Mantan LDII(Varian Wahabi): Saya Dibilang Kafir dan Masuk Neraka- tidak perlu shalat karena sudah kafir

Mantan LDII: Saya Dibilang Akan Dihancurkan Allah dan Masuk Neraka

Pembaca Eramuslim, pada lanjutan wawancara kedua ini, banyak diceritakan pengalaman Adam Amrullah saat keluar dari LDII. Adam mengaku mendapat banyak sekali cobaan, teror, dan ujian yang mengalir deras. Dari mulai ancaman verbal sampai ancaman penghilangan nyawa.

Foto: Dokumen Pribadi Adam Saat Menunaikan Haji Tahun 2009Foto: Dokumen Pribadi Adam Saat Menunaikan Haji Tahun 2009
“Setiap orang yang keluar dari jamaah LDII itu halal dibunuh. Bahkan dengan sesama pendekar Silat di LDII, saya mau dihabisi. Padahal itu teman saya sendiri, karena saya juga pelatih silat di Islam Jama’ah.” Ujarnya tersenyum lagi heran.

Tidak hanya itu, keputusan para jama’ah yang keluar LDII sering kali direspon dengan ejekan. “Kamu gak usah shalat lagi, kamu kan sudah kafir.” Kata Adam menirukan gaya para Imam di LDII.

Bagaimanakah kelanjutan dari wawancara wartawan Eramuslim.com, Muhammad Pizaro, dengan Adam Amrullah? Berikut petikannya. Selamat Membaca.

Apa Yang Anda Terima Ketika Keluar dari LDII?

Saya disuruh cerai sama mertua saya. Disitu saya sangat kaget, wah memang jamaah ini sesat. Dulu sebelum cerai, saya bersama istri bisa pelukan sepuluh kali sehari. Saya sangat sayang sama istri saya, saat istri saya sakit TBC selama setahun, saya yang merawatnya. Bahkan saya mencebokinya saat sakit. Sebelum saya tunjukan akidah Islam saya hubungan kami baik semua. Tapi setelah keluar semuanya berubah.

Bahkan istilah yang dipakai untuk mencap orang yang keluar dari LDII disebut anjing neraka. Jadi saya dicap jelek, dicap mau menghancurkan jama’ah LDII. Padahal saya mengajak orang untuk tidak menganggap jama’ah di luar LDII itu kafir. Apalagi sekarang diwawancara (dan mulai berbicara) di media.

Terus dilihat seakan-akan saya adalah orang hina, sepertinya saya ini penjahat. Sorot muka mereka tidak senyum.

Memang Anda Masih Berinteraksi Dengan Para Kader LDII?

Saudara saya kan disana semua, termasuk tetangga. Akhirnya saya mulai ditelepon dan dikirimi email, saya dibilang kalau saya sudah murtad. Akhirnya saat itu saya merasa down dan strees. Dicap murtad itu tidak enak. Saya juga diancam. Mereka bilang, “kamu akan dihancurkan Allah dan masuk neraka.”

Kami Dengar Termasuk Ancaman Pembunuhan?

Oh.. itu merata. Artinya setiap orang yang keluar dari jama’ah LDII itu halal dibunuh. Bahkan dengan sesama pendekar silat di LDII, saya mau dihabisi. Padahal itu teman saya sendiri, karena saya juga pelatih silat di Islam Jama’ah. (Tertawa) Emangnya Saya makanan mau dihabisi.

Ada yang Bilang LDII itu Sudah Memiliki Paradigma Baru. Bahkan itu Di situs LDII dikatakan bahwa Mereka Berbeda Dengan Islam Jama’ah. Tanggapan Anda?

Sebenarnya dari tahun 70-an juga banyak yang keluar, tapi tidak terekam. Jadi dari dulu sudah banyak yang keluar, Cuma beritanya dipendam. Nah baru di tahun 2004 mulai banyak kasus keluarnya beberapa orang dari Islam Jama’ah yang berani muncul. Sabar dengan berbagai penganiayaan.

Mengenai paradigma baru, sampai kemarin saja masih ada yang keluar dari LDII. Bisa ditanya (kepada mereka) apakah LDII sudah memiliki paradigma baru? Menurut saya, ini topeng baru. Mengakunya punya paradigm baru, aselinya bohong. Bisa ditanya kepada seluruh jama’ah yang keluar. Kalau LDII mengaku punya paradigma baru. Kita juga bisa lihat dari kenyataan, yang keluar-keluar ini bisa memberi testimoni.

Kedua, pernahkah anda melihat orang-orang LDII yang tinggal di sekitar mesjid umum? Mereka shalat dimana? Katanya sudah paradigma baru, kok tidak kelihatan shalat di Mesjid? Lha katanya sudah tidak mengkafir-kafirkan? Itu kan perlu bukti. Kalau cuma ngomong doang sih bisa. Buktinya apa? Kalau Shalat Jum’at mereka masih shalat di mesjidnya sendiri. Waktu idul adha dan idul fitri begitu juga. Artinya apa? Artinya ini kan mereka masih memisahkan diri dari jama’atul muslimin yang lain. Apakah ini paradigma baru? Kalau menurut saya tidak.

Lantas Apa Beda Islam Jama’ah dengan LDII?

Islam Jama’ah itu intinya, ruhnya dan batinnya, sedangkan LDII itu bajunya.

Bisa Anda Jelaskan Lebih Detail?

Oke, Islam Jama’ah adalah sebuah sekte, sebuah sempalan Islam, dengan tata cara ibadah dan keyakinan sendiri, yang untuk memperlancar eksistensinya, memperlancar dakwahnya, mereka tidak mau dianggap organisasi yang ilegal akhirnya mereka membuat organisasi. Cuma organisasinya pun banyak, kadang-kadang mereka memakai nama LDII, kadang-kadang mereka memakai nama Pecinta Alam Indonesia, ada juga yang pakai baju Pramuka. Isinya sama, orang-orang Islam Jama’ah juga.

Islam Jama’ah ini Sekte Internasional atau Hanya Cakupan Lokal Indonesia Saja?
Asal muasalnya dari Kediri. Nurhasan Al Ubaidah Lubis yang mendirikan. Yang membuat thoriqoh ya itu dia, termasuk mewajibkan persenan dan baiat.

Jadi Hampir Sama dengan NII?

Saya kalau melihat NII seperti melihat LDII Sendiri. Mirip sekali dengan NII. Memang berbeda dalam beberapa hal, tapi intinya tetap sama, duit, metodenya rahasia, dan kalau keluar dianggap halal dibunuh. Cuma LDII lebih lihai mendekati penguasa, tokoh masyarakat, dan orang-orang penting.

Apa Bisa Dikatakan Mereka Tidak Konsisten, Bukankah Orang Diluar Kelompok Disebut Kafir?

Tidak ada konsistensi dalam diri mereka. Istilahnya begini, dalam perkara yang menimpa mereka, mereka akan menghalalkan berbagai cara. Contohnya, ketika ada kasus triliunan rupiah, mereka menasehati para jama’ah apa? Supaya sabar dan tidak usah memproses ke pengadilan, karena Undang-undang Indonesia adalah hukum thoghut.

Tetapi ketika ada kasus Pak Bambang Irawan (Digugat LDII ke Pengadilan karena kasus pencemaran nama baik tahun 2006, red.), mereka pinjam hukum thaghut, mereka sewa pengacara-pengacara mahal untuk memenjarakan Bambang Irawan. Jadi mereka benar-benar licik sekali. Kapan dia mau pakai, dia pakai. Padahal itu katanya hukum thoghut.

Anda Tidak Membuat Forum Untuk Para Mantan LDII?

Alhamdulillah satu per satu kenalan demi kenalan mulai menyimpan nomor telepon. Jadi mulai tahun 2009, kami mulai koordinasi. Akhirnya kita bikin silaturahim dan bikin link. Ada yang dari Sumatera dan Sulawesi. Yang belum dari Kalimantan, saya dapat laporan katanya disana sangat ekstrem. Kalau tahu bahwa mereka keluar dari LDII, mereka bisa mati. Akhirnya, beberapa dari mereka lari ke Jawa.

Dan akhirnya saya bikin forum atas saran tokoh-tokoh agama, namanya Forum Ruju’ Ilal Haq, forum orang-orang yang taubat kembali menuju al haq. Ini forum mantan LDII.
Ini pun belum banyak dari mereka yang berani muncul. Karena mental mereka selama ini sudah biasa dicuci otaknya, jadi mudah takut dan minder. Bahkan ada yang lucu, ketika ada jama’ah yang keluar, imam-imamnya di LDII itu bilang kepada mereka, “Sudah ngapain kamu shalat, kamu kan sudah kafir.”

Jadi beberapa yang keluar itu merasa down. Kecuali mereka yang diberi kekuatan oleh Allah. Dan saya sendiri bisa seperti ini setelah melalui proses panjang, ikut kajian tauhid, sampai mentalnya bisa seperti sekarang. Alhamdulillah ini rahmat dari Allah.

Lalu Apa Rencana Anda Ke Depan Untuk Membuka Mata Umat Mengenai Permasalahan LDII?

Misi pertama kita adalah misi perlindungan, karena kami sangat kecil dan yang dipites itu gampang. Akhirnya kami merapat ke Forum Umat Islam (FUI). Alhamdulillah dengan izin Allah, kami diterima. FUI menganggap kami adalah bagian dari FUI yang terdiri dari 43 Ormas, yang Sekjennya Ustadz Muhammad Al Khathathth dan Ustadz Munarman. Jadi, kalau ada apa-apa kami disuruh memberi laporan dan koordinasi.

Selain misi perlindungan, karena banyaknya penganiayaan, misi kami selanjutnya adalah memberikan informasi seluas-luasnya ke kaum muslimin tentang kesesatan LDII. Akhirnya kami presentasi ke Departemen Agama, MUI, dan FUI. Tapi dari ketiga lembaga ini, yang paling memberi perhatian FUI saja, sepertinya yang lain adem-adem saja.

Ketiga, misi kami mengajak orang-orang yang di Islam Jama’ah untuk ruju’ ilal haq. kembali ke jalan Islam yang benar.

MUI Bagaimana?

Kami sudah presentasi, tapi kami malah dibilang memberi berita palsu, (oleh oknum MUI, red.). Akhirnya kami kasih bukti. Mereka bilang ini butuh dicek. Saya tantang balik, ya sudah silahkan saja dicek. Dalam hati saya, kami kok keluar dari aliran sesat malah tidak dianggap gembira. Dia bilang kita perlu meng-cross-check lebih jauh lagi.

Beda dengan FUI, mereka gembira menerima kita. Ahlan wa sahlan istilahnya. Rata-rata mereka senang. Saat saya mengaku bahwa saya adalah mantan Islam Jama’ah, ada yang diantara kita dipeluk, kita didoakan sampai nangis-nangis, dan kami sangat disayang.

Kalau Departemen Agama berada dalam pertengahan, ada yang mendukung, ada yang biasa-biasa saja, tapi ya dingin-dingin saja begitu. Saya tidak mengerti masalahnya dimana. Selain itu, yang menerima kami juga ada dari Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI) Bandung yakni Ustadz Athian Ali dan Ustadz Hedy.

Pesan Anda Kepada Orang-orang yang Masih di LDII?

Pesan saya banyak-banyak istighfar. Karena jujur di hati kita kesombongannya luar biasa besar. Contoh ada orang shalat, tapi hati kita bilang percuma saja shalat tapi kafir. Itu adalah kesombongan yang luar biasa dalam diri kita. Jadi saya hanya bisa bilang kita istighfar dan mohon ampun kepada Allah. Semoga dengan taubatnya kita, Allah memberikan hidayah. Karena dalam pandangan saya, rata-rata orang-orang Islam Jama’ah adalah orang-orang yang semangat mencari ilmu.

Yang kedua, bertanyalah ke Ulama yang bukan Islam Jama’ah. Dan ketahuilah tidak ada satupun Ulama di dunia ini apalagi di sampai akhirat nanti, yang menyatakan Ulama Islam Jama’ah itu yang paling pinter dan yang paling mengerti Qur’an dan hadis. Ternyata setelah saya selidiki yang paling terbelakang adalah ilmunya itu (pemahamannya Islam Jama’ah, red.).

Mereka kan mengakunya membaca kutubus sittah (Shahih Al Bukhari, Shahih Muslim, Sunan An Nasa`i, Sunan Abi Dawud, Sunan At Tirmidzi, dan Sunan Ibnu Majah, red.) tapi pemahaman siapa? Ternyata pemahamannya Nurhasan, bukan pemahamannya Ibnu Katsir.

Contoh dalil wa mimma rozaqnahum yunfiqun, ada gak ulama di dunia ini yang dari zaman Rasulullah sampai akhir zaman yang menyatakan ayat itu terjemahannya supaya menyetor 10 persen uangnya ke imamnya? Tidak ada kan? Kalau tidak baiat dihitung hutang? Berlipat kalau bulan depan tidak bayar? Artinya apa? Saya melihat pemahaman orang-orang Islam Jama’ah itu ngaco.

