Fitnah wahabi thd Sholawat Nariyah dan sholawat ahli sufi

Fitnah wahabi pada solawat nariyah dsb. :

Membongkar Kedok Sufi : Tasawuf & Sholawat Nabi
Penulis: Buletin Islam Al Ilmu Edisi 50/II/IV/142
Firqoh-Firqoh, 05 Juni 2005, 13:56:11

jawaban saya :

Begitulah cara wahabi menebar fitnah, hanya orang-orang yang dangkal aqidahnya, kurang perbendaharaan ilmu dan hadits sajalah yang membenarkannya dan mengikuti doktrin2 sesatnya…..

wahabi/ salapy / darul hadits banyak lagi jenisnya, di Indonesia saja ada LDII, salapi, wahdahislamiyah, persis, muhammadiyah dsb……na’udzubillah!! dan mereka pun saling kafir-mengkafirkan/sesat-menyesatkan diantara mereka sendiri….

untuk menjawab masalah ini, kita harus tau dahulu apa itu sholawat’
1. Sholawat adalah doa keselamatan, kesejahteraan
Dengan bahasa apapun atau orang yg tak hafal salawat yg panjang2 kalau dia mendoakan keselamatan pada nabi maka itu pun dikatakan solawat dan mendapat fadhilah sholawat. Jadi Mendoakan keselamatan kepada nabi dengan doa versi kita, dgn bahasa kita sendiri (tapi tidak menyalahi syar’i) maka tetap itu dihitung sebagai sholawat dan berhak mendapat fadhilah, seperti hadits :

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda (artinya): “Barangsiapa bershalawat kepadaku sekali saja, niscaya Allah akan membalasnya dengan shalawat sepuluh kali lipat.” (H.R. Al Hakim dan Ibnu Sunni)

tau ga sholawatnya Allah kepada kita? jadi solawat itu artinya doa keselamatan baik didunia/ahirat…
..ga tau bahasa arab siih…

untuk ini kita lihat fatwa ulama :
Dari sinilah Imam Syafi’i –semoga Allah meridlainya- menyimpulkan:

“الْ  محدثَات من اْلأُمورِ ضربان: أَح  د  هما: ما أُحدثَ
مِما يخالِ  ف كتابا أَو سنةً أَو أَثرا أَو إِجماعا، فهذه
اْلبِدعُة الضلاَلَة، والثَّانِيُة: ما أُحدثَ من الْخيرِ لاَ
خلاَف فيه لواحد من هذا، وهذه محدثٌَة غَير
مذْمومة” (رواه الحافظ البيهقي في كتاب مناقب الشافعي)
“Perkara-perkara yang baru (al muhdats) terbagi dua, Pertama : perkara baru yang bertentangan dengan kitab, sunnah, atsar para sahabat dan ijma’, ini adalah bid’ah dlalalah, kedua: perkara baru yang baik dan tidak bertentangan dengan salah satu dari hal-hal di atas, maka ini adalah perkara baru yang tidak tercela” (Diriwayatkan oleh al Hafizh al Bayhaqi dalam kitabnya “Manaqib asy-Syafi’i”, Juz I, h. 469)

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam telah bersabda:
“من سن فيِ اْلإِسلاَمِ سنةً حسنَةً فَلَه أَجرها
وأَجر من عملَ بِها بعده من غَيرِ أَنْ ينُقص من
أُ  جورِهم شىءٌ” (رواه الإمام مسلم في صحيحه)
Maknanya: “Barangsiapa yang memulai (merintis) dalam Islam sebuah perkara yang baik maka ia akan
mendapatkan pahala perbuatan tersebut dan pahala orang yang mengikutinya setelahnya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun”. (H.R. Muslim dalam Shahih-nya)

Sahabat Umar ibn al Khaththab setelah mengumpulkan para sahabat dalam shalat tarawih dengan bermakmum kepada satu
imam mengatakan:
” نِعم الْبِدعُة هذه ” (رواه الإمام البخاري في صحيحه)

