Membantah fitnah wahhaby 3-b : Allah bukan jisim (Tangan – wajah- kaki- jari dsb)

Membantah fitnah wahhaby 3-b : Allah bukan jisim (Tangan – wajah- kaki- jari dsb)

A. Daftar Pertanyaan menggugurkan aqidah tajsim wahhaby

Pertanyaan-pertanyaan ini adalah untuk membantah aqidah sesat wahhaby, yang mana mereka hanya mengambil makna dhahir dari ayat dan hadits mutasyabihat sehingga mereka mensifatkan Allah dgn sifat makhluq. Pertanyaan ini akan terjawab jika membaca keseluruhan artikel ini. insyaAllah.

1.  Apakah Tuhan wahaby  SAKIT dan LUPA?

apakah kalian masih bersikeras menggunakan makna dhahir pada ayat/hadist mutasyabihat ini ?

– ”Nasuullaha fanasiahum” (QS Attaubah:67),

Artinya : Mereka melupakan Allah maka Allah pun lupa dengan mereka (QS Attaubah:67),

– ”Innaa nasiinaakum” (QS Assajadah 14).

Dan juga diriwayatkan dalam hadtist Qudsiy bahwa Allah swt berfirman :

”Wahai Keturunan Adam, Aku sakit dan kau tak menjenguk Ku, maka berkatalah keturunan Adam : Wahai Allah, bagaimana aku menjenguk Mu sedangkan Engkau Rabbul ’Alamin?, maka Allah menjawab : Bukankah kau tahu hamba Ku fulan sakit dan kau tak mau menjenguknya?, tahukah engkau bila kau menjenguknya maka akan kau temui Aku disisinya?” (Shahih Muslim hadits no.2569)

Artinya : (sungguh kami telah lupa pada kalian ( QS Assajadah 14).

2. Dalam hadits shahih muhakamat disebutkan bahwa Allah ada tanpa arah (atas atupun bawah), kenapa kalian mengingkarinya?

Allah ada tanpa arah adalah aqidah shahih yang didukung oleh banyak ayat dan hadist muhkamat. Al Imam al Bayhaqi (W. 458 H) dalam kitabnya al Asma wa ash-
Shifat, hlm. 506, mengatakan: “Sebagian sahabat kami dalam
menafikan tempat bagi Allah mengambil dalil dari sabda Rasulullah
shalllallahu ‘alayhi wa sallam:

kitab aqidah arab 3Maknanya: “Engkau azh-Zhahir (yang segala sesuatu menunjukkan akan ada-Nya), tidak ada sesuatu di atas-Mu dan Engkaulah al Bathin (yang tidak dapat dibayangkan) tidak ada sesuatu di bawah-Mu” (H.R. Muslim dan lainnya).
Jika tidak ada sesuatu di atas-Nya dan tidak ada sesuatu di bawah-Nya berarti Dia tidak bertempat”.

3. Manakah yang berjarak lebih dekat ke ‘arsy : seseorang dalam keadaan berdiri atau sujud?

Wahhaby punya keyakinan bahwa Tuhan bersemayam di ‘arsy. Coba kalian pikirkan, manakah yang berjarak lebih dekat ke ‘arsy : seseorang dalam keadaan berdiri atau sujud? Sudah tentu berdiri lebih dekat ke ‘arsy. Jadi apabila kalian berpendapat bahwa Allah bersemayam di ‘arsy, maka dimanakah hadits yang mengatakan, “Paling dekatnya kedudukan seorang hamba dengan Tuhannya adalah apabila dia dalam keadaan sujud”.

4. Dimanakah Allah sebelum diciptakannya semua makhluq (Tempat, arah, arsy dsb) ? setelah Allah ciptakan semua makhluq (langit,arsy,arah,tempat dsb), dimanaallah? Apakah sifat dzat Allah berubah?

Sebelum Allah ciptakan semua makhluq (zaman azali)…..
semua makhluq tidak ada (langit,arsy,tempat, ruang,arah,cahaya, atas,bawah….semua makluq tdk ada,karena Allah blm ciptakan…..) pada saat itu dimana Allah?

dan setelah Allah ciptakan semua makhluq (langit,arsy,arah,tempat dsb), dimana allah?

