hal dekian itu untuk menyerpunakan keutamaan keagungan kenabiyannya , kemudian setelah keagungan Islam ini mulai berkurang maka saat itu umat ini butuh kepada orang-orang yang mendapatkan gelar nabi untuk menyempurnakan silisilah kenabiyan. Dan kalimat nabi ini hanyalah untuk Al Masih Al Mau’ud ( mirza) di akhir zaman.(jaridatul hukmi 17/4193)
.
Ini adalah pengakuan Mirza yang sangat jelas bahwa dirinya adalah Nabi yang mendapatkan wahyu. Jika pengakuan seperti ini bukanlah kekafiran lalu seperti apa kekafiran itu. Dan kira-kira apa masih kurang jelas dusta Ahmadiah dalam point yang kedua ini?.Jangan tertipu dengan beberapa tulisan yang di tulis oleh pengikut Ahmadiyah yang sesaat mengatakan Mirza itu sebagai mursyid, sesaat sebagai penerima ilham, sesaat sebagai nabi pembawa kabar gembira dan bukan Syariah baru,sesaat mengatakan sebagai utusan seperti nabi-nabi yang lainya.Sesaat mengatakan dirinya Nabi Isa .sesaat mengatakan dirinya adalah nabi Muhammad yang hadir kembali.Dan memang begitulah pengakuan sang pendusta Mirza yang mudah dipercaya oleh orang-orang yang tidak berfikir. Dan jika Jemaat ahmadiyah mau jujur dan memang sama dengan kita maka point tersebut di atas seharusnya bunyinya seperti in,Sejak semula kami warga jemaah Ahmadiyah meyakini bahwa Rasulullah adalah Khatamun Nabiyyin (nabi penutup) dan mirza bukanlah seorang nabi. Karena disinilah letak inti permasalahan Ahmadiyah.

3. Kemudian point yang ketiga Diantara keyakinan kami bahwa Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang Guru, Mursyid pembawa berita gembira dan peringatan serta pengemban mubasyirot, pendiri dan pemimpin jemaat Ahmadiyah yang bertugas memperkuat dakwah dan syiar Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Dari 12 point yang di ajukan,semua mengarah kepada pengkelabuhan aqidah khususnya masalah kenabian. Termasuk point yang ke-3 ini sangat jelas pengkelabuhan keyakinan mereka tentang kenabian Mirza.
Tersurat dalam point ini seolah-olah mereka tidak meyakini Mirza sebagai nabi agar tetap dianggap sama dengan kaum muslimin.
Dan memang siapun boleh menganggap seseorang sebagai guru,mursyid atau murobbi asalkan jangan menganggapnya sebagai nabi. Akan tetapi yang kita permasalahkan dengan Ahmadiyah adalah di ujung pengakuan mereka tentang Mirza (dan itu disembunyikan dengan sengaja dan dusta dari tek point ke 3) yaitu pengangkatan Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi. Sungguh bagi orang yang tahu Ahmadiyah kedustaan Amadiyah pada point ini tidaklah tersembunyi.(lihat jawaban kami untuk point-point dusta Ahmadiyah yang sebaelumnya!).Jika Ahmadih di Indonesia memang mau jujur dan kebaradaan merka tidak berbeda dengan kita maka seharusnya point itu berbunyi,Diantara keyakinan kami bahwa Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang Guru, Mursyid pembawa berita gembira dan peringatan serta pengemban mubasyirot, pendiri dan pemimpin jemaat Ahmadiyah yang bertugas memperkuat dakwah dan syiar Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dan mirza bukanlah seorang nabi.Karena disinilah letak perbedaan prinsip Ahmadiyah dengan kaum muslimin.
4. Kemudian point yang keempat ,Untuk memperjelas bahwa kata Rasulullah dalam 10 syarat bai’at yang diharus dibaca oleh setiap jemaat Ahmadiyah bahwa yang dimaksud adalah Nabi Muhammad SAW, maka kami mencantumkan kata Muhammad didepan kata Rasulullah.
Kami katakan,inipun masih tidak bisa menyelamatkan Mirza Ghulam Ahmad dari kekafiran. Point ini akan semakin jelas membongkar borok dan dusta Ahmadiyah. Karena nabi palsu ini suka bingung hingga sesaat menyebutnya sebagai almasih yang dijanjikan, sesaat mengaku sebagi nabi Muhammad yang hadir kembali seperti disebutkan didalam “jaridatulfadhli” Mirza berkata “yang dimaksud dengan Muhammad dalam ayat , muhammadurrosulullahi … adalah aku “.(jaridatulfadhli 15 juli 1951)
Jika yang mengucapkan point ini seorang muslim memang sangat jelas maknanya. Akan tetapi jika yang mengucapkan Point ini adalah orang-orang Ahmadiyah maka hal ini menjadi tidak jelas. Artinya, tidak jelas mengakui nabi Muhammad sebagai nabi terakhir dan tidak ada nabi setelah itu. Juga tidak jelas kalau mereka masih meyakini mirza sebagai nabi. Ketidak jelasan inilah fitnah dan penipuan halus. Disatu sisi mereka masih mengakui mirza sebagai nabi disisi lain ingin mengkelabui kaum muslimin agar masih dianggap sebagai kaum muslimin. Mereka perlu membuat point semacam ini karena mereka sadar bahwa mereka memang kafir menurut kaum muslimin dengan keyakinan mereka tentang kenabian Mirza.
Padahal kalau Ahmadiyah mau jujur dan memang sama dengan kita point seharusnya bunyinya seperti ini, Untuk memperjelas bahwa kata Rasulullah dalam 10 syarat bai’at yang diharus dibaca oleh setiap jemaat Ahmadiyah bahwa yang dimaksud adalah Nabi Muhammad SAW, maka kami mencantumkan kata Muhammad didepan kata Rasulullah dan mirza bukanlah seorang nabi.Sebab masalah kenabiyan Mirza inilah yang menjadikan Ahmadiyah beda dengan kaum muslimin.

