DR. Muhammad Tahir Ul Qadri : Bongkar kesesatan terrorist wahhaby (al qaida – JI – MMI etc)

Tokoh Ulama Keluarkan Fatwa Antiteror

DR Muhammad Tahir Ul Qadri (Ulama Besar Islam sunni madzab hanafi, mantan menteri agama pakistan) : “Bom Bunuh diri (teroris) bukan ajaran islam”!!!

https://i0.wp.com/i2.ytimg.com/vi/sI_b43WCSKc/0.jpg

Selasa, 2 Maret 2010 –
Fajar Nugraha – Okezone

LONDON– Seorang ulama ternama mengeluarkan fatwa sebanyak 600 halaman yang menentang terorisme. Fatwa yang dikeluarkan di London, Inggris ini menurut ulama tersebut merupakan bentuk persuasif kepada pemuda muslim untuk berpaling dari kelompok ekstrimis muslim.

Fatwa ini dikeluarkan oleh Muhammad Tahir Ul Qadri, seorang ulama yang telah mempromosikan perdamaian dan dialog lintas agama selama 30 tahun.

Fatwa yang dikeluarkan olehnya ini merupakan yang pertama dikeluarkan, sejak fatwa serupa yang dirilis oleh kelompok muslim lain menyusul terjadinya serangan 11 September 2001 lalu di New York, Amerika Serikat.

Namun Qadri sendiri mengklaim jika fatwa yang dikeluarkannya kali ini berbeda dengan fatwa sebelumnya. Fatwa yang ia keluarkan kali ini menyebutkan, teroris dan pelaku bom bunuh diri sebagai golongan tidak beragama. Ulama yang juga bergelar doktor ini menyatakan fatwanya mencakup lebih jauh dibandingkan fatwa sebelumnya.

“(Fatwa) ini merupakan sebuah fatwa yang paling komprehensif yang menulis subjek tentang terorisme,” ungkap Dr Qadri seperti dikutip Reuters, Selasa (2/3/2010).

“Saya mencoba untuk tidak meninggalkan satu pun fakta mengenai masalah terorisme dan mencoba untuk menjawab semua pertanyaan yang relevan dengan subjek ini,” imbuh Dr Qadri.

Fatwa Dr Qadri sendiri ditanggapi positif oleh Dosen Ilmu Islam Universitas Cambridge, Inggris, Tim Winter. Winter melihat meskipun fatwa ini serupa dengan fatwa sebelumnya, ia mengakui jika fatwa Dr Qadri memang selangkah lebih maju.

“Menyatakan teroris sebagai kalangan yang tidak beragama adalah tidak biasa, karena tidak ada aturan jelas untuk menyatakan jika para teroris merupakan muslim.” ungkap Tim Winter. “fatwa ini mungkin akan diabaikan oleh kelompok Islam garis keras. Namun untuk warga muslim yang menghormati para ulama mungkin akan mengikuti fatwa ini,” tambahnya.

Penulis 350 buku mengenai ajaran Islam ini merupakan pemimpin organisasi pendidikan dan religi, Minhaj ul Quran. Mantan Menteri Pakistan dan rekan dari Perdana Menteri Pakistan yang tewas terbunuh Benazir Bhutto ini, sering memberikan kuliah di seluruh dunia. Kuliahnya tersebut berisi pesan perdamaian usai serangan 11 September 2001 di AS. (faj)(rhs)

http://www.minhaj.org/english/tid/10358/Salafytobat–DR-Muhammad-Tahir-Ul-Qadri–Bongkar-kesesatan-terrorist-wahhaby.html

Lihat Video dan download (part 1):

http://video.google.com/videoplay?docid=-1432989404737450226&ei=FIGOS5eMIZG8wgO3n9jEBg&q=terrorist+Muhammad+Tahir+Ul+Qadri&hl=en&view=3&emb=1#
Lihat Video dan download (part 2):

http://video.google.com/videoplay?docid=1330759126367082878&hl=en&emb=1#

———————————————————————————————————————————————

DR Hendropriyono (Bekas Ketua Badan Intelejen Indonesia/ BIN): Semua Teroris Berfaham Wahhaby

“Zionist yahudi ingin menguasai dunia penghalangnya adalah Islam dan Kristen”

bagai mana yahudi untuk mengalahkan islam dan kristen?

1. Yahudi mengadu islam  vs kristen dengan membuat aliran-aliran radikal (spt majelis  mujahidin indonesia (wahaby), noordin M top cs (wahaby), taliban (wahaby, taliban/alqaida adalah pendatang yang memecah balah umat islam di afgan dan yang merusak perjuangan suci rakyat afgan melawan penjajah, ia menegakan hukum wahaby bukan hukum islam), dsb.