Ingat : Sifat allah tetap tdk berubah..sifat allah tdk sama dgn makhluq. Maka orang yang mengatakan tuhan bertempat dan berarah menyalahi sifat wajib salbiyah Allah.

Sifat Salbiyah :Sifat yang digunakan untuk menolak sesuatu yang tidak patut untuk dinisbahkan kepada Allah. Ada 5 sifat yaitu :

–          Wahdaniyah/esa (Allah tidak banyak atau tidak terpecah-pecah (ada tuhan yg dilangit, ada tuhan yang di arsy, ada tuhan yang di sorga, ada tuhan yang di baitullah dsb))

–          Qidam/ada sebelum semua makhluq ada (Allah Ada sebelum tempat dan arah ada)

–          Baqo /kekal (Allah kekal sedangkan langit akan di gulung/hancurkan)

–          Mukhalafatu lil hawaditsi/berbeda dgn makhluq (Allah beda dgn makhkuq, sedangkan yang bertempat dan berarah  adalah benda kasar/makhluq)

–          Qiyamuhu binafsihi /tidak memerlukan apapun( Allah tidak memerlukan tempat/arsy dsb)

5. Kenapa kalian solat masih hadap kekiblat, katanya Allah diatas?

ingat Langit Hanyalah kiblat Do’a….bukan tempat bersemayam Allah….ingat : Allah ada tanpa tempat dan arah.

6. Manakah arah ATAS yang kalian maksud? Tunjukan?

Bumi ini Bulat dan tidak ada arah atas bagi benda yang bulat,

Arah atasnya orang di Indonesia adalah arah bawahnya Orang yang ada di Negara Amerika, dan sebaliknya.

7. Apakah Tuhan-Mu bergelantungan di langit pertama setiap saat?

Kalian katakan pada sepertiga malam Allah dilangit pertama bukan diatas arsy, padahal waktu bergulir setiap saat. Jika di Indonesia tengah Malam maka di Amerika adalah siang hari.

8. Makna zahir mana yg mereka katakan “menerima secara zahir” ??

wahabi katakan :
“Allah punya Tangan tetapi beda dengan tangan Makhluk”

Mereka katakan mereka menerima secara zahir,lalu mereka katakan lagi bahwa yg zahir itu beda dengan zahirnya makhluk….
kami bertanya :
lalu makna zahir mana yg mereka katakan “menerima secara zahir” ??

Inilah akidah akal akalan mereka tak ada satu orangpun salaf al shalih yg berakal seperti ini.

9. Dimanakah Tuhan kalian:  apakah di langit pertama (lihat hadis nuzul), di langit (surat al mulk),  diatas arsy (lihat surat ar’ad), menempel/menyatu dengan orang beriman (lihat surat albaqarah), dimana-mana/disemua arah, tanpa tempat (hadis zaman azali)?

Jika menggunakan makna dhahir ayat dan hadist maka tidak akan bisa menjawabnya dan terjerumus dalam tasybih (penyerupaan kepada makhluq).

Ta’wil disni  berarti menjauhkan makna dari segi zahirnya kepada makna yang lebih layak bagi Allah, ini kerana zahir makna nas al-Mutasyabihat tersebut mempunyai unsur jelas persamaan Allah dengan makhluk. Dalil melakukan ta’wil ayat dan hadis  mutasyabihat:

Rasulullah berdoa kepada Ibnu Abbas dengan doa:

dalil ta'wil ibnu abbas

Maknanya: “Ya Allah alimkanlah dia hikmah dan takwil Al quran” H.R Ibnu Majah. (Sebahagian ulamak salaf termasuk Ibnu Abbas mentakwil ayat-ayat mutasyabihah)

dan selanjutanya lihat : Membantah fitnah wahhaby 3-a : Allah ada tanpa tempat bukan di arsy/langit/arah atas

https://salafytobat.wordpress.com/2009/06/20/membantah-fitnah-wahhaby-3-a-allah-ada-tanpa-tempat-bukan-di-arsylangitarah-atas/

A. Tafsir Ayat Mutasyabihat  TANGAN

Allah SWT telah berfirman dalam Adzariyat : 47

وَالسَّمَاءَ بَنَيْنَاهَا بِأَيْدٍ

Artinya : ” Dan langit, kami membinanya dengan Tangan(Kekuasaan)  Kami….” (Qs adzariyat ayat 47)

Ibnu Abbas mengatakan: “Yang dimaksud lafadz  ِبأَيد  (biaidin) adalah “dengan  kekuasaan“, bukan maksudnya tangan yang merupakan anggota badan (jarihah) kita, karena Allah maha suci darinya.