Apalagi yang lebih parah ushuluddin itu mereka anggap kalau tidak baiat hidupnya haram, makannya haram, nikahnya haram, tidurnya pun haram. Padahal Ushuluddin itu tauhid. Man qola La ilaha Illallah dakholal jannah’. Tapi kalau di Islam Jama’ah, kalau tidak baiat kafir, pas ditanya apa dalilnya, malah bengong.

Memang ada baiat yang syar’i, tapi ketahuilah baiat yang (syar’i) diberikan kepada penguasa muslim yang mengatur maslahat orang Islam, yang jelas eksistensinya, dan diketahui kekuasaannya, bukan baiat sempalan. Tapi kalau baiat diberikan kepada orang yang ilmunya tidak jelas, akhirnya seperti Islam Jama’ah. (pz/habis)

Bukti kesesatan Syaih Albani al wahabi : Al bani Haramkan perhiasan emas bagi wanita

KITAB ADAB ALZIFAF KARANGAN AL BANI BERISI KESESATAN YANG NYATA!!!!

Jangan taksub dengan Sheikh Albani, lihat fatwanya yang mengharamkan emas untuk wanita. Dijawab oleh Dr Wahbah Az Zuhaili. Harapnya lepas ini jangan pula Dr Wahbah Az Zuhaili dihukum ahli bid’ah sesat ya. : http://marifah.net/articles/Shaykh%20Wahba%20on%20Al-Albani%20and%20Gold.pdf

Click to access Shaykh%20Wahba%20on%20Al-Albani%20and%20Gold.pdf

marifah.net

English to Indonesian translation
Diterjemahkan oleh Kunci Mahdi
Dirilis oleh http://www.marifah.net 1431 H

Pertanyaan:
Sekarang saya dalam proses akan menikah, segala puji bagi Allah, Tuhan semua semesta alam. Namun, beberapa hari yang lalu salah seorang teman saya datang kepada saya dan mengatakan kepada saya bahwa ada adalah buku baik yang ditulis Syaikh Nasirudin Albānī disebut (Etiket Pernikahan ). Jelas, saya pergi ke pasar dan saya membelinya dari salah satu Islam toko buku dan kemudian saya pulang ke rumah dan membaca semua dari awal sampai akhir. Namun, saya terkejut oleh subjek emas yang dinyatakan haram (dilarang) bagi perempuan dan hadīth ditafsirkan untuk menunjukkan ini. Pertanyaan saya adalah: apa pendapat anda tentang ini Syaikh (Muammad NA / ir AlAlbānī Aldin), apa pendapat anda tentang buku ini (nya adab Al Zifāf) dan apa hukumnya benar tentang Haram emas sedang bagi perempuan. Silahkan manfaat saya, semoga Allah mengasihani engkau, sebelum aku menikah, dan jika Anda memiliki nasihat bagi saya sebelum saya menikah atau sesudahnya tentang apa yang menyenangkan Allah dan utusan-Nya, kemudian semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan. Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh Semesta alam.

JawabanSyaikh DR. Wahbah Zuhaili:
Memang penyimpangan beberapa orang yang menyibukkan diri dengan pengetahuan atau mereka yang
belajar sendiri tanpa guru tidak ada nilainya dari segi pengetahuan atau syari’ah dan pendapat mereka diberhentikan dan ditolak.
Menyatakan emas yang akan Haram bagi perempuan adalah baik suatu penyimpangan intelektual dan Islam, sebagai Qur’an telah menyatakan dengan jelas dalam ayat:
“yang dibangkitkan dengan perhiasan dan tidak jelas dalam perselisihan “. [43:18]
bahwa seorang wanita menghiasi dirinya dengan perhiasan adalah bagian dari alam dan disposisi
.

Ini juga telah ditetapkan dalam Sunnah Nabi bahwa Nabi berkata: “Emas dan sutra adalah alal (dibolehkan) untuk perempuan dan laki-laki haram ‘[Musnad Imam Amad. b. @ Anbal, vol.14, hal 499500, Adith # 19407, Dar al Hadith,edisi] Kairo.
Jadi yang Mengatakan bahwa Perhisan emas Haram bagi wanita adalah bertentangan dengan ijma ‘(konsensus para ulama).

Saya belum membaca buku adab AlZifāf (karangan albani) dan jika memiliki pendapat seperti ini di dalamnya, itu tidak boleh
terganggu dengan.

1
Diterjemahkan dari Fatawa Syaikh Wahba Mu’āsira oleh alZuaylī, halaman 203204, Dar AlFikr, Damaskus, 2003

edisi english:
Translated by Mahdi Lock
Released by http://www.marifah.net 1431 H

Question:
Right now I am in the process of getting married, all praise be to Allah, Lord of all
the Worlds. However, a few days ago one of my friends came to me and told me that there
was this good book by Shaykh Nā/ir alDīn AlAlbānī called Adāb AlZifāf (Wedding
Etiquettes). Obviously, I went to the market and I bought it from one of the Islamic
bookshops and then I went home and read all of it from start to finish. However, I was
surprised by the subject of gold being declared Harām (forbidden) for women and the
aadīth given to indicate this. My question is: what is your opinion of this Shaykh
(Muammad Nā/ir alDīn AlAlbānī), what is your opinion of this book of his (Adāb Al
Zifāf) and what is the correct ruling regarding gold being Harām for women. Please benefit
me, may Allah have mercy on you, before I get married, and if you have any pieces of advice
for me before I get married or afterwards regarding that which pleases Allah and His
Messenger, then may Allah reward you with goodness. All Praise be to Allah, Lord of all the
Worlds.

Answer: Indeed the deviation of some who occupy themselves with knowledge or those who
learn by themselves without a teacher is of no value in terms of knowledge or the Sharī’ah
and their opinions are dismissed and rejected.
Declaring gold to be Harām for women is both an intellectual and Islamic deviation, as The
Noble Qur’an has made it clear in the āyat: “that which is raised with jewellery and unclear in
dispute.” [43:18] that a woman adorning herself with jewellery is part of her nature and
disposition.

It has also been established in the Prophetic Sunnah that the Prophet said: ‘Gold and silk
are alāl (permissible) for women and Harām for men.’ [Musnad of Imām Amad b. @anbal,
vol.14, pp. 499500, adīth #19407, Dar al@adīth, Cairo edition] Saying that it is Harām is to
go against the ijmā’ (consensus of the scholars).
I have not read the book Adāb AlZifāf and if it has opinions like this in it, it shouldn’t be
bothered with.

1
Translated from Fatāwa Mu’āsira by Shaykh Wahba alZuaylī, pages 203204, Dār AlFikr, Damascus, 2003

Dakwah & Tabligh : Belajar Bahasa Bangla / Benggali /bangladesh – Learn Bangla Language 1-2

Bismillah
Ba’da salam, Tahmid dan shalawat
Allah menciptakan berbagai bangsa dan bahasa agar kita saling mengenal dan saling menasihati dalam kebenaran. Bahasa bangla dipakai lebih dari 100 juta penduduk benggali dalam distrik west benggal (Negara India , ibukota propinsi Kalkuta, mayority agama hindu) dan Negara Bangladesh (Sebelumnya bergabung dgn india, mayorits islam). Susunan kalimatnya mirip bahasa Hindi/Urdu, Cina , jepang, korea dsb. (Subyek + (ket. waktu) Obyek + Kata Kerja)). Untuk lebih mudahnya pergi (untuk agama/dakwah) ke Bangladesh, mumpung tiket airasia or Biman air murah. Semoga menjadi asbab hidayah bagi diri kita, keluarga kita dan umat seluruh alam.

Masjid emas di distrik capai nabobgonj bangladesh (abad 13 M), sayang emasnya di simpan di Museum Inggris di london

masjid masjid tua di bangladesh (abad 13-14 M)


Istana peristirahatan raja islam 1 km dari masjid emas dan tempat tinggal guru spiritual raja (wali syah niamatullah) abad 16 M


Istana peristirahatan raja islam 1 km dari masjid emas dan tempat tinggal guru spiritual raja (wali syah niamatullah) abad 16 M

Belajar Bahasa Bangladesh
(Cara membaca dalam alfabet bahasa Indonesia)

1. mengenal Angka dan tingkatan

Tingkatan

2. Kata Sifat


3. Kata Benda (1)

4. Penunjuk arah


5. Penunjuk waktu dan nama-nama hari


6. Mengenal warna
7. mengenal anggota tubuh

8. menyusun kalimat

Perhatikan susunan kalimatnya! Berbeda dengan bahasa inggris atau bahasa indonesia.
Perhatikan perubahan kata kerja mengikut waktu!

bersambung Insya allah….
9. Kalam dakwah bahasa bangladesh (iklan, mutakalim, tasykil, doa dsb)

Memukul Rebana (Terbangan) Di Masjid

FORSANSALAF menjawab :

Wa’alaikum salam Wr. Wb.

Memukul rebana (terbangan) di dalam masjid pada acara-acara tertentu seperti akad nikah, pembacaan maulid, dan lain-lain terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama’. Sebagian ulama’ menyatakan haram karena menganggap masjid bukanlah tempat keramaian dengan memukul rebana, melainkan tempat khusus ibadah. Adapun hadits Nabi SAW :
{ أَعْلِنُوا هَذَا النِّكَاحَ وَافْعَلُوهُ فِي الْمَسَاجِدِ وَاضْرِبُوا عَلَيْهِ بِالدُّفِّ }

Dari aisyah R.A sesungguhnya rosulullah SAW bersabda : tampakkanlah pernikahan ini dan laksanakan di masjid-masjid serta pukullah terbang ” HR tumudzi,ibn majah.

, maka menurut mereka yang mengharamkannya, maksud hadits itu adalah menampakkan akad nikah di dalam masjid dan memukul rebana di luar masjid. [1]

Namun menurut pendapat tidak sedikit dari para ulama’ seperti Izzuddin bin Abdussalam dan Ibn Daqiq al-‘ied, dua ulama’ yang terkenal dengan kealimannya dan kewara’annya menyatakan memukul rebana di dalam masjid diperbolehkan. [2]

Hanya saja harus tetap memperhatikan kehormatan masjid sebagai tempat ibadah dengan menjaga adab di dalam masjid seperti menjaga dari bergurau yang bisa mengganggu orang yang beribadah di masjid atau mengotori masjid dari makanan walaupun pada dasarnya makan dalam masjid diperbolehkan. Adapun jika bisa mengganggu orang yang sedang ibadah di masjid atau mengotori masjid, maka diharamkan. [3]