Maknanya: “Sebaik-baik bid’ah adalah ini” (H.R.
al Bukhari dalam Shahih-nya)

2. Apakah hukum memanggil (Nida’) seorang nabi atau seorang wali, meski tidak di hadapan keduanya, dan apa hukum meminta kepada nabi atau wali sesuatu yang biasanya tidak pernah diminta oleh umat manusia ?
Jawab: Itu semua boleh dilakukan, karena perbuatan seperti itu tidaklah
dianggap beribadah kepada selain Allah. Ucapan “Wahai Rasulullah” semata bukanlah syirik. Dalam sebuah hadits yang tsabit disebutkan bahwa Bilal ibn alHarits al Muzani (salah seorang sahabat Nabi) mendatangi makam Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam saat musim paceklik di masa pemerintahan Umar ibn al Khaththab –semoga Allah meridlainya- lalu Bilal berkata (di depan makam Nabi): “Wahai Rasulullah ! mohonlah (kepada Allah) agar diturunkan air hujan untuk umatmu, karena sungguh mereka telah binasa” (H.R. al Bayhaqi dan lainnya). Apa yang dilakukan sahabat Bilal ini sama sekali tidak diingkari oleh sahabat Umar dan para sahabat lainnya, bahkan mereka menilai perbuatan
tersebut bagus. Allah ta’ala berfirman:
[ ولو أم إذ ظلموا أنفسهم جاءوك فاستغفروا الله واستغفر لهم الرسول لوجدوا الله توابا رحيما ]
( (سورة النساء : 64
Maknanya: “Sesungguhnya jikalau mereka ketika menzhalimi diri mereka (berbuat maksiat kepada Allah) kemudian datang kepadamu lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulullah-pun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah maha menerima taubat lagi maha penyayang” (Q.S. an-Nisa: 64)
Juga dalam hadits yang tsabit telah disebutkan: Bahwa Ibnu Umar mengatakan:
يا محمد
(wahai Muhammad) ketika merasakan semacam kelumpuhan pada kakinya (H.R. al Bukhari dalam kitabnya al Adab al Mufrad)

3. Terangkan tentang tawassul dengan para nabi?
Jawab: Para ulama sepakat bahwa tawassul dengan para nabi itu boleh. Tawassul adalah memohon datangnya manfa’at (kebaikan) atau dihindarkan dari mara bahaya (keburukan) dari Allah dengan menyebut nama seorang nabi atau wali untuk memuliakan (ikram) keduanya, dengan disertai keyakinan bahwa yang mendatangkan bahaya dan manfa’at secara hakiki hanyalah Allah semata. Allah ta’ala berfirman:
( [ وابتغوا إليه الوسيلة ] (سورة المائدة : 35
Maknanya: “Dan carilah hal-hal yang (bisa) mendekatkan diri kalian kepada Allah” (Q.S. al Mai-dah: 35)

Dalam hadits disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam
mengajarkan kepada seorang yang buta untuk bertawassul dengannya. Lalu orang buta tersebut melaksanakannya di belakang (bukan di hadapan) Nabi, maka Allah mengembalikan penglihatannya (H.R. ath-Thabarani dan dishahihkannya)
juga hadits qudsi dimana : nabi adam bertawasul dgn nabi muhammad, dan doa dia dikabulkan Allah. Padahal nabi belum lahir.

4. Shalawat Nariyah
Shalawat jenis ini banyak tersebar dan diamalkan di kalangan kaum muslimin. Dengan suatu keyakinan, siapa yang membacanya 4444 kali, hajatnya akan terpenuhi atau akan dihilangkan kesulitan yang dialaminya. Berikut nash shalawatnya:
اللهُمَّ صَلِّ صَلاَةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلاَمًا تآمًا عَلَى سَيِّدِنَا مًحَمَّدٍ الَّذِي تُنْحَلُ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ وَ تُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَحُسْنُ الْخَوَاتِيْمِ وَيُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ عَدَدَ كَلِّ مَعْلُوْمٍ لَكَ
“Ya Allah , berikanlah shalawat dan salam yang sempurna kepada Baginda kami Nabi Muhammad, yang dengannya terlepas semua ikatan kesusahan dan dibebaskan semua kesulitan. Dan dengannya pula terpenuhi semua kebutuhan, diraih segala keinginan dan kematian yang baik, dan dengan wajahnya yang mulia tercurahkan siraman kebahagiaan kepada orang yang bersedih. Semoga shalawat ini pun tercurahkan kepada keluarganya dan para sahabatnya sejumlah seluruh ilmu yang Engkau miliki.”