5. Kemudian point yang kelima , Kemudian Jemaat Ahmadiyah menyakini :
a. Tidak ada wahyu, syariat setelah Al Qur’anul Karim yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
b. Al Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad Rasulullah Saw adalah sumber ajaran Islam yang kami pedomani.
Betul mereka menyakini bahwa Al Qur’an-nya sama seperti yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dan menjadikan Al Qur’an dan sunnah Nabi sebagai sumber ajaran Islam. Akan tetapi disini Ahmadiyah memberikan penambahan dan penafsiran sendiri yang merusak Alquran dan Sunnah Nabi dan mengatakan Mirza Ghulam Ahmad juga membawa wahyu yang menandingi Al Qur’an dan Sunnah Nabi. Ini bisa kita lihat di Tadzkiroh yang terdapat banyak ayat-ayat Al Qur’an yang dirusak, dirubah ,dipalsukan dan didustakan oleh Mirza Ghulam Ahmad sendiri. Dan apa arti Sunnah Nabi jika ia tidak cocok lalu membuat hadits sendiri karena merasa kalau dia adalah nabi. Dan pengikutnyapun sama karena telah meyakini mirza sebagai nabi yang mendapatkan wahyu seperti nabi Muhammad SAW. Artinya pernyataan dalam point inipun semakin menjelaskan upaya pengkelabuadn dan penipuan ahmadiyah untuk berlidung disaat terdesak.seperti yang bisa kita lihat dalam kitab pegangan mereka yang bernama tadzkiroh. Lihat di tadzkiroh ya ahmadu barokallaho fiika,arrohmanu allamal quran…wahai ahmad(maksudnya adlah mirza) semoga Allah memberkatimu, Allah yang telah mengajarkan alquran…(tadzkirah /363)

6. Point yang kelima, Buku Tadzkiroh bukanlah kitab suci ahmadiyah, melainkan catatan pengalaman rohani hadrot mirza ghulam ahmad yang dikumpulkan dan dibukukan serta diberi nama Tadzkiroh oleh pengikutnya pada tahun 1935 yakni 2 tahun setelah beliau wafat (1908).
Baik,marilah kita lihat di kitab Tadzkiroh perjalanan rohani Mirza,mari kita lihat di halaman pertma dalam buku perjalanan rohani mirza.disebutkan disitu tadzkirah adalah (wahyun muqoddas)wahyu suci. Dari sini sudah terlihat dusta Ahmadiyah. Merelka tidak mau mengatakan tadzkirah sebagai kitab suci akan tetapi mereka tidak ragu lagi untuk menyebutnyanya sebagai wahyu suci.
Kemudian kita bisa masuk kehalaman lebih dalam lagi disitu disebutkan(pada suatu malam aku menulis sesuatu dan aku tertidur, kemudian aku melihat Rasulullah yang wajahnya seperti purnama lalu beliau mendekat kepadaku seolah beliau hendak memelukku dan menjadilah beliau orang yang memelukku, kemudian aku melihat cahaya memancar dari wajahnya lalu pindah kepadaku, aku melihat cahaya itu seperti cahaya yang bisa di indra, hingga aku yakini jika aku telah merasakanya dengan indraku dan bukan dengan mata jiwa (roh) kemudian aku tidak merasakan rosulullah terpisah dariku setelah memelukku dan tidak meninggalkanku, kemudian setelah beberapa hari dibukakan pintu ilham buatku dan Allah mengajakku bicara (turun wahyu) ya ahmadu barokallahu fiika, ma romaita idz romaita walakinnalloha roma ,arrohmanu allamalquran…wahai ahmad semoga Allah memberkatimu,sungguh tidaklah engkau melempar dengan sungguh disaat engkau melempar akan tetapi Allahlah yang melempar, Allah yang telah mengajarkan alquran…)…(tadzkirah/33)
inna anzalnahu qoriiban minalqodiyani… sungguh aku telah menurunkanya di dekat kota qodiani …(tadzkirah/369)ya ahmadu yatimmu ismuka wala yatimmu ismi…wahai ahmad telah sempurna namamu dan tidak sempurna namaku.(tadzkirah/51) roaituni filmanami ‘ainallahi watayaqqontu annani hua…aku melihat dalam mimpi diriku adalah wujud Allah, dan aku meyakini bahwa diriku adalah Dia (Allah).(tadzkirah/195)