[2] الفتاوى الفقهية الكبرى – (ج 10 / ص 296)
( وَسُئِلَ ) رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى عَمَّا صُورَته مَا يَتَعَاطَاهُ جَهَلَةُ الْمُتَصَوِّفَةِ مِنْ الطَّيَرَانِ وَالْقَصَبِ وَالْغِنَاءِ وَالصِّيَاحِ وَالرَّقْصِ وَاعْتِقَادِهِمْ أَنَّ ذَلِكَ قُرْبَةٌ وَتَكْنِيَتُهُمْ عَنْ الْبَارِي عَزَّ وَجَلَّ بِهِنْدٍ وَلَيْلَى فَهَلْ يَحِلُّ لَهُمْ ذَلِكَ لَا سِيَّمَا فِي الْمَسَاجِدِ وَهَلْ نُقِلَ عَنْ السَّلَفِ شَيْءٌ مِنْ ذَلِكَ وَهَلْ ذَلِكَ صَغِيرَةٌ أَوْ كَبِيرَةٌ وَهَلْ يُكَفَّرُ مَنْ اعْتَقَدَ التَّقَرُّبَ بِهِ إلَى اللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى أَوْضِحُوا لَنَا ذَلِكَ وَبَيِّنُوهُ بَيَانًا شَافِيًا ؟ ( فَأَجَابَ ) نَفَعَنَا اللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى بِعُلُومِهِ بِقَوْلِهِ قَدْ أَشْبَعَ الْأَئِمَّةُ كَالْعِزِّ بْنِ عَبْدِ السَّلَامِ فِي قَوَاعِدِهِ الْكَلَامَ فِي ذَلِكَ وَلَا بَأْسَ بِالْكَلَامِ عَلَيْهَا بِاخْتِصَارٍ فَنَقُولُ أَمَّا الدُّفُّ فَمُبَاحٌ مُطْلَقًا حَتَّى لِلرِّجَالِ كَمَا اقْتَضَاهُ إطْلَاقُ الْجُمْهُورِ وَصَرَّحَ بِهِ السُّبْكِيّ وَضَعَّفَ مُخَالَفَةَ الْحَلِيمِيِّ فِيهِ وَأَمَّا الْيَرَاعُ فَالْمُعْتَمَدُ عِنْدَ النَّوَوِيِّ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى كَالْأَكْثَرِينَ حُرْمَتُهُ . وَأَمَّا اجْتِمَاعُهُمَا فَحَرَّمَهُ ابْنُ الصَّلَاحِ وَخَالَفَهُ السُّبْكِيّ وَغَيْرُهُ فَإِنَّ الْحُرْمَةَ لَمْ تَتَأَتَّ مِنْ الِاجْتِمَاعِ وَلَمْ تَسْرِ إلَى الدُّفِّ بَلْ مِنْ حَيْثُ الْيَرَاعُ الْمُسَمَّى بِالشَّبَّابَةِ – الى ان قال – وَأَمَّا التَّصْفِيقُ بِالْيَدِ لِلرِّجَالِ فَنَقَلَ ابْنُ عَبْدِ السَّلَامِ رَحِمه اللَّهُ تَعَالَى عَنْ بَعْضِهِمْ أَنَّهُ حَرَامٌ وَجَزَمَ بِهِ الْمَرَاغِيُّ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى وَفِيهِ نَظَرٌ وَنِيَّةُ التَّقَرُّبِ بِذَلِكَ لَا يَخْفَى عَلَى أَحَدٍ أَنَّهُ حَرَامٌ وَلَا يُعْلَمُ ذَلِكَ إلَّا بِصَرِيحِ لَفْظِ النَّاوِي فَلَا يَجُوزُ أَنْ يُظَنَّ بِهِ ذَلِكَ وَلَوْ لِقَرِينَةٍ لَا سِيَّمَا إنْ كَانَ مِمَّنْ اُشْتُهِرَ عَنْهُ خَيْرٌ بَلْ رُبَّمَا يَكُون ظَنُّ ذَلِكَ بِمِثْلِ هَذَا جَالِبًا لِلْمَقْتِ وَالْعِيَاذُ بِاَللَّهِ وَتَسْمِيَةُ الْبَارِي جَلَّ وَعَلَا بِالْمَخْلُوقِينَ حَرَامٌ عِنْد كُلِّ أَحَدٍ وَلَا يَنْبَغِي أَنْ يُظَنَّ ذَلِكَ أَيْضًا بِمِثْلِ مَنْ ذَكَرْنَاهُ وَحَاشَا مَنْ يُنْسَبُ إلَى أَدْنَى دَرَجَاتِ الْمُؤْمِنِينَ أَنْ يُشَبِّهَ الْقَدِيمَ بِالْحَادِثِ .وَأَمَّا فِعْلُ ذَلِكَ فِي الْمَسَاجِدِ فَلَا يَنْبَغِي لِأَنَّهَا لَمْ تُبْنَ لِمِثْلِ ذَلِكَ وَلَا يَحْرُم ذَلِكَ إلَّا إنْ أَضَرَّ بِأَرْضِ الْمَسْجِدِ أَوْ حُصُرِهِ أَوْ نَحْوِهِمَا أَوْ شَوَّشَ عَلَى نَحْوِ مُصَلٍّ أَوْ نَائِمٍ بِهِ وَقَدْ رَقَصَ الْحَبَشَةُ فِي الْمَسْجِدِ وَهُوَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْظُرهُمْ وَيُقِرّهُمْ عَلَى ذَلِكَ وَفِي التِّرْمِذِيِّ وَسُنَنِ ابْنِ مَاجَهْ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ { أَعْلِنُوا هَذَا النِّكَاحَ وَافْعَلُوهُ فِي الْمَسَاجِدِ وَاضْرِبُوا عَلَيْهِ بِالدُّفِّ } وَفِيهِ إيمَاءٌ إلَى جَوَازِ ضَرْبِ الدُّفِّ فِي الْمَسَاجِدِ لِأَجْلِ ذَلِكَ فَعَلَى تَسْلِيمِهِ يُقَاسُ بِهِ غَيْرُهُ وَأَمَّا نَقْلُ ذَلِكَ عَنْ السَّلَفِ فَقَدْ قَالَ الْوَلِيُّ أَبُو زُرْعَةَ فِي تَحْرِيرِهِ صَحَّ عَنْ الشَّيْخِ عِزِّ الدِّينِ بْنِ عَبْدِ السَّلَامِ وَابْنِ دَقِيقِ الْعِيدِ وَهُمَا سَيِّدَا الْمُتَأَخِّرِينَ عِلْمًا وَوَرَعًا وَنَقَلَهُ بَعْضُهُمْ عَنْ الشَّيْخِ أَبِي إِسْحَاقَ الشِّيرَازِيِّ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى وَكَفَاكَ بِهِ وَرِعًا مُجْتَهِدًا وَأَمَّا دَلِيلُ الْحِلِّ لِمَا ذُكِرَ فَفِي الْبُخَارِيِّ أَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ { سَمِعَ بَعْضَ جَوَارٍ يَضْرِبْنَ بِالدُّفِّ وَهِيَ تَقُولُ وَفِينَا نَبِيٌّ يَعْلَمُ مَا فِي غَدٍ فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعِي هَذَا وَقُولِي الَّذِي كُنْت تَقُولِينَ } وَفِي التِّرْمِذِيِّ وَابْنِ مَاجَهْ أَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ { لَمَّا رَجَعَ مِنْ بَعْضِ غَزَوَاتِهِ أَتَتْهُ جَارِيَةٌ سَوْدَاءُ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إنِّي نَذَرْتُ إنْ رَدَّك اللَّهُ تَعَالَى سَالِمًا أَنْ أَضْرِبَ بَيْنَ يَدَيْك بِالدُّفِّ فَقَالَ لَهَا إنْ كُنْتِ نَذَرْتِ فَأَوْفِ بِنَذْرِك } .
إعانة الطالبين – (ج 3 / ص 316)
وقال في شرحه: قوله أعلنوا هذا النكاح، أي أظهروه إظهار السرور. وفرقا بينه وبين غيره واجعلوه في المساجد مبالغة في إظهاره واشتهاره، فإنه أعظم محافل الخير والفضل. وقوله واضربوا عليه بالدفوف: جمع دف، بالضم، ويفتح، ما يضرب به لحادث سرور. (فإن قلت) المسجد يصان عن ضرب الدف: فكيف أمر به ؟ (قلت) ليس المراد أنه يضرب فيه، بل خارجه، والامر فيه إنما هو في مجرد العقد.
[1] عمدة المفتي والمستفتي /1/129
مسألة : ضرب الطبل في المسجد حرام شديد التحريم، لما فيه من الإستخفاف بحرمة المسجد وامتهانه، وذلك حرام شديد التحريم، والمزمار فيه اشد تحريما، والمخالفة لما امر الله به من تعظيم المسجد ولا شك ان المستعمل للطبل والمزمار في المسجد متعرض لسخط الله ومقته وحلول النقمة به، لأن فعله المذكور يشعر باتخفافه بحرمة المسجد – الى ان قال – واما حديث الترمذي مرفوعا :” { أَعْلِنُوا هَذَا النِّكَاحَ وَافْعَلُوهُ فِي الْمَسَاجِدِ وَاضْرِبُوا عَلَيْهِ بِالدُّفِّ }…فالمراد منه : جعل العقد في المسجد والدف خارجه إعلانا بالنكاح، وما استند اليه بعضهم من انه صار فعله في المسجد شعارا للأعياد والصوم ونحوهما..فجهل قبيح وغلط في الإستدلال، ولا تصلح العادة دليلا للأحكام الشرعية بل هذا ان وقع.. فهو شعار معاند ومراغم للشرع.
[3] عمدة المفتي والمستفتي /1/119-120
مسألة : ….يقول الفقير : مفهوم حديث مسلم : ان الإشغال بغير ذلك وضع للشيئ في غير محله ، وقد اعتيد في بعض البلدان إيقاع ختم القرآن مثلا في المسجد، وتفرقة القهوة والحلوى والسمسم ونحوها ، ودخول الصبيان المسجد فيقع منهم تقذير المسجد، وذلك حرام شديد التحريم، والتصدق بذلك وان كان قربة في ذاته الا ان اقترانها بالمحرم وهو عدم احترام المسجد صيره محرما، فان اريد فعل الختم فيه وتفرقة ما ذكر .. وجب المنع من المحرم في المسجد اعني تقذيره والإزراء به ، ولعب الصبيان فيه كما قال ابو العباس الطنبداوي ما ملخصه { الأمور المستحبة لا يمنع منها اذا اقترنت بها مفسدة ، وانما يمنع من تلك المفسدة كما لو وقع اختلاط النساء بالرجال في الطواف ، فالطواف باق على مشروعية وانما بؤمر الطائف بالبعد عنهن وغض الطرف بحيث يسلم من المفسدة} انتهى كلامه.
واذا كان وقوع الختم في المسجد مع وقوع التلويث والإزدراء واللعب ولم يتأت المنع من وقوع ما اقترن بالختم من الإزدراء واللعب..صار فعل الختم فيه حراما، ففي فتاوى ابن حجر الحديثية { ان المواليد التي تفعل بمكة اكثرها مشتمل على خير كصدقة و ذكر وصلاة على النبي صلى الل عليه وسلم، وعلى شرور لو لم يكن منها الا رؤية النساء للرجال الأجانب، وبعضها ليس فيه شيئ لكنه قليل نادر. قال ابن حجر : ولا شك ان القسم الأول ممنوع للقاعدة المقررة المشهورة : ان درء المفاسد مقدم على جلب المصالح، فمن علم وقوع شيئ من الحرام فيما يفعل من ذلك..فهو آثم عاص، فالخير فيه لا يساوي شره ، الا ترى ان الشارع اكتفى من الخير بما تيسر، ومنع من جميع انواع الشر حيث قال ” اذا امرتكم بأمر فأتوا منه ما استطعتم، واذا نهيتكم عن شيئ فاجتنبوا ” !. وقرر ابن حجر في القسم الخالي من الشر سنيته، واستتدل بالأحاديث الواردة في الأذكار الخاصة والعامة } انتهى
فمتى كان وجود القهوة والحلوى ونحوهما سببا لحضور الصبيان وانتهاكهم حرمة المسجد.. كان المحضر آثما لأن التسبب في المعصية معصية. ويجب على من له قدرة على إزالته إزالته، وان كان يزول بحضوره .. وجب حضوره او النهي الذي يزول به المنكر، فان لم يقدر على إنكاره .. حرم عليه الحضور كما في نظيره في الوليمة مع انها واجبة، ووردالزجر عن عدم الإجابة عليها ، ويأثم ولي الصبي والسفيه المنتهك لحرمة المسجد ان اطلع على فعله ولم يزجره ، او علم ان ذلك الصبي ممن عرف بالأذية للمسجد لبذائة لسانه وكثرة صياحه ومزيد شره كأكثر صبيان العصر، وربما تجمع الصبيان وغيرهم لذلك وهناك مصلّ او ذاكر او طالب علم فيشوش عليهم، فيدخل الفاعل في وعيد {وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ مَنَعَ مَسَاجِدَ اللَّهِ أَنْ يُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ } اي لا احد اظلم منه.

http://www.forsansalaf.com/2011/memukul-rebana-terbangan-di-masjid/

Syamaail ar-Rasuul: Kasihnya Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم Kepada Umat – 1

Syamaail ar-Rasuul: Kasihnya Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم Kepada Umat – 1

Kasihnya Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم Kepada Ummat

Saudaraku, sempena hari Itsnin, iaitu hari di mana junjungan kita, Sayyiduna Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم dilahirkan, al-Fagir ingin kongsikan sesuatu untuk kita renungi bersama, iaitu beberapa buah hadits yang menggambarkan kasih dan cintanya Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم kepada umat Baginda صلى الله عليه وآله وسلم

Terdapat sebuah hadits di dalam kitab Syamail Muhammadiyyah karangan Imam at-Tirmidhi رحمه الله, juga di dalam Wasaail al-Wushuul ila Syamaail ar-Rasuul صلى الله عليه وآله وسلم oleh al-‘Allamah Syeikh Yusuf bin Ismail an-Nabhani رحمه الله:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : قَامَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم بِآيَةٍ مِنَ الْقُرْآنِ لَيْلَةً

Ertinya: Daripada Sayyidatina ‘Aisyah رضي الله عنها, beliau berkata: Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم bersembahyang malam dengan hanya membaca satu ayat daripada al-Qur’an.