2. Mengadu sesama umat islam (membuat aliran-aliran sesat seperti wahhaby, islam liberal dsb.)

3. Mengadau sesama kristen (seperti membuat aliran-aliran radikal  dalam kristen)

Yang Saya Maksud Wahabi Aliran Keras

Tidak semua Wahabi, lho. Yang saya maksudkan adalah Wahabi aliran keras. Kelompok ini tidak mau berpartai, karena partai menurutnya kafir.

Wahabi aliran keras. Itu yang dimaksudkan Hendropriyono ketika menyebut habitat Noordin M Top sehingga sulit untuk ditangkap. Kepada Sabili di Jogjakarta, mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) itu menjelaskan siapa yang dimaksud dengan Wahabi di balik serangan bom di Indonesia .

Dalam sebuah wawancara di stasiun televisi swasta, Jenderal TNI (Purn) Dr. Ir. Drs. Abdullah Mahmud Hendropriyono SH, SE, MBA, MH menyebut Wahabi, terkait dengan rentetan pemboman yang terjadi di negeri ini. Ketika Sabili mengkonfirmasi wahabi yang dimaksud, Hendro menjelaskan panjang lebar.

“Ketika itu saya ditanya oleh Metro TV tentang teroris, kenapa masih terus terjadi? Saya bilang, selama lingkungan masih ada yang menerima Noordin M Top, maka terorisme akan terus berlangsung. Agama kita, memberi pengertian yang dalam, bahwa tujuan yang baik tidak harus menghalalkan segala cara. Yang rugi, jelas umat Islam dan negara kita sendiri. Karena itu, harus dihentikan. Tujuan baik kalau caranya salah tetap salah.”

Lantas siapa yang dimaksud dengan lingkungan atau habitat Noordin M Top? Dikatakan Hendro, doktrin klasik kita, cuma mengenal dua, yaitu: al mukminin dan al kafirin. Antara al mukminin dan al kafirin itu ada yang dipertajam, dan ada yang memperhalus. “Yang mengkafir-kafirkan sesama Muslim inilah yang saya maksud sebagai habitat. Abu Ghifari, mantan anggota Jamaah Islamiyah (JI) adalah salah satu yang tidak setuju doktrin mengkafir-kafirkan, makanya dia keluar dari JI, tapi bukan berarti dia tidak Islam. Kalau anggota JI punya pendirian seperti dia, Indonesia pasti aman.”

Hendro memberi contoh, Yayasan Muaddib di Cilacap, justru menciptakan masyarakat sendiri. Inilah masyarakat yang menjadi habitat Noordin M Top. Sekarang polisi terus memburu ketua yayasan pesantren itu.


Nasir Abbas


Baca Buku Membongkar “Jamaah Islamiyah”

Menurut Hendro, Noordin M Top punya akses langsung ke Al Qaidah. Karenanya, dunia kecolongan. Usamah bin Ladin dan Aiman Az Zawahir, sudah masuk ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Begitu JI dikendalikan oleh Abu Rusydan dan Nasir Abbas, organisasi itu mulai moderat.

“Tidak semua Wahabi, lho. Yang saya maksudkan adalah Wahabi aliran keras. Kelompok ini tidak mau berpartai, karena partai menurutnya kafir. Kelompok keras ini beranggapan, dalam Islam tidak ada demokrasi. Menurut saya, setiap negara seyogianya punya filsafat dan ideologinya sendiri. Setelah itu, kita bisa hidup berdampingan secara damai. Tapi kalau mengusung ideologi internasionalisme, tidak bakal ketemu.”

Dikatakan Hendro, bahasa yang digunakan dalam terorisme ternyata terbelah atas dua tata permainan bahasa; mengancam dan berdoa. “Para pelaku terorisme juga mengalami kegagalan kategori, yaitu ketidakmampuan untuk membedakan pengetahuannya sehingga mengakibatkan subjek dan objek terorisme menjadi tak terbatas,” ungkap Hendro yang baru menyandang predikat doktor ilmu filsafat Universitas Gajah Mada (UGM) dan berhasil meraih cumlaude Sabtu lalu (25/7).

Subjek terorisme mempunyai kondisi kejiwaan yang memungkinkan berkembangnya fisik, emosi dan intelektual secara optimal, karena mereka adalah orang normal, buka orang gila. Semua tindak terorisme, termasuk di Indonesia saat ini, adalah implementasi cara berpikir para pelakunya. Terorisme sendiri terjadi akibat ideologi, bukan kepentingan. “Apa yang bisa menghentikan terorisme adalah dengan menghentikan cara berpikir seorang yang berkepribadian terbelah. Kalau itu berhenti, teroris berhenti.”

Terorisme, kata Hendro, terjadi akibat benturan dua filsafat universal dunia, yakni demokrasi yang tidak dilaksanakan secara etis dan fundamentalisme. Selama keduanya belum berubah ke arah yang lebih baik dan menyatu, terorisme akan terus ada.