Lihat rujukan dalam kitab Tafsir mu’tabar :

Dalam Tafsir Qurtuby:

لَمَّا بَيَّنَ هَذِهِ الْآيَات قَالَ : وَفِي السَّمَاء آيَات وَعِبَر تَدُلّ عَلَى أَنَّ الصَّانِع قَادِر عَلَى الْكَمَال , فَعَطَفَ أَمْر السَّمَاء عَلَى قِصَّة قَوْم نُوح لِأَنَّهُمَا آيَتَانِ . وَمَعْنَى ” بِأَيْدٍ ” أَيْ بِقُوَّةٍ وَقُدْرَة . عَنْ اِبْن عَبَّاس وَغَيْره .

Dalam  Tafsir Thobary :

الْقَوْل فِي تَأْوِيل قَوْله تَعَالَى : { وَالسَّمَاء بَنَيْنَاهَا بِأَيْدٍ } يَقُول تَعَالَى ذِكْرُهُ : وَالسَّمَاء رَفَعْنَاهَا سَقْفًا بِقُوَّةٍ . وَبِنَحْوِ الَّذِي قُلْنَا فِي ذَلِكَ قَالَ أَهْل التَّأْوِيل . ذِكْرُ مَنْ قَالَ ذَلِكَ : 24962 – حَدَّثَنِي عَلِيّ , قَالَ : ثنا أَبُو صَالِح , قَالَ : ثني مُعَاوِيَة , عَنْ عَلِيّ , عَنِ ابْن عَبَّاس , قَوْله : { وَالسَّمَاءَ بَنَيْنَاهَا بِأَيْدٍ } يَقُول : بِقُوَّةٍ.

Dalam Tafsir Jalalain

Biquwati  (وَالسَّمَاءَ بَنَيْنَاهَا بِأَيْدٍ)

Lafadz BI AIDIN artinya DENGAN KEKUTAN-NYA

kemudian dalam surat Al-Fath : 10

يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ……………

firman Nya : ”Mereka yg berbai’at padamu sungguh mereka telah berbai’at pada Allah, Tangan Allah diatas tangan mereka” (QS Al Fath 10), dan disaat Bai’at itu tak pernah teriwayatkan bahwa ada tangan turun dari langit yg turut berbai’at pada sahabat.

Dalam Tafsir Qurtubi

Al-Qurthubi telah menukil pendapat Ibn Kisan sbb :

قِيلَ : يَده فِي الثَّوَاب فَوْق أَيْدِيهمْ فِي الْوَفَاء , وَيَده فِي الْمِنَّة عَلَيْهِمْ بِالْهِدَايَةِ فَوْق أَيْدِيهمْ فِي الطَّاعَة . وَقَالَ الْكَلْبِيّ : مَعْنَاهُ نِعْمَة اللَّه عَلَيْهِمْ فَوْق مَا صَنَعُوا مِنْ الْبَيْعَة . وَقَالَ اِبْن كَيْسَان : قُوَّة اللَّه وَنُصْرَته فَوْق قُوَّتهمْ وَنُصْرَتهمْ

Dalam At-Thobary

وَفِي قَوْله : { يَد اللَّه فَوْق أَيْدِيهمْ } وَجْهَانِ مِنْ التَّأْوِيل : أَحَدهمَا : يَد اللَّه فَوْق أَيْدِيهمْ عِنْد الْبَيْعَة , لِأَنَّهُمْ كَانُوا يُبَايِعُونَ اللَّه بِبَيْعَتِهِمْ نَبِيّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ; وَالْآخَر : قُوَّة اللَّه فَوْق قُوَّتهمْ فِي نُصْرَة رَسُوله صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , لِأَنَّهُمْ إِنَّمَا بَايَعُوا رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى نُصْرَته عَلَى الْعَدُوّ.