Hadits ini ini tercantum di dalam kedua buah kitab di atas pada bab ibadahnya Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم. Pada riwayat ini tidak diceritakan apakah ayat yang dibaca oleh Baginda Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم. Walau bagaimanapun, guru dari guru kami, Al-‘Allamah Syeikh ‘Abdullah bin Sa’id al-Lahji رحمه الله telah menghuraikan hadits di atas di dalam kitabnya Muntaha as-Suuul ‘ala Wasaail al-Wushuul ila Syamaail ar-Rasuul صلى الله عليه وآله وسلم, beliau berkata, ayat yang dibaca itu adalah:

إِن تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ ۖ وَإِن تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Ertinya: Jika Engkau menyeksa mereka, (maka tidak ada yang menghalanginya) kerana sesungguhnya mereka adalah hamba-hambaMu; dan jika Engkau mengampunkan mereka, maka sesungguhnya Engkaulah sahaja yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana. (Surah al-Maaidah: 118).

Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم mengulangi ayat tersebut di dalam sholat Baginda صلى الله عليه وآله وسلم sambil menangis sehingga shubuh. Beliau (al-‘Allamah Syeikh ‘Abdullah bin Sa’id al-Lahji رحمه الله) kemudiannya mendatangkan hadits yang menceritakan hal di atas.

Seterusnya al-Imam Ibn Katsir رحمه الله juga menyebut hadits seumpamanya tatkala beliau menafsirkan ayat ke-118 dari surah al-Maaidah. Beliau berkata:

وهذه الآية لها شأن عظيم، ونبأ عجيب، وقد ورد في الحديث: أن النبي صلى الله عليه وسلم قام بها ليلة حتى الصباح يرددها.

Ertinya: Dan ayat ini mempunyai makna yang besar dan merupakan berita yang menakjubkan. Dan telah warid di dalam sebuah hadits bahwasanya Nabi صلى الله عليه وآله وسلم mendirikan sholat malam dengan membaca ayat ini sehingga shubuh, yakni dengan mengulang-ulangi bacaan ayat ini.

قال الإمام أحمد: حدثنا محمد بن فضيل، حدثني فُلَيْت العامري، عن جَسْرَة العامرية، عن أبي ذر رضي الله عنه، قال: صلى النبي صلى الله عليه وسلم ذات ليلة، فقرأ بآية حتى أصبح، يركع بها ويسجد بها: {إِن تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِن تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنتَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ} فلما أصبح، قلت: يا رسول الله، ما زلت تقرأ هذه الآية حتى أصبحت، تركع بها، وتسجد بها؟ قال: إني سألت ربي عز وجل الشفاعة لأمتي، فأعطانيها، وهي نائلة إن شاء الله لمن لا يشرك بالله شيئاً

Ertinya: Telah berkata Imam Ahmad رحمه الله: Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibn Fudhail, telah menceritakan kepada Fulait al-‘Aamiri daripada Jasrah al-‘Aamiriyyah daripada Sayyidina Abu Dzar رضي الله عنه, beliau berkata: Telah bersembahyang Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم pada satu malam lalu membaca Baginda صلى الله عليه وآله وسلم dengan satu ayat sehinggalah masuk shubuh, Baginda صلى الله عليه وآله وسلم rukuk dengan membaca ayat tersebut dan sujud dengan membaca ayat tersebut:

إِن تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ ۖ وَإِن تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Ertinya: Jika Engkau menyeksa mereka, (maka tidak ada yang menghalanginya) kerana sesungguhnya mereka adalah hamba-hambaMu; dan jika Engkau mengampunkan mereka, maka sesungguhnya Engkaulah sahaja yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana. (Surah al-Maaidah: 118)

Ketika waktu Shubuh, aku (Sayyiduna Abu Dzar رضي الله عنه) telah bertanya: Wahai Rasulullah, mengapa engkau terus menerus membaca ayat ini sehingga shubuh, engkau rukuk dengan membaca ayat tersebut dan engkau sujud dengan membaca ayat tersebut? Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم berkata: Sesungguhnya aku memohon kepada Tuhanku ‘Azza wa Jalla, syafa’at bagi ummatku, maka Dia memberinya kepadaku, dan syafa’at itu dapat diperolehi insyaAllah bagi orang yang tidak mensyirikkan Allah dengan sesuatupun. (Tafsir al-Qur’aan al-Adzim oleh al-Hafidz Ibn Katsir, jilid 3, halaman 269)

Di dalam tafsir Ibn Katsir juga dibawakan sebuah lagi riwayat:

. وقال ابن أبي حاتم: حدثنا يونس بن عبد الأعلى، حدثنا ابن وهب، أخبرني عمرو بن الحارث: أن بكر بن سوادة حدثه، عن عبد الرحمن بن جبير، عن عبد الله بن عمرو بن العاص: أن النبي صلى الله عليه وسلم، تلا قول عيسى: { إِن تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِن تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنتَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ } فرفع يديه، فقال: ” اللهم أمتي ” وبكى، فقال الله: يا جبريل اذهب إلى محمد -وربك أعلم – فاسأله ما يبكيه؟ فأتاه جبريل فسأله، فأخبره رسول الله صلى الله عليه وسلم، بما قال، وهو أعلم، فقال الله: يا جبريل اذهب إلى محمد، فقل: إنا سنرضيك في أمتك ولا نسوْءُك.

Ertinya: “Dan telah berkata Ibn Abi Haatim: Telah menceritakan kepada kami Yuunus ibn ‘Abdul A’la, telah menceritakan kepada kami Ibn Wahhab, telah mengkhabarkan kepada kami ‘amru ibn al-Haarits: Bahawa Abu Bakar ibn Suwaadah menceritakan kepadanya, daripada ‘Abdurrahman ibn Jubair, daripada Sayyidina ‘Abdullah ibn ‘Amru ibn al-‘Ash رضي الله عنهما, bahwa Nabi صلى الله عليه وآله وسلم telah membaca perkataan Nabi ‘Isa عليه السلام (sebagaimana yang diceritakan oleh Allah dalam firmanNya):

إِن تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ ۖ وَإِن تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Ertinya: Jika Engkau menyeksa mereka, (maka tidak ada yang menghalanginya) kerana sesungguhnya mereka adalah hamba-hambaMu; dan jika Engkau mengampunkan mereka, maka sesungguhnya Engkaulah sahaja yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana. (Surah al-Maaidah: 118)

Lalu Baginda صلى الله عليه وآله وسلم mengangkatkan tangannya seraya berdoa: YA ALLAH (SELAMATKAN) UMMATKU. Kemudian Baginda صلى الله عليه وآله وسلم menangis. Maka Allah Ta’ala berfirman: Wahai Jibril, pergilah engkau kepada Muhammad – sedang Allah Ta’ala lebih mengetahui – dan tanyakan kepadanya apakah yang menyebahkan dia menangis? Maka malaikat Jibril lalu bertanya kepadanya, lalu Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم menceritakan apa yang telah diucapkannya – sedangkan Allah lebih mengetahui – Maka Allah berfirman: Wahai Jibril, pergilah kepada Muhammad dan engkau katakan (kepadanya): Bahwa sesungguhnya Kami akan membuatnya redha tentang nasib ummatnya dan Kami tidak akan membuatnya bersedih hati.” (Tafsir al-Qur’aan al-Adzim oleh al-Hafidz Ibn Katsir, jilid 3, halaman 269)

Manakala di dalam Shohih Muslim, terdapat sebuah hadits sepertimana hadits di atas yang bererti: Daripada Sayyidina ‘Abdullah ibn ‘Amru ibn al-‘Ash رضي الله عنهما, bahwa Nabi صلى الله عليه وآله وسلم telah membaca firman Allah ‘Azza wa Jalla tentang perkataan Nabi Ibrahim عليه السلام:

رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِّنَ النَّاسِ ۖ فَمَن تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي ۖ
Ertinya: “Wahai Tuhanku, berhala-berhala itu telah menyebabkan sesat banyak di antara umat manusia. Oleh itu, sesiapa yang menurutku (dalam Islam yang menjadi peganganku) maka ia adalah dari golonganku” (Surah Ibrahim: 36)

Dan perkataan Nabi ‘Isa عليه السلام (sebagaimana yang diceritakan oleh Allah dalam firmanNya):

إِن تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ ۖ وَإِن تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Ertinya: Jika Engkau menyeksa mereka, (maka tidak ada yang menghalanginya) kerana sesungguhnya mereka adalah hamba-hambaMu; dan jika Engkau mengampunkan mereka, maka sesungguhnya Engkaulah sahaja yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana. (Surah al-Maaidah: 118)

Lalu Baginda صلى الله عليه وآله وسلم mengangkatkan tangannya seraya berdoa: YA ALLAH (SELAMATKAN) UMMATKU, (SELAMATKAN) UMMATKU. Kemudian Baginda صلى الله عليه وآله وسلم menangis. Maka Allah Ta’ala berfirman: Wahai Jibril, pergilah engkau kepada Muhammad – sedang Allah Ta’ala lebih mengetahui – dan tanyakan kepadanya apakah yang menyebabkan dia menangis? Maka Jibril عليه السلام menemui Nabi صلى الله عليه وآله وسلم lalu bertanya kepada Nabi صلى الله عليه وآله وسلم, dan Rasulullah mengkhabarkan apa kepada Jibril عليه السلام. Maka Allah berfirman kepada Jibril عليه السلام: Pergilah engkau menemui Muhammad dan katakanlah kepadanya: Sesungguhnya Kami akan membuatkan engkau redha pada umatmu dan Kami tidak akan menyakitimu dalam urusan umatmu..” (Hadits riwayat Muslim)

Al-Imam an-Nawawi r رحمه الله, dalam syarah beliau ke atas hadits diatas mengatakan: Hadits ini menggambarkan kesempurnaan sifat kasih sayang dan cinta Nabi صلى الله عليه وآله وسلم. terhadap umatnya, dan keprihatinan Baginda صلى الله عليه وآله وسلم bagi segala kemaslahatan dan keadaan mereka. Ia juga menerangkan tentang ketinggian kedudukan Nabi صلى الله عليه وآله وسلم di sisi Allah dan betapa besarnya kelembutan Allah terhadap hambaNya. Pengutusan Jibril عليه السلام kepada Baginda صلى الله عليه وآله وسلم mendzahirkan lagi ketinggian kedudukan Baginda صلى الله عليه وآله وسلم di sisi Allah di tempat yang teratas sehingga Baginda صلى الله عليه وآله وسلم dimuliakan dengan diberikan kepadanya apa yang disukai dan diredainya. (Shohih Muslim bi Syarh Imam al Nawawi jilid 2 H: 438)

Saudaraku, daripada beberapa buah hadits di atas jelas menggambarkan betapa kasih dan cintanya Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم kepada ummatnya.

Renunglah wahai saudaraku, Baginda صلى الله عليه وآله وسلم bersholat semalaman dengan mengulang-ulangi membaca ayat 118 dari surah al-Maaidah, untuk memohon syafa’at buat umat Baginda صلى الله عليه وآله وسلم

Renungkanlah saudaraku sekalian, tatkala Baginda صلى الله عليه وآله وسلم membacakan ayat-ayat al-Quran yang menggambarkan keadaan manusia pada hari pembalasan kelak, perkara pertama yang terbayang di fikiran Baginda صلى الله عليه وآله وسلم bukanlah keluarga Baginda صلى الله عليه وآله وسلم, akan tetapi saudaraku sekalian, perkataan pertama yang terbit dari bibir Baginda صلى الله عليه وآله وسلم ialah keselamatan dan nasib ummat Baginda صلى الله عليه وآله وسلم, iaitu kita semua.

Begitulah dalamnya kasih dan cintanya Baginda صلى الله عليه وآله وسلم terhadap kita umatnya. Walaupun tempat Baginda صلى الله عليه وآله وسلم di syurga sudah terjamin, namun Baginda صلى الله عليه وآله وسلم masih tidak sanggup dan tega melihat keadaan ummatnya jika mereka terseksa di hari pembalasan kelak. Malah, menjadi harapan Baginda agar sekalian ummatnya dapat masuk ke syurga bersamanya dan terus kekal di sana selamanya.

Renungkanlah saudaraku sekalian, apakah demikian juga kasih dan cinta kita kepada Baginda صلى الله عليه وآله وسلم? Apa pernah airmata kita mengalir kerana merindui Baginda صلى الله عليه وآله وسلم? Apa pernahkah kita menangis kerana tidak bersungguh dalam menuruti sunnah-sunnah Baginda صلى الله عليه وآله وسلم? Berapa banyak sholawat ke atas Baginda صلى الله عليه وآله وسلم yang telah kitab baca sehari semalam? Sejauh manakah cinta kita? Apakah kita telah buktikan cinta kita kepada Baginda صلى الله عليه وآله وسلم?

Saudaraku sekelian, cinta itu bukan sekadar ungkapan dibibir semata, cinta itu punya tanda-tandanya ….. al-‘Allamah Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari (pendiri Nahdatul Ulama di Indonesia, wafat 25 Julai 1947) menyebut di dalam kitab beliau berjudul an-Nur al-Mubin: Menyintai Nabi صلى الله عليه وآله وسلم ada tanda-tandanya. Barangsiapa yang dzahir pada dirinya tanda-tanda tersebut, adalah ia benar-benar mencintai Nabi صلى الله عليه وآله وسلم. Dan sekiranya tidak, maka cintanya dakwaan semata-mata.