Kalau memang ini adalah catatan perjalanan rohani Mirza Ghulam Ahmad, siapa dari orang yang beriman yang mengakui perjalanan itu sebagai perjalanan rohani ahli iman?. Itu hanya sekedar contoh yang kami hadirkan akan tetapi kerusakan dan kekafiran Mirza Ghulam ahmad dalam tadzkirah teramat banyak untuk disebut. Disitu juga disebut pengakuan Mirza yang mendapatkan wahyu, mengaku Nabi, bertemu Jibril dan sebagainya yang sungguh sangat mengerikan bagi ahli iman .

7. Adapun point ke tujuh dikatakan “Kami warga jemaat Ahmadiyah tidak pernah dan tidak akan mengkafirkan orang Islam diluar Ahmadiyah baik dengan kata-kata ataupun perbuatan”
Ini adalah dusta yang luar biasa, lihat di Kalimatul Fasli karangannya Mirza Basyiruddin Mahmud ahmad “setiap laki-laki yg beriman kepada Musa dan tidak beriman kepada Isa, atau beriman kepada Isa dan tidak beriman kepada Muhammad atau beriman kepada Muhammad lalu tidak beriman kepada Mirza Ghulam Ahmad maka bukan saja dia disebut sebagai orang kafir akan tetapi sungguh dia telah tenggelam didalam kekafiran dan keluar dari Islam” (Kalimatul Fasli/110)..

8. Kemudian point ke delapan ” Kami warga jemaat Ahmadiyah tidak pernah dan tidak akan menyebut masjid yang kami bangun dengan nama Masjid Ahmadiyah”
Persolan nama Masjid tidaklah terlalu penting, akan tetapi hakekat aqidah yang membangun masjid dan memakmurkan masjid itulah yang perlu di cermati.

9. Kemudian poin kesembilan” Kami menyatakan bahwa setiap masjid yang dibangun dan dikelola oleh jemaat ahmadiyah selalu terbuka untuk seluruh umat Islam dari golongan manapun”.
Persolan ini juga tidak terlalu penting sebab dibuka dan tidak sebuah masjid untuk kaum muslimin itu bukan permasalahan aqidah akan tetapi itu hanya permasalahan tanggung jawab terhadap masjib.Akan tetapi mari kita lihat dusta Ahmadiah dalam point ini. Kata Mirza Ghulam Ahmad, aku berkeyakinan bahwa siapapun yang sholat (bermakmum) dibelakang orang yang bukan dari golongan ahmadiyah maka kalau ia mati tidak boleh disholati sebab ia telah keluar dari kelompok ahmadiah (risalah mirza tulisan kholifah yang kedua mereka Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad dalam jaridatul fadl pada 12-4 1926).
Membuka pintu Masjid tidak ada artinya jika hati dan keyakinan tetap mengatakan selain kelompoknya adalah bukan ahli Masjid.
10 Dan untuk point 10.11 dan12 bukanlah persoalan yang penting untuk dijadikan dasar untuk menilai benar dan salahnya ajaran jemaat ahmadiyah .

HIMBAUAN
Setelah ini semua,setelah kukuh keyakinan kita akan kekafiran jemaat ahmadiah marilah kita berlaku bijak dalam menyikapi mereka.Ketauhilah sungguh banyak dari mereka adalah orang-orang yang tertipu. Mari kita ajak mereka kembali kepada ajaran yang benar.Segeralah pemerintah menyelesaikan kaum minoritas ini dengan penuh bijak dan memperhatikan hati kaum mayoritas yang terkoyak-koyak oleh jemaat Ahmadiah.Dan keberadaan jemaat ahmadiah selamanya akan menyakiti kaum muslimin.Sebab mereka kemana-mana menggunakan nama kaum muslimin dan membawa ajaran kaum muslimin yang dipalsukan oleh mereka.Selagi jamaah ahmadiyah masih tetap dibiarkan dan di izinkan berkembang, bersama itu pula konflik semakin besar.Jadi Ahmadiyah harus dibubarkan demi keamanan dan ketentraman.Semoga Allah SWT menjaga iman kita semua!
Wallahu ‘alam bish showab.

Ditulis oleh:Buya Yahya

Dari Cirebon

http://buyayahya.org/index.php?option=com_content&view=article&id=80:dusta-ahmadiyah&catid=41:artikel&Itemid=65