B. Tafsir Ayat Mutasyabihat  WAJAH,

1. MAKNA LAFADZ “WAJH-ALLAH”

al baqarah 115

Kemanapun engkau menghadap maka akan kamu dapati WAJAH ALLAH (KIBLAT ALLAH ) (QS albaqarah 115).

Lafadz mutasyabihat WAJAH ALLAH  tidak boleh diartikan secara dhahir, tapi dimaknai dengan “KIBLAT ALLAH”

sebagaimana disebutkan dalam tafsir alqur’an yang mu’tabar.

2. MAKNA LAFADZ “WAJHAHU”

WAJHAHU

artinya : “Segala sesuatu akan hancur kecuali wajah-Nya”

Maknalafadz illa wajhahu (kecuali wajah-Nya), al Imam al Bukhari berkata: “kecuali sulthan (tasharruf  atau kekuasaan-) Allah”.

Al Imam Sufyan ats-Tsauri mengatakan: “…Kecuali amal shaleh yang dilakukan hanya untuk mengharap ridla Allah”.

Wahhaby manapun mengakui tafsiran Imam Bukhary, tapi malangnya mereka malah menentang bahkan mengkafirkan Imam Bukhary. Lihat bukti pengkafiran Nashiruddin Al-bany terhadap Imam Bukhary Rah. :

AL-ALBAANY MENGKAFIRKAN IMAM BUKHARY


بيان الحق وكشف أهل الضلال

بسم لله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين,
المنـزه عن الشبيه والمثيل والزوجة والولد والإخوان، الموجود بلا جهة ولا مكان، المنـزه عن كل ما لا يليق به من الصفات والنعوت، والملك القهار ذي الجلال والجبروت، وأفضل الصلاة وأتم السلام على سيدنا محمد خير الأنام، وخاتم أنبياء الإسلام، وعلى ءاله الطاهرين، وصحبه الغر الميامين، ومن اتبع منهاجهم واقتفى أثرهم إلى يوم الدين.ـ”قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “حتى متى ترعون عن ذكر الظالم اذكروه بما فيه حتى يحذره الناس

Antara Fatwanya lagi, mengingkari takwilan Imam Bukhari. Sesungguhnya Imam Bukhari telah mentakwilkan Firmanallah :

 

 

 

كل سيء هالك إلا وجههقال البخاري بعد هذه الأية : أي ملكه

artinya : “Segala sesuatu akan hancur kecuali wajah-Nya”

Maknalafadz illa wajhahu (kecuali wajah-Nya), al Imam al Bukhari berkata: “kecuali Kekuasaannya (tasharruf  atau kekuasaan-) Allah”.

Tetapi Al-Albaany mengkritik keras takwilan ini lalu berkata :
(( هذا لا يقوله مسلم مؤمن ))

” Ini sepatutnya tidak dituturkan oleh seorang Muslim yang beriman “. Lihatlah kitab (( Fatawa Al-Albaany )) m/s 523.

Tentang takwilan Imam Bukhari ini adalah suatu yang diketahui ramai kerana jika dilihat pada naskhah yang ada pada hari ini tidak ada yang lain melainkan termaktub di sana takwilan Imam Bukhari terhadap ayat Mutasyabihat tadi. Di samping itu juga, ini adalah antara salah satu dalil konsep penakwilan nusush sudah pun wujud pada zaman salaf (pendetailan pada pegertian makna).

3. Melihat Dzat Allah di Sorga

kitab aqidah arab 15Al Imam Abu Hanifah –semoga Allah meridlainya- dalam kitabnya al Washiyyah berkata yang maknanya: “Bahwa penduduk surga melihat Allah ta’ala adalah perkara yang haqq (pasti terjadi) tanpa (Allah) disifati dengan sifat-sifat benda, tanpa menyerupai makhluk-Nya dan tanpa (Allah) berada di suatu arah”.

Ini adalah penegasan al Imam Abu Hanifah –semoga Allah meridlainya– bahwa beliau menafikan arah dari Allah ta’ala dan ini menjelaskan kepada kita bahwa ulama salaf mensucikan Allah dari tempat dan arah.

4. Mengaharapkan “wajah Allah” bermakna “mengharapkan pahala/ridho Allah

wa maa tunfiquuna illabtighaa-a wajhillah

“Dan Janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena Keridhoan Allah ” (Al-Baqarah 272).