Tanda-tandanya adalah:

* meneladani Baginda صلى الله عليه وآله وسلم samada dalam percakapan, perbuatan dan ahwal, dzahir dan bathinnya
* mengamalkan sunnah-sunnah Baginda صلى الله عليه وآله وسلم, mematuhi perintahnya dan menjauhi larangannya, berusaha beradab dengan adab Baginda صلى الله عليه وآله وسلم, dalam semua keadaan, baik dikala susah, maupun senang, dikala cergas maupun malas
* mengutamakan sesuatu yang telah disyariatkan Baginda صلى الله عليه وآله وسلم dan yang digalakkan Baginda صلى الله عليه وآله وسلم untuk dilakukan, daripada mengikuti hawa nafsu dan syahwat (yakni mengutamakan perintah Baginda صلى الله عليه وآله وسلم daripada kehendak nafsu dan syahwat)
* banyak menyebut Baginda صلى الله عليه وآله وسلم yakni bershalawat ke atas Baginda صلى الله عليه وآله وسلم, sebab orang yang mencintai sesuatu, maka dia banyak atau sering menyebutnya dengan perasaan rindu kepada yang dicintainya, mengagungkannya, memuliakannya dan mendzahirkan kekhusyu’kan dan rendah diri ketika mendengar nama Baginda صلى الله عليه وآله وسلم disebut.
* rindu untuk bertemu dengan Baginda صلى الله عليه وآله وسلم, kerana sesungguhnya setiap kekasih ingin bertemu dengan yang dikasihinya.
* mencintai mereka yang dicintai oleh Baginda صلى الله عليه وآله وسلم, iaitu yang punya hubungan dengan Baginda صلى الله عليه وآله وسلم seperti ahlulbait Baginda صلى الله عليه وآله وسلم, para shahabat Baginda صلى الله عليه وآله وسلم dari kalangan Muhajirin dan Anshar.
* membenci orang-orang yang dibenci oleh Allah dan RasulNya, memusuhi orang yang memusuhinya, menjauhi orang yang menyimpang dari sunnahnya serta berkeberatan terhadap orang yang menyimpang dari sunnahnya.
* mencintai al-Quran yang diturunkan kepada Baginda صلى الله عليه وآله وسلم. Mencintai al-Quran bererti membaca, memahami dan mengamalkan segala tuntutan-tuntutannya di dalam mengatur kehidupan kita dan seterusnya memperjuangkannya.
* mencintai sunnahnya serta memperhatikan dan memahami hukum-hakamnya. Sahal bin ‘Abdullah at-Tusturi berkata: Tanda-tanda mencintai Allah adalah mencintai al-Quran dan mencintai Nabi صلى الله عليه وآله وسلم. Tanda-tanda mencintai Nabi صلى الله عليه وآله وسلم adalah mencintai sunnahnya. Tanda-tanda mencintai sunnahnya adalah membenci dunia. Tanda-tanda membenci dunia adalah enggan mengambilnya melainkan untuk bekalan menuju kampung akhirat.
* belas kasihan (yakni bersikap lemah lembut dan mengasihi) terhadap ummatnya, memberi nasihat kepada mereka tanpa jemu, berusaha memberi kemaslahatan dan menghindarkan mereka daripada marabahaya. (tamat petiakan dari an-Nur al-Mubin)

Saudaraku sekelian, apabila terlintas di fikiran kita untuk melakukan keburukan, dosa ataupun kezaliman, walaupun sekecil-kecilnya bayangkanlah tangisan Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم. yang tidak redha akan segala perbuatan buruk kita itu. Ingatilah Allah, bersholawatlah kepada Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم, ucapkanlah istighfar dan, agar dengan itu terpadam segala hasrat dan niat untuk melakukan segala dosa dan kemungkaran. Lakukanlah segalanya itu kerana CINTA. Cinta kepada Allah dan RasulNYA.

Sekian dahulu dari al-Fagir. Semoga kita semua dikurniakan kecintaan kepada Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم dengan kecintaan yang mendalam sepertimana juga cintanya Baginda صلى الله عليه وآله وسلم kepada kita

saudara kalian, al-fagir ilaLlah abu zahrah al-qadahi
taman seri gombak
dzuhur, itsnin 5 jumadilakhirah 1432/9 mei 2011M
http://al-fanshuri.blogspot.com/search?updated-max=2011-05-16T11%3A18%3A00%2B08%3A00&max-results=15

Terjemah:

Dikutip dari Syekh az-Zabidi: “Para musuh Rasulullah setelah mereka selesai menghancurkan makam-makam mulia di komplek pemakaman al Baqi’; mereka pindah ke Qubah Rasulullah untuk menghancurkannya. Salah seorang dari mereka lalu naik ke puncak Qubah untuk mulai menghancurkannya, tapi kemudian Allah mengirimkan petir/api menyambar orang tersebut yang dengan hanya satu kali hantaman saja orang tersebut langsung mati hingga -raganya- menempel di atas Qubah mulia itu. Setelah itu tidak ada seorangpun yang mampu menurunkan mayat orang tersebut dari atas Qubah; selamanya. Lalu ada salah seorang yang sangat saleh dan bertakwa mimpi diberitahukan oleh Rasulullah bahwa tidak akan ada seorangpun yang mampu menurunkan mayat orang tersebut. Dari sini kemudian orang tersebut “dikuburkan” ditempatnya (di atas Qubah; dengan ditutupkan sesuatu di atasnya) supaya menjadi pelajaran”.

foto tahun 1427 H

Syamaail ar-Rasuul: Kasihnya Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم Kepada Umat – 2

Syamaail ar-Rasuul: Kasihnya Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم Kepada Umat – 2

Saudara-saudaraku, pengunjung al-fanshuri, hari ini al-fagir ingin berkongsi lagi tentang hadits yang mengkhabarkan kepada kita tentang kasihnya Baginda صلى الله عليه وآله وسلم terhadap kita, umat Baginda صلى الله عليه وآله وسلم. Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Bazzar daripada Sayyidina ibnu Mas’ud رضي الله عنه.. Haditsnya berbunyi:

حَيَاتِي خَيْرٌ لَكُمْ تُحَدِّثُونَ وَنُحَدِّثُ لَكُمْ، وَوَفَاتِي خَيْرٌ لَكُمْ تُعْرَضُ عَلَيَّ أَعْمَالُكُمْ، فَمَا رَأَيْتُ مِنَ خَيْرٍ حَمِدْتُ اللَّهَ عَلَيْهِ، وَمَا رَأَيْتُ مِنَ شَرٍّ اسْتَغْفَرْتُ اللَّهَ لَكُمْ

Terjemahannya: “Hidupku merupakan kebaikan bagi kalian. Kalian dapat berbicara (bertanya masalah dan hukum-hakam kepada Baginda صلى الله عليه وآله وسلم) dan dibicarakan bagi kalian (dengan wahyu dari Allah dengan perantaraan Baginda صلى الله عليه وآله وسلم). Dan kewafatanku juga merupakan kebaikan bagi kalian, kerana dibentangkan atasku amalan-amalan kalian. Maka apa yang aku lihat dari amalan itu kebaikan, aku memuji Allah atasnya dan apa yang aku lihat dari amalan kejahatan, aku akan memohon keampunan kepada Allah untuk kalian”. – (Hadits riwayat al-Bazzar (5/308) dan Ibn Sa’d di dalam ath-Thabaqat al-Kubra (2/194) dan al-Harits ibn Abi Usamah di dalam Musnadnya seperti tersebut di dalam Bughyah al-Baahits (2/884). Di antara penghafadz dan peneliti hadits yang menshahihkan hadits ini adalah Abu Zur’ah al-Iraqi, al-Haitsami, al-Qusthullani, as-Sayuthi al-Munziri, az-Zurqani, asy-Syihab al-Khafaji dan Mulla ‘Ali Qaari. Hadits ini juga disebut oleh Ibn Hajar al-‘Asqolani di dalam Mathoolib al-‘Aaliyyah dengan matan yang sedikit berbeza)

Dua perkara yang ingin al-fagir ingin sentuh untuk renungan kita bersama. (Pertama) bahwa ‘amal kita yang dibentangkan kepada Baginda صلى الله عليه وآله وسلم. Al-Imam al-Qurthubi menyebut di dalam kitab beliau, at-Tazkirah, Bab Ma Jaa`a fi Syahaadah al-Nabiy صلى الله عليه وآله وسلم ‘ala Umatihi:

(قال) ابن المبارك أخبرنا رجل من الأنصار عن المنهال بن عمرو أنه سمع سعيد بن المسيب يقول: ليس من يوم إلا يعرض فيه على النبي صلى الله عليه وسلم أمته غدوة وعشية فيعرفهم بسيماهم وأعمالهم فذلك يشهد عليهم، يقول الله تبارك وتعالى: فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِن كُلِّ أمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَىٰ هَـٰؤُلاۤءِ شَهِيداً
فصل: قلت: قد تقدم أن الأعمال تعرض على الله يوم الخميس ويوم الإثنين، وعلى الأنبياء والآباء والأمهات يوم الجمعة، ولا تعارض؛ فإنه يحتمل أن يخص نبينا بما يعرض عليه الصلاة والسلام بالعرض كل يوم، ويوم الجمعة مع الأنبياء، والله أعلم

Terjemahannya: (Telah berkata Ibn Mubarak di dalam kitabnya Zawaaid az-Zuhd), telah mengkhabarkan kepada kami seorang lelaki daripada kaum Anshor daripada Minhal bin ‘Amr dari Sa’id bin Musayyib bahwa dia berkata: Tidaklah dalam satu hari melainkan dibentangkan kepada Nabi صلى الله عليه وآله وسلم ‘amalan-‘amalan umat Baginda صلى الله عليه وآله وسلم, pagi dan petang. Maka Nabi صلى الله عليه وآله وسلم mengenali mereka melalui tanda-tanda dan ‘amalan-‘amalan mereka. Dengan demikian itulah Baginda صلى الله عليه وآله وسلم memberi kesaksian keatas mereka. Allah Ta’ala berfirman (terjemahannya): Maka bagaimanakah, apabila Kami datangkan dari tiap-tiap umat seorang saksi (iaitu Rasul mereka sendiri menjadi saksi terhadap perbuatan mereka), dan Kami juga datangkan engkau (wahai Muhammad) sebagai saksi terhadap umatmu ini?(surah an-Nisa`: 41)

(Fashal): Aku (al-Qurthubi) berkata: Telah disebutkan terdahulu (sebelumnya) bahwasanya ‘amalan-‘amalan dibentangkan kepada Allah pada hari Khamis dan hari Itsnain dan kepada para Nabi-nabi, para ayah dan ibu pada hari Jum’at. Dan ini tidak bertentangan kerana bahwa ianya diihtimalkan iaitu dikhususkan kepada Nabi kitaصلى الله عليه وآله وسلم dengan dibentangkan ‘amalan-‘amalan umat Baginda صلى الله عليه وآله وسلم pada setiap hari dan pada hari Jum’at pula bersama para anbiya`. (tamat petikan)

Allahu Allah …. Saudara-saudaraku, ‘amalan kita dibentengkan kepada Junjungan kita Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم setiap hari, pagi dan petang! ‘Amalan kita dibentengkan kepada Junjungan kita Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم setiap hari, pagi dan petang! Allaaah! Maka perhatikanlah apa yang kita lakukan, agar apa yang dibentangkan mengembirakan Junjungan kita Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم ….. Berhati-hati kita dalam setiap gerak langkah hatta detik hati kita. Apakah kita mahu yang dipamerkan, yang dibentangkan kepada Junjungan kita Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم ‘amalan buruk, keji dan dosa-dosa yang kita lakukan? Apakah kita tidak terdetik merasa malu, bersalah dan 1001 rasa lagi (yang sukar diterjemahkan)…. apabila yang dibentangkan kepada Junjungan kita Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم adalah perkara yang Baginda صلى الله عليه وآله وسلم tegah kita dari melakukannya. Allahu Allah …. Jangan kecewakan Baginda صلى الله عليه وآله وسلم. Jangan membuat Baginda صلى الله عليه وآله وسلم sedih! Jangan membuat Baginda صلى الله عليه وآله وسلم malu! Jangan … jangan …. Jangan sesekali …..!

