Tan Malaka dan Merahnya Sejarah Minangkabau

Jakarta – Mengikuti sepak terjang Ibrahim Datuk Tan Malaka seperti membuka sejarah merahnya Minangkabau. Meski terkenal sebagai negeri yang kuat menganut Islam, siapa nyana justru ideologi kiri seperti sosialisme dan komunisme yang bercokol kuat.Hal itu diungkapkan dosen FISIP UI Zulhasril Nasir dalam bukunya ‘Tan Malaka dan Gerakan Kiri Minangkabau’ yang dicetak pertama kali Juli 2007 oleh penerbit Ombak, Yogyakarta.Menurut Zulhasril, justru agama Islam-lah yang menjadi basis persemaian ideologi kiri di Minangkabau. Kebanyakan tokoh pergerakan kemerdekaan pernah sekolah di sekolah-sekolah agama.”Munculnya gerakan kiri radikal di Minangkabau berpangkal di sekolah menengah agama di Padangpanjang (Sumatera Thawalib dan Diniyah), Padang (Adabiyah dan Islamic College) dan Bukittinggi (Sumatera Thawalib Parabek),” ujar Zulhasril di halaman 63-64 bukunya.’Koalisi’ Islam dan sosialisme/komunisme itu disokong oleh motif yang sama untuk membebaskan diri dari kolonialisme. Di sinilah peran Tan Malaka sebagai seorang tokoh kiri yang menghubungkan kedua arus itu.Faktor lain adalah sistem pendidikan di Minangkabau merupakan yang termaju di Hindia Belanda setelah pulau Jawa. Pada tahun 1920-an itu, telah muncul puluhan intelektual Minangkabau yang bukan hanya hidup di kampung, tapi menyebar di seluruh Sumatera, Jawa, Belanda, Malaysia dan Singapura. Tan Malaka hanyalah salah satunya saja.Zulhasril kemudian membagi puluhan aktivis pergerakan kemerdekaan tersebut dalam 5 tipe ideologi. Pertama, Islam-komunis. “Mereka berasas pada ajaran Tan Malaka yang menghubungkan ajaran tentang kesamaan dan kebersamaan manusia dalam Islam dan komunis,” ungkap Zulhasril yang meraih gelar doktor di Universiti Sains Malaysia tahun 2004 lalu itu.Masuk dalam kelompok pertama ini adalah pemimpin PKI Sumbar tahun 1948 Haji Datuak Batuah dan mantan Ketua Umum Partai Murba Djamaluddin Tamin.Kelompok kedua berideologi Islam-nasionalis. Kelompok ini diwakili organisasi Permi, PSII, Muhammadiyah dan Masyumi. Tokoh-tokohnya, M Sjafei, AR Sutan Mansyur, Rasuna Said dan ayahanda Hamka, Haji Rasul.Tipe ketiga adalah Sosialis Demokrat. Walau hanya sedikit, tapi menonjol. Mereka mengikuti kepemimpinan Sjahrir dan Hatta di Batavia, seperti M Rasjid.Tipe keempat adalah nasionalis-kiri. Tipe ini baru bermunculan setelah kegagalan pemberontakan 1926 di Silungkang. Mereka masuk dalam Gyu Gun (militer Jepang). Tokoh-tokohnya adalah Chatib Sulaiman, Dahlan Djambek, dan Ahmad Husein.Tipe terakhir adalah komunis. “Kalangan ini berasal dari gerakan kiri Tan Malaka yang kemudian dipengaruhi Marxisme-Leninisme,” kata Zulhasril.Masuk ke dalam tipe ini adalah Ketua PKI Sumatera Timur Natar Zainuddin dan pimpinan PKI Sumbar Bachtaruddin.5 Kelompok yang dibuat Zulhasril ini hanya mengelompokkan orang yang beraktivitas di Minangkabau saja. Jika dimasukkan yang beraktivitas di tingkat nasional dan luar negeri, masuklah beberapa nama terkenal.Mereka adalah Nazir Sutan Pamoentjak, Hamka, DN Aidit, Hatta, M Yamin, Sjahrir, M Natsir, Agus Salim, Abdul Muis, Asaat, A Rivai dan Tan Malaka sendiri. DN Aidit termasuk. karena meski dilahirkan di Belitung, orang tuanya dari Maninjau, Sumatera Barat.”Tokoh pergerakan yang paling dekat dengan Tan Malaka hanyalah Muhammad Yamin,” ungkap Zulhasril.Sementara, meski sama-sama Minang dan mendalami sosialisme/komunisme, Tan Malaka dan Sjahrir memiliki hubungan yang buruk. Mereka berseteru kencang pasca Indonesia merdeka.Keduanya saling culik. Tan Malaka mengerahkan Persatuan Perjuangan yang memiliki simpatisan dari kalangan militer termasuk Jenderal Sudirman. Sementara Sjahrir memiliki Pesindo dan Tentara Rakyat Indonesia (TRI) yang patuh padanya selaku Perdana Menteri.Perseteruan ini mencapai puncaknya pasca perjanjian Linggarjati 1947. Tan Malaka bersama Persatuan Perjuangan mengerahkan gerilya bersenjata menentang perjanjian Indonesia-Belanda itu.Tan Malaka dikejar-kejar oleh pasukan Sjahrir. Sampai pada suatu waktu, di kaki Gunung Wilis di Jawa Timur, Tan Malaka ditembak mati oleh satu pasukan di bawah divisi Brawijaya. Tan Malaka pun lenyap sejak 21 Februari 1949.