untuk faham artinya kita harus tau keutamaan rasulullah, dlm hadis banyak disebutkan :
hadits qudsi Allah berfirman :”Kalau bukan karena kamu wahai muhammad, kami (Allah) tidak ciptakan dunia”
jadi dengan asbab nabi muhammad Allah ciptakan dunia.

jadi Allah jadikan dunia dan segala isinya, juga segala kejadian, kesenangan, kesedihan, sorga, neraka dan semua makhluq ini karena berkat nabi muhammd SAW…. (keberkatan nabi muhammad saw)
jadi kalo lafadz sholawat saya ganti :
““Ya Allah , berikanlah shalawat dan salam yang sempurna kepada Baginda kami Nabi Muhammad, yang dengannya engkau ciptakan dunia, yang dengannya engkau ciptakan kesedihan dankesenangan….dsb…”

maka itu tidak menyalahi aqidah dan syar’i….jadi apa masalahnya?
Hadits nabi : “barangsiapa menghukumi perkara agama tanpa ada ilmu, maka ia akan mendapatkan laknat Allah, para malaikat, dan manusia seluruhnya…( HR imam suyuti)

4. hadits – hadits shohih tentang amalan yang mendapatkan pahala besar….

contoh : hadits dari abudzar alghifari bahwa nabi saw bersabda : “yaa abudzar, sungguh kamu bepergian pada pagi hari dan kamu mempelajari satu ayat dari kitab Allah maka kamu akan mendapat pahala 100 rekaat sholat, dan sungguh kamu pergi pada pagi hari dan kamu mempelajari satu bab dari ilmu, baik engkau amalkan ilmu itu atau tidak, maka itu lebih baik daripada sholat 1000 reka’at”

jadi ulama tafsirkan : Bahwa lafadz “pahala sholat” yang dimaksud dalam hadits ini adalah pahala sholat sunnah (rujukan kitab fadhoilulqur’an)

Padahal fadhilah dzikir sangat besar!! Dalam hadits shohih dan masyhur disebutkan bahawa dzikir lebih besar pahalanya daripada menyedahkan harta dijalan Allah, lebih besar dari jihad dijalan Allah sekalipun ia membunuh musuh atau terbunuh oleh musuh…

jadi apa yang tidak mungkin bagi Allah utk memberi pahala pada hambanya yg beramal dgn ikhlas…..

kepada para pencari kebenaran !!
ikhlas terbagi menjadi tiga :
1. Niat mencari pahala atau fadhilat dalam amal atau sorga
ini sudah tergolong ikhlas, tapi dalam tahapan yang terendah…
lihat hadits dan kisah2 sahabat…
sahabat anas di targhib oleh rasulullah….
apakah kamu tidak ingin sorga yg seluas langit dan bumi!!
maka sahabat anas maju bertempur hingga sahid…

niat2 yang tidak ikhlas adalah niat utk mencari kemashuran didunia, riya , sum’ah dsb….
mengetahui pahala amal sangat penting utk ihtisab (perhitungan jika ada dua/lebih amalan yg terjadi dalam satu waktu, kita harus pilih salah satu) karena ridho dan cinta Allah terletak pada amal yang paling tinggi fadhilatnya…
2. Niat hanya mencari ridhol Allah….
lihat hadist ttg ikhlas

3. Niat hanya mencari kecintaan Allah
lihat hadis dan kitab tasawuf

dalam tasawuf, tahapan niat ikhlas dinaikan bertahap hingga ke tahap yang ke 3 (tertinggi)