Saudara-saudaraku, al-Imam Ibn Rajab al-Hanbali menyebut di dalam karyanya Lathoiful Ma’aarif:

أعمال الأمة تعرض على نبيها في البرزخ فليستح عبد أن يعرض على نبيه من عمله ما نهاه عنه لما وقف صلى الله عليه و سلم عام حجة الوداع قال : [ إني فرطكم على الحوض و أني مكاثر بكم الأمم فلا تسودوا وجهي ] يشير إلى أنه صلى الله عليه و سلم يستحي من سيئات أمته إذا عرضت عليه –

Terjemahannya: ‘Amalan-‘amalan umat dibentangkan ke atas Nabi mereka di barzakh. Maka hendaklah seseorang hamba itu malu bahwa dibentangkan ke atas Nabinya daripada ‘amalannya dari apa yang ditegahkan oleh Nabinya dari melakukannya. Tatkala Nabi صلى الله عليه وآله وسلم wuquf (di ‘Arafah) pada Haji Perpisahan, Baginda صلى الله عليه وآله وسلم bersabda: Sesungguhnya aku mendahului kalian mendatangi Haudh dan aku berbangga dengan banyaknya bilangan kalian diantara sekelian umat dan janganlah kalian memalukan aku. (Hadits ini) mengisyaratkan bahwasanya Nabi صلى الله عليه وآله وسلم malu dengan dosa-dosa yang dilakukan oleh umat Baginda صلى الله عليه وآله وسلم apabila dibentangkan kepada Baginda صلى الله عليه وآله وسلم. (Tamat petikan)

(Kedua) Mengenai betapa kasihnya Baginda صلى الله عليه وآله وسلم kepada umat, kerana tatkala dibentangkan ‘amalan umat Baginda صلى الله عليه وآله وسلم maka Baginda صلى الله عليه وآله وسلم akan memohonkan keampunan sekiranya ‘amalan tersebut jahat/buruk/keji. Allahu Allah ………. Begitulah kasih dan cintanya Sayyiduna Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم kepada umat. Cinta Baginda صلى الله عليه وآله وسلم yang unggul, kerana ia merentasi tempat dan zaman hingga meliputi umat yang tidak pernah bersua dengan Baginda صلى الله عليه وآله وسلم. namun beriman kepadanya. Hatta di barzah pun Baginda صلى الله عليه وآله وسلم akan sentiasa mengikuti perkembangan umat Baginda صلى الله عليه وآله وسلم. , memohon keampunan buat umat yang berbuat dosa. Allahu Allah ….. alangkah tulusnya rasa kasih dan cinta Baginda صلى الله عليه وآله وسلم kepada umat! Kasih yang melebihi kasih ibubapa kita kepada anak-anaknya. Kasih dan cinta yang berpanjangan … semasa hayat Baginda صلى الله عليه وآله وسلم, ketika hampir wafat Baginda صلى الله عليه وآله وسلم ketika di barzakh, ketika hampir kewafatan Baginda صلى الله عليه وآله وسلم dan di mahsyar (kelak) …. yang terpacul dari lisan Baginda صلى الله عليه وآله وسلم Umati! Umati! Kasihnya, cintanya Baginda صلى الله عليه وآله وسلم kepada umat!

Tanyalah kepada diri kita bagaimana pula kasih dan cinta kita kepada Junjungan Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم? Saudaraku, hanya orang yang berakal serta mempunyai matahati yang akan memahami, menghayati, merasai dan menghargai cinta dan kasihsayang Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم. lantas dia akan menyahutnya dengan menumpahkan sepenuh rasa cinta serta ketaatan yang tidak berbelah-bagi.

Hargailah kasihnya dan cintanya Baginda صلى الله عليه وآله وسلم kepada kita dengan mengikuti apa yang diajarkan kepada kita.

لو كان حبك صادقاً لأطعته إن المحب لمن يحب مطيع
sekiranya cintamu benar pasti engkau akan menta’atinya # sesungguhnya orang yang mencintai taat terhadap orang yang dicintai

Saudaraku, antara tanda cinta adalah sering menyebut yang dicintainya itu.
من أحب شيئاً أكثر ذكره
Ertinya : Barangsiapa mencintai sesuatu nescaya dia banyak menyebutnya (yang dicintai itu).

Oleh itu wahai saudara-saudaraku, marilah kita memperbanyakkan sholawat sebagai tanda kita menyintainya صلى الله عليه وآله وسلم. Saudaraku, shalawat berfungsi sebagai cahaya yang menerangi hati dan menyingkir kegelapan dosa. Shalawat menghadirkan nur Baginda صلى الله عليه وآله وسلم. agar Baginda صلى الله عليه وآله وسلم senantiasa bertakhta dihati kita, sehingga keagungan diri dan perilaku Baginda صلى الله عليه وآله وسلم menjadi acuan dan barometer bagi kehidupan kita sepanjang hayat. Shalawat adalah penyingkap tabir dari dimensi ruang dan waktu untuk menyatukan kita dengan nur Baginda صلى الله عليه وآله وسلم. Shalawat adalah sebuah ungkapan cinta kita kepada Baginda صلى الله عليه وآله وسلم dan shalawat adalah merupakan pintu untuk kita wushul (sampai) kepada Allah (yakni meraih keredhaanNya).

وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ
sekian dari
al-fagir ilaLlah abu zahrah abdullah thahir al-qadahi
isnin, dhuha,12 jumadilakhirah 1432/16 mei 2011
taman seri gombak, selangor darul ehsan
http://al-fanshuri.blogspot.com/

Bukti Kitab wahabi Kaum Wahabi Mengkafirkan Seluruh Umat Islam Ahlusunnah 4 madzab

الوهابية أتباع قرن الشيطان يكفرون الامة الاسلامية / وثائق مهمه

بسم الله الرحمن الرحيم والصلاه والسلام علي اشرف المرسلين وعلي اله وصحبه اجمعين

الوهابية أتباع محمد بن عبد الوهاب على نهجه في تكفير الأمّة الإسلامية واستباحة دمائهم

http://al7ewar.net/forum

قال القنوجي في كتابه المسمى “الدين الخالص” ، ج 1/140

“تقليد المذاهب من الشرك”.

وبذلك على زعمه كفر كلّ الأمّة الإسلامية اليوم لأن الأمة اليوم هم أهل المذاهب الأربعة وهم عند الوهابية كفار. انظر الكتاب : الغلاف ـ ص 140

Terjemah:

Kaum Wahabi Pengikut “Tanduk Setan” Mengkafirkan Seluruh Umat Islam (Dokumen Penting)

Segala puji bagi Allah, Shalawat dan salam selalu tercurah bagi pimpinan para nabi dan rasul, dan bagi keluarga dan para sahabatnya.

Kaum Wahabi; pengikut Muhammad ibn Abdil Wahhab, ajarannya adalah pengkafiran terhadap seluruh umat Islam dan menghalalkan darah mereka.

Lihat http://al7ewar.net/forum

Salah seorang pemuka Wahabi, bernama al Qanuji, dalam kitab karyanya berjudul “ad Din al Khalish”, j. 1, h. 140, berkata:

“Taqlid dengan madzhab-madzhab adalah syirik”.

Dengan demikian, di atas dasar keyakinannya ini, ia telah mengkafirkan seluruh umat Islam karena mereka semua adalah para muqallid bagi empat madzhab yang ada (Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali). Karena itu semua orang Islam tersebut menurut kaum Wahabi adalah orang-orang kafir. Lihat scan kitab di maksud…!!!!

Kumpula artikel membungkam wahabi (facebook note : Allah ada tanpa tempat)

BACA DAN SEBARKAN LINK ARTIKEL BERIKUT INI!!! 100% HALAL UNTUK DI COPY PASTE!!

WASPADAI TERUS AJARAN WAHHABI!!!

1. Para Ulama Telah Membantah Muhammad Ibn Abd Al-Wahhab; Perintis Gerakan Wahhabi, klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=…112485828768335&id=351534640896&ref=mf
2. Imam Taqiyyudin Abu Bakr al-Husni, penulis kitab Kifayat al-Akhyar, (–herannya kitab ini menjadi salah satu buku rujukan Wahabi–) dalam kitabnya berjudul “Daf’u Syubah Man Syabbaha Wa Tamarrad” menuliskan: “Kekufuran Ibn Taimiyah telah disepakati oleh Ulama empat madzhab”. klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=112479795435605&id=351534640896&ref=share
3. BACA DAN SEBARKAN!! al Imam Ibn al Jawzi Membongkar Kesesatan Aqidah Tasybih ((( Mewaspadai Ajaran Wahabi ))) klik inihttp://www.facebook.com/note.php?note_id=164430070240577&id=351534640896&ref=mf
4. Wahabi Punya Akal Sehat Ga Sih???? Dia Yakin Arsy Makhluk Allah; Tapi Dia Bilang Allah bertempat Di arsy!! Na’udzu Billah!!! klikhttp://www.facebook.com/note.php?note_id=139898152693769&id=351534640896&ref=mf
5. Dalil Kebolehan Mencium Makam Rasulullah Atau Orang-orang Saleh Dari Kitab Wafa’ al Wafa (Menohok Ajaran Sesat Wahabi) klik ini http://www.facebook.com/note.php?note_id=160954943921423&id=351534640896&ref=mf
6. Wahabi Merusak Kitab Nihayah al-Qaul al-Mufid, [[ Ini Buktinya ]], baca dan sebarkan…. tengok kiri kanan jangan sampai ada kerabat kita yang jadi Wahhabi, Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=154182567931994&id=351534640896&ref=mf
7. Dalil Kebolehan Mencium Makam Rasulullah Atau Orang-orang Saleh Dari Kitab Wafa’ al Wafa (Menohok Ajaran Sesat Wahabi), baca dan sebarkan. Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=160954943921423&id=351534640896&ref=mf
8. Hadits Riwayat Imam Muslim Dalam Kitab Shahih Dengan Syarh-nya Tentang Anjuran Tabarruk Dengan Peninggalan Orang2 Saleh, Sementara Wahabi sesat mengatakan tabarruk perbuatan bid’ah dan syirik. Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=162827517067499&id=351534640896&ref=mf
9. Imam Syafi’i Setiap Hari Ziarah Ke Makam Imam Abu Hanifah Dan Tawassul Dengannya, Sementara Wahabi Mengatakan Syirik Dan Kufur. Waspadai terus ajaran sesat Wahabi…. Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=162829053734012&id=351534640896&ref=mf
10. Satu catatan untuk Ibnu Utsaimin dan para pengikutnya: “DI MATA KALIAN SENDIRI RAJA KALIAN ADALAH ORANG KAFIR” karena ia berdoa dengan menghadap ke makam Rasulullah… Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=177951145555136&id=351534640896&ref=mf
11. Dedengkot Wahabi “Berantem” Saling Menyesatkan; Ibnu Bas dan Ibnu Utsaimin [Bukti Nyata Kesesatan Aqidah Wahabi]… baca dan sebarkan!!!! Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=181310078552576&id=351534640896&ref=mf
12. Ibn al Jawzi Dalam Sifat as Shofwah Menganjurkan Ziarah Ke Makam Orang2 Saleh Dan Tawassul, Sementara Wahabi Mengatakan Syirik Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=162824827067768&id=351534640896&ref=mf
13. Salah Seorang Ulama Terkemuka Dalam Madzhab Hanafi; Imam Ibn Abidin, MENGATAKAN bahwa Kaum Wahabi SESAT…!!!! Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=150450398305211&id=351534640896&ref=mf
14. Ibnu Hajar al-Haitami; Ulama Terkemuka Madzhab Syafi’i, Mengatakan: “IBNU TAIMIYAH SESAT” (Menohok Wahabi) Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=150951658255085&id=351534640896&ref=mf
15. Menohok Kaum Wahabi Yang Anti Tawassul, Dari Tulisan Adz-Dzahabi. Sodorkan Tulisan adz-Dzahabi Ini Kepada Mereka!!!! Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=151512118199039&id=351534640896&ref=mf
16. Lengkap membahas masalah peray…aan Maulid Nabi dari a sampe z, sangat penting untuk membantah ajaran sesat Wahabi, baca dan sebarkan…. Barakallah fikum!!! Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=153892607960990&id=351534640896&ref=mf
17. Konyol, salah seorang pemuka Wahabi, bernama al Qanuji, dlm karyanya berjudul “ad Din al Khalish”, j. 1, h. 140, brkt: “Taqlid dengan madzhab-madzhab adalah syirik”. Ini artinya, menurut dia seluruh umat Islam telah menjadi kafir karena mreka semua bertaqlid kepada empat madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali). klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=154893354527582
18. Di Atas Arsy Terdapat Tempat [[[ Membongkar Kesesatan Nashiruddin al Albani; Salah Satu Tiang Ajaran Sesat Wahhabi ]]] Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=153597111323873&id=351534640896&ref=mf
19. Ibnu Taimiyah Dalam Karyanya Mengatakan Bahwa Dari Arah Timur Akan Muncul FITNAH BESAR Dan PANGKAL KEKUFURAN yaitu Fitnah Wahhabi An-Najedi Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=154442421239342&id=351534640896&ref=mf
20. Wahabi mengatakan: “Maulid nabi sesat, ga ada di zaman Rasulullah”. heh.. Wahabi, buka dan baca link ini; Imam Kalian; Ibnu Taimiyah al Mujassim mengatakan perayaan maulid nabi pekerjaan yang baik. Katakan oleh kalian: “IBNU TAIMIYAH SESAT”. Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=154866137863637&id=351534640896&ref=mf
21. Lagi; Kaum Wahabi “Mengoyak” (mereduksi) Kitab al Adzkar Karya Imam An Nawawi, heh!! mereka ga punya amanat ilmiah, klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=160029190680665
22. Hati2, Ada Dua Orang Bernama Abu Ya’la, Keduanya Orang Berbeda [Sangat Penting Untuk Menghindari Tipu Daya Kaum Wahhabi], klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=185239738159610&id=351534640896&ref=mf
23. Heh..!”Cium Tangan” Dibilang Mendekati Perbuatan Syirik?! Membasmi Atau Menyebarkan “TBC”??! [Mendudukan Persoalan Dengan Dalil] Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=132078848329&id=1789501505&ref=mf
24. Nasehat adz-Dzahabi Terhadap Ibn Taimiyah; Bukti Pengakuan Seorang Murid Bagi Kesesatan Sang Guru Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=381439268329&id=1789501505&ref=mf
25. Wahabi = Khawarij,,,,, Khawarij = Wahabi, demikain tulisan Syekh Shawi dalam Hasyiyah Tafsir al Jalalain, silahkan cek dalam link berikut Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=153873444629573&id=351534640896&ref=mf
26. Diantaranya, Karena Takwil Berikut Ini Ulama Sekaliber Imam an-Nawawi Dianggap sesat Oleh Kaum Wahhabi. Hasbunallah!! Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=154238364593081&id=351534640896&ref=mf
27. Dedengkot Wahabi; IBNU UTSAIMIN mengatakan bahwa Imam Ibnu Hajar al Asqalani bukan dari golongan Ahlussunnah Wal Jama’ah, klik ini http://www.facebook.com/note.php?note_id=112481828768735&id=351534640896&ref=mf
28. Supaya Jangan Sembarangan Mengklaim Ahli Bid’ah Kepada Orang Lain (Hakekat Bid’ah Lengkap Dari a Sampai z, Mewaspadai Wahabi) Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=112546762095575&id=351534640896&ref=mf
29. Supaya Tidak Sembarang Berbicara Masalah Hukum Agama; Anda Tidak Akan Mencapai Derajat Mujtahid Maka Anda Harus Menjadi Muqallid, klikhttp://www.facebook.com/note.php?note_id=112489875434597&id=351534640896&ref=share
30. Salah satu akar terorisme; karena salahpaham terhadap kandungan QS. al-Ma’idah: 44. Waspada, jangan sampai anda terjebak…Oleh Wahabi Teroris!!! Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=112481618768756&id=351534640896&ref=mf
31. Membongkar Kesesatan Ajaran Wahabi Yang Membagi Tauhid kepada 3 Bagian; Aqidah Mereka Ini Nyata Bid’ah Sesat Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=112480862102165&id=351534640896&ref=mf
32. Imam Taqiyyudin Abu Bakr al-Husni, penulis kitab Kifayat al-Akhyar, (–herannya kitab ini menjadi salah satu buku rujukan Wahabi–) dalam kitabnya berjudul “Daf’u Syubah Man Syabbaha Wa Tamarrad” menuliskan: “Kekufuran Ibn Taimiyah telah disepakati oleh Ulama empat madzhab”. Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=112479795435605&id=351534640896&ref=share
33. [Mewaspadai Wahhabiyyah] Masa Memakai Tasbih Untuk Menghitung Bilangan Dzikir Disebut Bid’ah Juga?! [Panjang.. Baca yang sabar] Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=112554782094773&id=351534640896&ref=mf
34. al Imam Ibn al Jawzi Membongkar Kesesatan Aqidah Tasybih ((( Mewaspadai Ajaran Wahabi ))) klik ini http://www.facebook.com/note.php?note_id=164430070240577&id=351534640896&ref=mf
35. Jangan Salah Memahami Hadits Ini, Orang2 Wahhabi Mengkafirkan Banyak Orang Islam Karena Salah Memahami Hadits Ini, Hattiii2..!!! Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=112487062101545&id=351534640896&ref=mf
36. Di Antara Argumen Buruk Kaum Wahhabi Tentang Tabarruk Dan Tawassul; KITA BONGKAR DI SINI.. !!! Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=112482865435298&id=351534640896&ref=m
37. Membongkar Kesesatan Ajaran Wahabi Yang Membagi Tauhid kepada 3 Bagian; Aqidah Mereka Ini Nyata Bid’ah Sesat klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=112480862102165