https://news.detik.com/berita/d-817707/tan-malaka-dan-merahnya-sejarah-minangkabau

Sumatra Barat negeri asal DN aidit ( ketua PKI) dan Tan malaka ( bapak komunisme indonesia)

Biografi D.N. Aidit (gembong PKI)

Kehidupan awal
Ia dilahirkan dengan nama Achmad Aidit di Belitung, dan dipanggil “Amat” oleh orang-orang yang akrab dengannya. Pada masa kecilnya, Aidit mendapatkan pendidikan Belanda. Ayahnya, Abdullah Aidit (keturunan arab yaman), ikut serta memimpin gerakan pemuda di Belitung dalam melawan kekuasaan kolonial Belanda, dan setelah merdeka sempat menjadi anggota DPRS mewakili rakyat Belitung. Abdullah Aidit juga pernah mendirikan sebuah perkumpulan keagamaan, “Nurul Islam”, yang berorientasi kepada Muhammadiyah. Keluarga Aidit berasal-usul dari Maninjau, Agam, Sumatra Barat.[2].
Aidit /aidid adalah marga habib dari yaman (basis komunis arab).

BERDIRINYA PKI (SEMPALAN SYAREKAT ISLAM SEMARANG)

Sarekat Islam, Semarang, socialism Sarekat Islam Semarang merupakan organisasi berasaskan agama Islam dengan tujuan awal berdiri adalah faktor ekonomi yaitu persaingan dagang dengan pedagang-pedagang Cina. Karena pengaruh paham sosialis-revolusioner Sarekat Islam Semarang dalam pergerakannya menjadi radikal. Sarekat Islam Semarang didirikan oleh Raden Muhammah Joesoep bersama Raden Soedjono pada awal tahun 1913 yang merupakan cabang dari Sarekat Islam Surakarta. Sarekat Islam Semarang mengalami perpecahan yang disebabkan oleh: (a) Pembentukan Volksraad dan Indie Weerbaar yang menimbulkan pro dan kontra antar anggota Sarekat Islam, (b) Paham Sosialisme-Revolusioner yang dibawa oleh H.J.F.M. Sneevliet yang disebarkan melalui ISDV dan VSTP dengan melakukan infiltrasi ke dalam tubuh Sarekat Islam. Dalam kongres tahun 1917, secara resmi Sarekat Islam Semarang menyatakan bahwa asas partai pecah menjadi 2, yaitu (a) asas Sosialis-revolusioner dibawah Semaoen dan (b) Asas perjuangan berdasarkan agama Islam dibawah Cokroaminoto.