Diakui Hendro, di antara ideologi itu, ada yang menginginkan liberalisme dan kapitalistik. Sedangkan Islam menginginkan kekhilafahan. Kalau kita ingin perdamaian dunia, maka harus merupakan sintesis dari dua tesis. Sekuler-liberal dengan Islam yang akomodatif-moderat. “Kalau tidak gitu, gak ketemu. Teror dibalas teror gak selesai. Dunia akan terus kecolongan, sebelum kita selesaikan.”

Jadi yang ngebom-ngebom itu Wahabi, begitu? “Wahabi aliran keras lah yang mengakomodir Noordin M Top masih tetap hidup. Apa susahnya mencari Noordin M Top, dia orang Malaysia, logatnya saja kentara bahwa dia bukan orang Indonesia . Makanya lingkungan atau habitatnya harus dibersihkan. Yaitu aliran keras Wahabi yang kawin dengan aliran keras Ikhwanul Muslimin.”

Bukankah Wahabi dengan Ikhwanul Muslimin berbeda? “Ya, akhirnya mengerucut di Al Qaidah. Jadi Usamah itu adalah gabungan salafi, wahabi, ikhwan,” terang Hendropriyono.

Seringkali Wahabi dijadikan stigma terhadap kelompok Islam tertentu. Yang ujung-ujungnya adalah Islamphobi. Menanggapi itu, Hendro mengatakan, “Itu orang nggak ngerti. Apa gunanya kita punya kementrian agama, harusnya diberi penjelasan, apa itu wahabi, salafi, Ikhwanul Muslimin dan Al Qaidah, biar jelas. Kalau yang menjelaskan intelijen, saya disalahin melulu. Capek saya,” ujar lelaki kelahiran Yogyakarta , 7 Mei 1945.

Yang jelas, tudingan Wahabi pernah dilekatkan pada PKS dan ormas Islam lainnya. Mereka tidak terima. “Memang, orang pasti akan bertanya, Wahabi yang mana? Salafi yang mana? Itu sama saja menyebut Jawa yang mana? Sekali lagi, yang saya maksudkan adalah Wahabi aliran keras yang tidak mau berpartai. Kalau ada yang mengikuti demokrasi, mereka akan mengkafirkan. Ini Wahabi yang saya maksud. Orang yang menyebut kafir karena menolak demokrasi, ini harus dibersihin. Terorisme akan hidup terus selama masih ada orang yang suka mengkafirkan!”

Apakah penyebutan Wahabi ini akan menjadi pukat harimau bagi gerakan Islam? Hendro yang mengaku dari kecil sekolah di Muhammadiyah pun juga Wahabi. Tapi, Hendro mengatakan, Muhammadiyah bukan Wahabi yang merusak. “Mereka takut. Kan saya tidak mau pukul rata, saya bukan orang tolol, ini Wahabi yang mana dulu. Yang maksudkan alah wahabi aliran keras. Memang yang lembut bisa menjadi keras. Itulah harus kita bersihin. Sebut saja Muhammadiyah, ada tarik menarik, untuk menjadi Wahabi, ada pula yang ingin menjadi Liberal. Posisi Muhammadiyah pun jadi rebutan ideologi.”

Perkembangan geopolitik global menjadi penyebab lahirnya terorisme global. Tapi tidak harus teror jawabannya, harusnya uswatun hasanah. Teror itu bukan perang. Hendro tidak setuju, dengan memunculkan Wahabi ini akan melemahkan spirit Islam sendiri. “Oh, nggak, bukan begitu. Kita tidak usah bergantung Wahabi. Kita berpedoman pada Al Qur’an dan Hadits. Kenapa kita harus ikut-ikutan yang bukan Nabi. Tujuan baik kalau jalannya salah, keliru.”

Persoalannya bukan hanya di dalam internal umat Islam sendiri, melainkan juga keterlibatan unsur asing. Hendro mengatakan, bukan tidak mungkin, ada keterlibatan CIA. Yang jelas, yang bisa menyelesaikan adalah kita sendiri, bukan orang lain. Sebab, jika dari luar, nambah gak karuan negeri ini.

Menurut Hendro, untuk menghancurkan suatu jaringan ada empat poin yang bisa dilakukan. Pertama, tangkap orang-orang kunci. Kedua, putuskan hubungan. Ketiga pangkas support logistic. Keempat bersihkan lingkungan. Kempat inilah yang akan menghancurkan organisasi. Ketika bom berulangkali terjadi, ada kemirisan yang muncul, umat Islam kembali menjadi kambing hitam. “Itulah yang membuat saya sedih. Makanya sebelum saya mati, mudah-mudahan saya masih bisa melihat Indonesia aman, dan menjadi ummatan wahidah, umat yang bersatu. Umat ini terbelah akibat Noordin M Top.” (sabili)

(Oleh Adhes Satria & Eman Mulyatman)

http://swaramuslim.net/more.php?id=6307_0_1_0_M

https://salafytobat.wordpress.com/2009/08/21/wahhaby-agen-yahudi-dalang-semua-semua-aksi-teroris/