Raja saudi vs mufti wahabi 1 : Gambar raja saud di uang saudi



amir wahabi antek zionis british berkalung salib

“Menurut fatwa dr Lajnah Daimah, dan diperkuat oleh Syaikh Bin Baz dan Syaikh Utsaimin, gambar makhluq b’nyawa hukumnya HARAM akhi…
Tapi,kok ada ya fotonya Syaikh Bin Baz dan Syaikh Utsaimin?Beliau b’dua kira2 t’kena fatwanya sndri tdk ya akhi?Mhn pencerahan… ^_^

Selain itu, Uang pemerintah di mana Syech bin Baz sebagai mufti pemerintah kok malah membiarkan gambar uangnya ada lukisan yah…?
Mohon disorot pakai lampu petromax…

Islam menyebar di Nusantara sebab dakwah para Da’i (wali) Tasawuf

Fase Penyebaran Islam di Nusantara

Oleh: Alwi Alatas

PENYEBARAN Islam di Nusantara, termasuk di pulau Jawa, biasanya digambarkan sebagai penyebaran yang bersifat damai. Dengan kata lain, Islam tersebar di wilayah ini tanpa melalui peperangan sebagaimana yang terjadi di Timur Tengah, Afrika Utara, Eropa, dan Asia Tengah. Penyebaran yang damai ini dilihat oleh sebagian orang sebagai hal yang positif, karena membantu terbentuknya karakteristik Islam yang cenderung damai dan toleran. Tapi ada juga yang melihatnya sebagai kelemahan. Pola dakwahnya yang cenderung kurang tegas dalam aspek aqidah dianggap telah menyebabkan banyaknya percampuran nilai-nilai lokal yang tidak Islami dengan nilai-nilai dan praktek agama Islam.

Penyebaran Islam di Nusantara pada awalnya memang dilakukan oleh para pedagang Muslim yang melakukan aktivitas perdagangan hingga ke wilayah ini. Karena mereka bukan merupakan ulama atau dai yang mengkhususkan diri untuk menyebarkan Islam, maka perkembangan Islam di Nusantara pada awalnya juga berlangsung relatif lambat. Walaupun para pedagang dari Timur Tengah telah melalui Selat Melaka sejak sebelum munculnya Islam di Jazirah Arab, Islam tersebar di Nusantara dalam waktu yang relatif lambat. Hal ini disebabkan faktor jarak yang jauh antara pusat pertumbuhan Islam di Jazirah Arab dengan wilayah Nusantara. Sebagaimana Geoffrey Blainey menggambarkan betapa tirani jarak (tyranny of distance) telah membentuk sejarah negerinya, Australia, tirani jarak juga sebetulnya ikut membentuk sejarah perkembangan Islam di Nusantara.

Terlepas dari jarak yang jauh dan lambatnya perkembangan Islam di Nusantara, secara bertahap dan pasti pengaruh agama ini semakin kuat dan meluas di Nusantara. Keberadaan para pedagang Muslim diterima dengan baik oleh para penguasa dan masyarakat kerajaan Hindu-Budha di Nusantara. Sejak abad ke-7 pesisir Sumatera telah memiliki sebuah pemukiman Arab Muslim, dan sebagian dari pedagang ini melakukan pernikahan dengan perempuan-perempuan setempat (Azra, 1994: 29). Seiring dengan semakin berkembangnya komunitas Muslim di wilayah ini, pada gilirannya muncul dan berkembang juga kerajaan Islam di Sumatera.

Pola yang hampir sama berlangsung juga di Pulau Jawa, walaupun dalam waktu yang lebih lambat dibandingkan dengan Sumatera. Daya tarik perdagangan dan interaksi dengan para pedagang Muslim dari luar mendorong para penguasa kota-kota kecil di pesisir Jawa masuk Islam dan mengarahkan rakyatnya untuk melakukan hal yang sama (Taylor, 2005: 157-8). Di Pulau Jawa, wilayah pesisir yang merupakan simpul-simpul perdagangan regional dan internasional menjadi wilayah yang paling kuat dan menonjol Islamnya (Bosquet, 1940: 1).

Perkembangan Islam menjadi semakin kuat dengan datangnya para ulama dan dai yang mengkhususkan diri dalam penyebaran Islam. Kebanyakan ulama dan dai ‘profesional’ yang datang ke Nusantara ini adalah dari kalangan penganut tasawuf. Para dai ‘profesional’ ini datang ke Nusantara pada abad ke-12 dan ke-13. Kedatangan orang-orang yang mengkhususkan diri dalam penyebaran Islam ini menyebabkan proses Islamisasi di Nusantara mengalami percepatan yang signifikan antara abad ke-12 dan ke-16 (Azra, 1994: 31). Penyebaran Islam yang semakin pesat serta kemunduran yang dialami oleh kerajaan-kerajaan Hindu-Budha pada gilirannya mendorong terbentuknya kerajaan-kerajaan Islam lokal. Beberapa waktu kemudian, kerajaan-kerajaan Islam berkembang semakin pesat, sementara kerajaan-kerajaan Hindu-Budha terus mengalami kemunduran dan akhirnya lenyap dari sebagian besar wilayah Nusantara.

Bersamaan dengan berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam, penyebaran Islam di Nusantara memasuki fase baru, yaitu politik dan militer. Walaupun aktivitas militer atau jihad berjalan beriringan dengan, dan barangkali tidak lebih dominan dibandingkan, penyebaran melalui dakwah dan pengajaran, aktivitas ini memiliki peranan yang cukup penting untuk diperhatikan. H.J. de Graaf menyebutkan bahwa penyebaran Islam di Nusantara terjadi melalui tiga cara yang berlangsung secara kronologis. Yang pertama adalah penyebaran melalui perdagangan (by the course of peaceful trade). Yang kedua melalui dakwah para dai dan kaum sufi (by preachers and holy men). Yang ketiga melalui kekuatan dan peperangan (by force and the waging of war) (de Graaf, 1970: 123-4)

Untuk kasus di Jawa misalnya, penyebaran Islam melalui kekuatan militer telah terjadi sejak awal keberadaan kerajaan Islam di wilayah itu, dalam hal ini Kerajaan Demak.

Hal ini terjadi kurang lebih pada akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16. Namun cara-cara militer ini tidak dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat penyebaran Islam, melainkan karena adanya ancaman dari kerajaan lain. Pada masa itu, Kerajaan Padjadjaran yang menganut Hindu berusaha menghalangi penyebaran Islam di wilayahnya dengan cara membatasi para pedagang Muslim yang datang ke kota-kota pelabuhan yang dikuasainya. Selain itu, Padjadjaran juga berusaha menjalin kerjasama dengan pihak Portugis yang sejak tahun 1511 telah menguasai wilayah Malaka. Dalam salah satu perjanjiannya, Kerajaan Padjadjaran berjanji memberi bantuan lada setiap tahunnya kepada Portugis dan memberi mereka ijin untuk membangun sebuah benteng di wilayah kerajaannya. Sebagai imbalannya, Portugis diminta membantu Padjadjaran secara militer jika yang terakhir ini mendapat serangan dari Kerajaan Demak atau yang lainnya.

Adanya perjanjian ini dilihat oleh Demak sebagai sesuatu yang akan membahayakan eksistensi Islam di Jawa dan Nusantara. Mereka sudah melihat apa yang telah dilakukan Portugis terhadap Kerajaan Malaka. Karenanya Demak tidak ingin hal yang sama juga terjadi di Pulau Jawa. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Demak memutuskan untuk mengambil alih pesisir Utara Padjadjaran. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan pembatasan terhadap para pedagang Muslim yang hendak berniaga di sana dan juga untuk menutup peluang masuknya Portugis ke wilayah itu.

Pada tahun 1524-1525, Sultan Demak, Trenggana, mengutus Sunan Gunung Jati dengan membawa pasukan menuju ke wilayah Banten yang ketika itu merupakan wilayah bawahan Padjadjaran. Penguasa Banten ternyata menerima kedatangan Sunan Gunung Jati dan membantu proses Islamisasi di wilayah itu. Pada tahun berikutnya Banten menjadi kerajaan bawahan Demak.