Referensi:
https://www.researchgate.net/publication/307807706_MUNCUL_DAN_PECAHNYA_SAREKAT_ISLAM_DI_SEMARANG_1913-1920

Operasi Onta Mencegah Masuknya Komunisme dari Timur Tengah
Satuan Khusus Intelijen menggelar operasi bersandi Onta untuk mencegah masuknya komunisme dari Timur Tengah.
Oleh Hendri F. Isnaeni | 02 Jan 2017
header img
camera Tiga pemimpin NLF (National Liberation Front): Salim Rubai Ali (Presiden Yaman Selatan), Abdul Fattah Ismail, dan Ali al-Nasir Muhammad al-Hasani. Foto: biyokulule.com.

Rezim Orde Baru didirikan setelah menyingkirkan Sukarno dan Partai Komunis Indonesia (PKI). Dengan Supersemar (Surat Perintah 11 Maret), Jenderal Soeharto mengeluarkan kebijakan pertama yaitu membubarkan dan melarang PKI. Komunisme terlarang di negeri ini hingga saat ini.

Rezim Orde Baru selalu mewaspadai komunisme baik di dalam maupun dari luar termasuk dari Timur Tengah. Di Irak, Suriah, Libya, Mesir, dan Yaman, komunisme pernah mendapat tempat dan memainkan peran politik penting pada 1960-an. Oleh karena itu, intelijen Indonesia menempatkan negara-negara tersebut bersama Uni Soviet, Korea Utara, dan Vietnam Utara, sebagai sumber potensial penyebaran komunisme.

Mulai tahun 1969, Satuan Khusus Intelijen (Satsus Intel) di bawah Kopkamtib (Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban) mengawasi kedutaan besar Irak, Suriah, Mesir, dan Yaman di Jakarta. Bahkan, pada Februari 1973, Satsus Intel menggelar operasi bersandi Onta.

“Operasi Onta yaitu operasi pengintaian dan penyadapan selama sepuluh hari terhadap warga kedutaan Irak dan konsulat Yaman. Pada kwartal ketiga, dua operasi pengintaian kilat yakni Onta II dan Onta III dilanjutkan terhadap para diplomat yang sama,” tulis Ken Conboy dalam Intel: Menguak Tabir Dunia Intelijen Indonesia.

Masih pada September 1973, Satsus Intel menempatkan satu tim permanen di bandara internasional Kemayoran. Tim ini mengarsipkan foto berwarna paspor Arab lebih dari selusin negara dan mencocokkan nama-nama mereka dengan daftar nama yang dicurigai yang dikumpulkan berkat kerja sama dengan badan intelijen asing.
LIHAT JUGA:

Fenomena Buzzer dari Masa ke Masa – Dialog Sejarah | HISTORIA.ID

“Di antara semua negara tersebut, hanya Yaman-lah yang menimbulkan kecurigaan intelijen Indonesia,” tulis Conboy. Hal ini karena Yaman terbagi dua: Yaman Utara dan Yaman Selatan. Dengan dukungan Uni Soviet, Yaman Selatan merdeka pada 1967 dan menjadi negara berhaluan Marxis-Leninis. Yaman baru bersatu setelah Uni Soviet runtuh.

Menurut Conboy, Satsus Intel telah mencatat kegiatan-kegiatan mencurigakan diplomat Yaman. Mereka kerap melakukan pertemuan rutin dengan personel kedutaan Uni Soviet, Vietnam Utara, dan Korea Utara. Warga konsulat Yaman juga kerap menerima sejumlah kunjungan Indonesia keturunan Arab pada jam-jam kunjungan yang tidak lazim. Satsus Intel percaya pihak konsulat telah menjadi sponsor pembentukan Panitia Sembilan, sebuah dewan beranggotakan sembilan orang Indonesia keturunan Arab di Bogor yang bersimpati kepada pemerintah Yaman.

Satsus Intel kemudian melakukan penyadapan terhadap konsulat Yaman selama satu dasawarsa dan menyalin surat-surat yang masuk dan keluar dari konsulat. Demikian juga dengan korespondensi terkait Panitia Sembilan yang isinya mendorong keterlibatan dengan masalah dalam negeri Yaman dan mendorong pembentukan partai politik Indonesia atas nama solidaritas Islam.