Langkah selanjutnya yang diambil adalah usaha menaklukkan pelabuhan Sunda Kelapa. Pelabuhan ini merupakan pelabuhan yang paling menonjol di wilayah kekuasaan Padjadjaran pada masa itu. Serangan terhadap Sunda Kelapa dilakukan pada tahun 1527 di bawah kepemimpinan Fatahilah yang merupakan menantu Sunan Gunung Jati. Bersama sejumlah hampir 1.500 tentara, Fatahilah berhasil merebut kota pelabuhan itu dari tangan Padjadjaran. Sejak itu, nama Sunda Kelapa berganti menjadi Jayakarta yang merupakan cikal bakal kota Jakarta (Zakaria, 2010: 34-40).

Sejarah di atas menjelaskan beberapa hal kepada kita. Jihad dan tindakan militer tidak hanya berlaku pada proses penyebaran Islam di Nusantara, tetapi juga secara langsung melibatkan tokoh ulama dan wali yang menonjol. Peran Sunan Gunung Jati dan menantunya dalam pembebasan Banten dan Sunda Kelapa menjadi contoh yang nyata untuk ini. Walaupun para wali dan ahli tasawuf biasanya lebih banyak dihubungkan dengan dunia ibadah dan akhlak, ternyata hal itu tidak menghalangi mereka dari aktivitas politik dan militer.

Bagaimanapun, perlu juga disadari bahwa jihad dan aktivitas militer tidak serta merta dilakukan oleh para pemimpin Muslim pada masa itu. Walaupun syariat jihad telah ada dalam Islam sejak lebih dari delapan abad sebelumnya, komunitas Muslim tidak melakukan agresi militer atau sikap memerangi terhadap pihak yang memusuhi melainkan setelah adanya kondisi tertentu. Mereka mengambil langkah itu ketika keadaan menuntut mereka untuk melakukannya, yaitu adanya bahaya yang mengancam eksistensi mereka. Selain itu, peranan militer baru dilakukan ketika sudah adanya suatu kerajaan Islam dan kerajaan tersebut memiliki perimbangan kekuatan dengan kerajaan lain yang mengancamnya. Jadi hal tersebut tidak dilakukan secara sporadis tanpa mempertimbangkan peta kekuatan yang ada serta tuntutan untuk melakukannya.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa Islam telah berkembang dengan pesat di Nusantara melalui tahap pembentukan kekuatan ekonomi, pembangunan kekuatan spiritual dan keilmuan, dan pada akhirnya perwujudan kekuasaan politik dan jihad (militer). Namun tampaknya pada masa-masa belakangan ini, dua aspek yang awal, yaitu kekuatan ekonomi dan spiritual, cenderung diabaikan oleh masyarakat Muslim di Nusantara. Yang menjadi perhatian utama tinggal yang terakhir saja. Itu pun mungkin tanpa diiringi dengan pengertian yang tepat serta strategi yang jitu. Wallahu a’lam.*/Kuala Lumpur, 12 Jumadil Akhir 1432/ 15 Mei 2011

Penulis adalah kolumnis hidayatullah.com, kini sedang mengambil program doktoral bidang sejarah di Universiti Islam Antarabangsa, Malaysia

Daftar Pustaka

Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama: Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII
dan XVIII, Melacak Akar-akar Pembaruan Pemikiran Islam di Indonesia. Bandung:
Mizan. 1994.
Bousquet, G.H. A French view of the Netherlands Indies. London: Oxford University
Press. 1940
de Graaf, H.J. “South-East Asian Islam to the eighteenth century,” dalam P.M. Holt, Ann
K.S. Lambton and Bernard Lewis (eds.). The Cambridge History of Islam, vol. 2.
Cambridge: Cambridge at The University Press. 1970).
Taylor, Jean Gelman. “The Chinese and the early centuries of conversion to Islam in
Indonesia,” dalam Tim Lindsey and Helen Pausacker (eds.). Chinese Indonesians:
Remembering, distorting, forgetting. Singapore: Institute of Southeast Asian
Studies. 2005.
Zakaria, Mumuh Muhsin. Priangan Abad ke-19 dalam Arus Dinamika Sosial-Ekonomi.
Disertasi Program Pascasarjana Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran, tidak
dipublikasikan. Bandung. 2010.

BUKTI BAHWA WALI SONGO ADALAH KETURUNAN NABI MUHAMMAD

Oleh:
Syarifah Irhamni binti Ahmad Zaini Azmatkhan Ba’alawi Al-Husaini, MA

Bermula silsilah wali songo ditemukan oleh sayid Ali bin Ja’far Assegaf pada seorang keturunan bangsawan Palembang. Dalam silsilah tersebut tercatat tuan Fakih Jalaluddin yang dimakamkan di Talang Sura pada tanggal 20 Jumadil Awal 1161 hijriyah, tinggal di istana kerajaan Sultan Muhammad Mansur mengajar ilmu ushuluddin dan alquran. Dalam silsilah tersebut tercatat nasab seorang Alawiyin bernama sayid Jamaluddin Husein bin Ahmad Jalaluddin bin Abdullah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi ‘Ammul Faqih bin Muhammad Shohib Mirbath, yang mempunyai tujuh anak laki. Di samping itu tercatat pula nasab keturunan raja-raja Palembang yang bergelar pangeran dan raden, nasab Muhammad Ainul Yaqin yang bergelar Sunan Giri.

Sebagaimana telah diketahui bahwa keturunan Alawiyin yang berada di Indonesia berasal dari Hadramaut.

Imam Alwi bin Muhammad Shahib Mirbath dijuluki Ammu al-Faqih, dikaruniai 4 orang anak lelaki, masing-masing bernama Abdul Malik, Abdullah, Abdurahman dan Ahmad. Dari Abdul Malik Azmatkhan inilah, yang keturunannya dikenal dengan “AZMATKHAN”, menurunkan leluhur wali songo di Indonesia.
Abdul Malik bin Alwi lahir di kota Qasam pada 26 Jumadil Akhir 574 hijriyah. Ia meninggalkan Hadramaut pergi ke India bersama para sayid Alawiyin. Di India ia bermukim di Nashrabad. Ia mempunyai beberapa orang anak lelaki, diantaranya sayid Abdullah Amir Khan. Sayid Abdullah Amir Khan mempunyai anak bernama Amir al-Mu’azhom Syah Maulana Ahmad Jalaluddin. Beliau dikarunia anak bernama Jamaluddin Husein yang datang ke pulau Jawa dari Champa (Kamboja)., Jamaluddin Husein hijrah ke Jawa bersama ketiga saudaranya yaitu syarif Qamaruddin, syarif Majduddin dan syarif Tsana’uddin pada akhir abad ke 7 hijriyah.

Di Kemboja Jamaluddin Husein menikahi anak seorang raja di negeri itu dan mempunyai anak yang diantaranya bernama Ali Nurul Alam (Maulana Israel) dan Ibrahim al-Ghazi (Ibrahim Zainuddin Akbar Asmaraqandi).

Menurut sayid Ahmad bin Abdullah Aseggaf dalam kitabnya Khidmah al-Asyirah, Ali Nurul Alam (Maulana Israel)dikarunia anak bernama Abdullah Umdatuddin. Dari Abdullah inilah dikarunia anak bernama Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Sedangkan Ibrahim al-Ghazi (Ibrahim Zainuddin Akbar Asmaraqandi)bersama ayahnya meninggalkan negerinya ke tanah Aceh. Di Aceh beliau menggantikan ayahnya dalam kegiatan menyebarkan agama Islam di kalangan penduduk. Sedangkan ayahnya Jamaluddin Husein meneruskan perjalanan ke tanah Jawa. Mereka mendarat di pesisir pantai Semarang, kemudian melalui jalan darat tiba di Pajajaran. Saat itu adalah akhir masa raja-raja Pajajaran yang kekuasaannya berpindah ke tangan Majapahit.

Dari Pajajaran Jamaluddin Husein melanjutkan perjalanannya ke Jawa Timur dan tiba di Surabaya. Ketika itu Surabaya masih merupakan sebuah desa kecil, tidak banyak penduduknya, dikelilingi oleh hutan dan sungai. Pada masa itu desa tersebut dikenal dengan nama Ampel.

Di desa itulah sayid Jamaluddin Husein menetap. Setelah satu setengah tahun di Ampel, bersama para pengikutnya beliau melakukan perjalanan ke Sulawesi dan setibanya di tanah Bugis, beliau wafat di kota Wajo.

Ibrahim al-Ghazi (Ibrahim Zainuddin Akbar Asmaraqandi)yang berada di Aceh sering melakukan perjalanan ke negeri Champa (Kamboja) dan menikah di sana. Beliau dikarunia empat orang anak yaitu Fadhal Ali Murtadha (Raja Pandita/Raden Santri), Maulana Ishaq, Maulana Rahmatullah (Sunan Ampel)dan Syarifah Zainab.

Fadhal Ali Murtadha kemudian menikah dengan Syarifah Sarah (Putri dari Maulana Malik Ibrahim bin Barakat Zainul Alam dari Istri pertamanya yang bernama Syarifah Fathimah binti Sayyid Ali Nurul Alam) dan dikaruniai 3 orang anak, yaitu: Utsman Haji (Sunan Ngudung), Haji Utsman (Sunan Manyuran) dan Sunan Geseng.
Dan Sunan Ngudung memiliki 2 anak yaitu Sayyid Ja’far Shadiq yang bergelar Sunan Kudus. dan Syarifah Dewi Sujinah yang menikah dengan Sunan Muria.

Maulana Ishaq kemudian menyebarkan agama Islam di tanah Malaka, Penang dan Riau. Sayid Maulana Ishaq kemudian pindah ke Blambangan (Sekarang daerah Banyuwangi). Beliau dinikahkan oleh salah seorang puteri raja Blambangan. Dari perkawinannya Maulana Ishaq mempunyai seorang anak bernama Sayid Ainul Yakin (Sunan Giri/Raden Paku). Kemudian Maulana Ishaq meninggalkan bumi Blambangan, dan menuju ke Pasai, di Pasai, ia menikah dengan Syarifah pasai dan dikaruniai 2 anak, yaitu Syarifah Sarah (yang kemudian menikah dengan Sunan Kalijaga), dan Sayyid Abdul Qadir.

Sunan Ampel menikah dengan dua isteri, Isteri pertama bernama Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo Al-Abbasyi, memiliki 5 anak yaitu: 1. Maulana Mahdum Ibrahim alias Raden Mahdum Ibrahim alias Sunan Bonang, 2.Syarifuddin alias Raden Qasim alias Sunan Derajat, 3.Siti Syari’ah alias Nyai Ageng Maloka alias Nyai Ageng Manyuran, 4.Siti Muthmainnah, 5. Siti Hafsah.
Sedangkan Isteri kedua dari Sunan Ampel bernama Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning, dikaruniai 6 orang anak, yaitu:1. Dewi Murtasiyah (Istri Sunan Giri, 2. Dewi Murtasimah alias Asyiqah (Istri Raden Fattah), 3.Raden Husamuddin (Sunan Lamongan, 4. Raden Zainal Abidin (Sunan Demak, 5. Pangeran Tumapel, 6. Raden Faqih (Sunan Ampel 2.

Adapun Syarifah Zainab binti Ibrahim Zainuddin Akbar (adik dari Sunan Ampel) menikah dengan Sayyid Ahmad bin Syekh Subakir yang bergelar Raden Sahur (Tumenggung Wilatikta)dan dikaruniai 2 anak yaitu Raden Syahid (Sunan Kalijaga) dan Syarifah Fathimah.

Keturunan Wali Songo sampai sekarang masih ada, mereka menggunakan FAM KESAYYIDAN, Yaitu “AZMATKHAN”.

Seorang peneliti Sejarah Wali Songo, yang juga merupakan keturunan Sunan Kudus, yaitu As-Sayyid Al-Habib Bahruddin Azmatkhan mengumpulkan data-data keturunan Wali Songo sampai sekarang, catatannya berisi: Nasab Wali Songo, Nasab Para Raja Islam Nusantara, Nasab Para ‘Alawiyyin Al-Hasani dan al-Husaini. Sekarang catatan itu diwariskan kepada cucunya yang bernama Asy-Syaikh As-Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan Ba’alawi Al-Husaini (Sekarang beliau adalah Mursyid Thariqah Wali Songo).

Daftar Pustaka:
1. Catatan dari sayid Ali bin Ja’far Assegaf
2. Nasab Wali Songo oleh Al-Habib Bahruddin Azmatkhan
3. Nasab Para Raja Islam Nusantara, oleh Al-Habib Bahruddin Azmatkhan
4. Nasab Para ‘Alawiyyin Al-Hasani dan al-Husaini, oleh Al-Habib Bahruddin Azmatkhan
5. Khidmah al-Asyirah, oleh: sayid Ahmad bin Abdullah Aseggaf
6. Syamsud Zhahirah oleh Al-Habib Abdurrahman bin Muhammad bin Husain Al-Masyhur