“Belakangan, ternyata Panitia Sembilan bentukan Yaman ini tidak lebih dari omong kosong,” tulis Conboy. Ancaman komunisme dari Timur Tengah hanya ketakutan yang berlebihan. Justru, kata Conboy, “yang jauh lebih serius adalah ancaman ekspor dari Timur Tengah yang lain: terorisme internasional.”

TAG

Operasi Onta Mencegah Masuknya Komunisme dari Timur Tengah
SATUAN KHUSUS INTELIJEN MENGGELAR OPERASI BERSANDI ONTA UNTUK MENCEGAH MASUKNYA KOMUNISME DARI TIMUR TENGAH.
https://historia.id/militer/articles/operasi-onta-mencegah-masuknya-komunisme-dari-timur-tengah-DrBdw

Operasi Onta Mencegah Masuknya Komunisme dari Timur Tengah Satuan Khusus Intelijen menggelar operasi bersandi Onta untuk mencegah masuknya komunisme dari Timur Tengah.

Operasi Onta Mencegah Masuknya Komunisme dari Timur Tengah
Satuan Khusus Intelijen menggelar operasi bersandi Onta untuk mencegah masuknya komunisme dari Timur Tengah.
Oleh Hendri F. Isnaeni | 02 Jan 2017
header img
camera Tiga pemimpin NLF (National Liberation Front): Salim Rubai Ali (Presiden Yaman Selatan), Abdul Fattah Ismail, dan Ali al-Nasir Muhammad al-Hasani. Foto: biyokulule.com.

Rezim Orde Baru didirikan setelah menyingkirkan Sukarno dan Partai Komunis Indonesia (PKI). Dengan Supersemar (Surat Perintah 11 Maret), Jenderal Soeharto mengeluarkan kebijakan pertama yaitu membubarkan dan melarang PKI. Komunisme terlarang di negeri ini hingga saat ini.

Rezim Orde Baru selalu mewaspadai komunisme baik di dalam maupun dari luar termasuk dari Timur Tengah. Di Irak, Suriah, Libya, Mesir, dan Yaman, komunisme pernah mendapat tempat dan memainkan peran politik penting pada 1960-an. Oleh karena itu, intelijen Indonesia menempatkan negara-negara tersebut bersama Uni Soviet, Korea Utara, dan Vietnam Utara, sebagai sumber potensial penyebaran komunisme.

Mulai tahun 1969, Satuan Khusus Intelijen (Satsus Intel) di bawah Kopkamtib (Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban) mengawasi kedutaan besar Irak, Suriah, Mesir, dan Yaman di Jakarta. Bahkan, pada Februari 1973, Satsus Intel menggelar operasi bersandi Onta.

“Operasi Onta yaitu operasi pengintaian dan penyadapan selama sepuluh hari terhadap warga kedutaan Irak dan konsulat Yaman. Pada kwartal ketiga, dua operasi pengintaian kilat yakni Onta II dan Onta III dilanjutkan terhadap para diplomat yang sama,” tulis Ken Conboy dalam Intel: Menguak Tabir Dunia Intelijen Indonesia.

Masih pada September 1973, Satsus Intel menempatkan satu tim permanen di bandara internasional Kemayoran. Tim ini mengarsipkan foto berwarna paspor Arab lebih dari selusin negara dan mencocokkan nama-nama mereka dengan daftar nama yang dicurigai yang dikumpulkan berkat kerja sama dengan badan intelijen asing.
LIHAT JUGA:

Fenomena Buzzer dari Masa ke Masa – Dialog Sejarah | HISTORIA.ID

“Di antara semua negara tersebut, hanya Yaman-lah yang menimbulkan kecurigaan intelijen Indonesia,” tulis Conboy. Hal ini karena Yaman terbagi dua: Yaman Utara dan Yaman Selatan. Dengan dukungan Uni Soviet, Yaman Selatan merdeka pada 1967 dan menjadi negara berhaluan Marxis-Leninis. Yaman baru bersatu setelah Uni Soviet runtuh.

Menurut Conboy, Satsus Intel telah mencatat kegiatan-kegiatan mencurigakan diplomat Yaman. Mereka kerap melakukan pertemuan rutin dengan personel kedutaan Uni Soviet, Vietnam Utara, dan Korea Utara. Warga konsulat Yaman juga kerap menerima sejumlah kunjungan Indonesia keturunan Arab pada jam-jam kunjungan yang tidak lazim. Satsus Intel percaya pihak konsulat telah menjadi sponsor pembentukan Panitia Sembilan, sebuah dewan beranggotakan sembilan orang Indonesia keturunan Arab di Bogor yang bersimpati kepada pemerintah Yaman.

Satsus Intel kemudian melakukan penyadapan terhadap konsulat Yaman selama satu dasawarsa dan menyalin surat-surat yang masuk dan keluar dari konsulat. Demikian juga dengan korespondensi terkait Panitia Sembilan yang isinya mendorong keterlibatan dengan masalah dalam negeri Yaman dan mendorong pembentukan partai politik Indonesia atas nama solidaritas Islam.

“Belakangan, ternyata Panitia Sembilan bentukan Yaman ini tidak lebih dari omong kosong,” tulis Conboy. Ancaman komunisme dari Timur Tengah hanya ketakutan yang berlebihan. Justru, kata Conboy, “yang jauh lebih serius adalah ancaman ekspor dari Timur Tengah yang lain: terorisme internasional.”

Operasi Onta Mencegah Masuknya Komunisme dari Timur Tengah
SATUAN KHUSUS INTELIJEN MENGGELAR OPERASI BERSANDI ONTA UNTUK MENCEGAH MASUKNYA KOMUNISME DARI TIMUR TENGAH.
https://historia.id/militer/articles/operasi-onta-mencegah-masuknya-komunisme-dari-timur-tengah-DrBdw

TAG

Biografi D.N. Aidit (gembong PKI)

Kehidupan awal
Ia dilahirkan dengan nama Achmad Aidit di Belitung, dan dipanggil “Amat” oleh orang-orang yang akrab dengannya. Pada masa kecilnya, Aidit mendapatkan pendidikan Belanda. Ayahnya, Abdullah Aidit (keturunan arab yaman), ikut serta memimpin gerakan pemuda di Belitung dalam melawan kekuasaan kolonial Belanda, dan setelah merdeka sempat menjadi anggota DPRS mewakili rakyat Belitung. Abdullah Aidit juga pernah mendirikan sebuah perkumpulan keagamaan, “Nurul Islam”, yang berorientasi kepada Muhammadiyah. Keluarga Aidit berasal-usul dari Maninjau, Agam, Sumatra Barat.[2].
Aidit /aidid adalah marga habib dari yaman (basis komunis arab).

BERDIRINYA PKI (SEMPALAN SYAREKAT ISLAM SEMARANG)

Sarekat Islam, Semarang, socialism Sarekat Islam Semarang merupakan organisasi berasaskan agama Islam dengan tujuan awal berdiri adalah faktor ekonomi yaitu persaingan dagang dengan pedagang-pedagang Cina. Karena pengaruh paham sosialis-revolusioner Sarekat Islam Semarang dalam pergerakannya menjadi radikal. Sarekat Islam Semarang didirikan oleh Raden Muhammah Joesoep bersama Raden Soedjono pada awal tahun 1913 yang merupakan cabang dari Sarekat Islam Surakarta. Sarekat Islam Semarang mengalami perpecahan yang disebabkan oleh: (a) Pembentukan Volksraad dan Indie Weerbaar yang menimbulkan pro dan kontra antar anggota Sarekat Islam, (b) Paham Sosialisme-Revolusioner yang dibawa oleh H.J.F.M. Sneevliet yang disebarkan melalui ISDV dan VSTP dengan melakukan infiltrasi ke dalam tubuh Sarekat Islam. Dalam kongres tahun 1917, secara resmi Sarekat Islam Semarang menyatakan bahwa asas partai pecah menjadi 2, yaitu (a) asas Sosialis-revolusioner dibawah Semaoen dan (b) Asas perjuangan berdasarkan agama Islam dibawah Cokroaminoto.

Referensi:
https://www.researchgate.net/publication/307807706_MUNCUL_DAN_PECAHNYA_SAREKAT_ISLAM_DI_SEMARANG_1913-1920