Dalam tafsir jalalain disebutkan : (illabtighaa-a wajhillah) mengharapkan ganjaran dari Allah saja bukan selainnya dari kekayaan  dunia.

C. Tafsir Hadits  Mutasyabihat  KAKI,  TELINGA, MATA, TANGAN (PANCA INDERA)

hadits qudsiy yg mana Allah berfirman :

”Barangsiapa memusuhi waliku sungguh kuumumkan perang kepadanya, tiadalah hamba Ku mendekat kepada Ku dengan hal hal yg fardhu, dan Hamba Ku terus mendekat kepada Ku dengan hal hal yg sunnah baginya hingga Aku mencintainya, bila Aku mencintainya maka aku menjadi telinganya yg ia gunakan untuk mendengar, dan menjadi matanya yg ia gunakan untuk melihat, dan menjadi tangannya yg ia gunakan untuk memerangi, dan menjadi kakinya yg ia gunakan untuk melangkah, bila ia meminta pada Ku niscaya kuberi permintaannya….” (shahih Bukhari hadits no.6137)
Maka hadits Qudsiy diatas tentunya jelas jelas menunjukkan bahwa pendengaran, penglihatan, dan panca indera lainnya, bagi mereka yg taat pada Allah akan dilimpahi cahaya kemegahan Allah, pertolongan Allah, kekuatan Allah, keberkahan Allah, dan sungguh maknanya bukanlah berarti Allah menjadi telinga, mata, tangan dan kakinya.

D. Tafsir Hadits Mutasyabihat MEMBUKA TANGAN

Dari Abu Musa Ra. Dari Nabi Saw., Beliau besrabda : “Sesungguhnya Allah ‘aza wa jalla membuka lebar-lebar tangan-Nya (rahmat-Nya) pada malam hari agar orang-orang yang berbuat jahat disiang hari bertaubat dan Allah ‘aza wa jalla membuka lebar-lebar tangan-Nya (rahmat-Nya) pada siang hari agar orang-orang yang berbuat jahat dimalam hari bertaubat” (HR. Muslim, bab diterimanya taubat dari dosa-dosa…, Hadits No 6989 ).

Lafadz “yabsuthu yadahu” bermakna membuka lebar-lebar RAHMATNYA , jadi tidak diartikan secara dhahir : membuka lebar-lebar tangannya. (Syaikhul hadits Maulana Yusuf Rah, Muntahab hadits, Bab Ilmu disertai dzikir hadist nomor 176, Pustaka Ramadhan, Bandung)

E. Tafsir HADITS Mutasyabihat BERJALAN, BERLARI

Allah berfirman dalam hadis qudsi : “Jika hambaku datang mendekatiku dengan berjalan, makaAku akan mendekatinya dengan berlari” (hadis riwayat tabrani,  al bazzar, al baihaqi, ibnu majah, ibnu hibban dan lainnya)

maksud hadis tersebut adalah :

Jika hambaku datang mendekatiKu dengan berjalan, maka Aku akan mendekatinya dengan berlari, yakni jika seseorang hamba menuju kepada Allah swt, maka rahmat Allah akan lebih cepat kepadanya dan ia melimpahi kekurniaanya padanya . (Syaikhul Hadis Muhammad Zakariya, Fadhilah dzikir, keterangan hadis ke 1, halaman 28, Era ilmu kuala lumpur).

F. Tafsir hadith al-dhahik (ketawa)

Berkata:  “Al-Bukhariyy telah mentakwilkan hadith al-dhahik (ketawa) dengan erti rahmat dan redha.”

G. Tafsir Ayat Mutasyabihat “DATANG”

Makna surat al fajr 22
Begitu juga Imam Ahmad bin Hanbal yang merupakan ulama Salaf telah mentakwilkan ayat 22, Surah al-Fajr seperti yang diriwayatkan secara bersanad yang sahih oleh Imam Bayhaqiyy dalam kitab Manaqib Ahmad dari Imam Ahmad mengenai firman Allah:

“Dan telah datang Tuhanmu”

ditakwilkan oleh Imam Ahmad dengan: “Telah datang kekuasaan Tuhanmu“.

Dalam Tafsir Jalalain ditafsirkan : “Telah datang  perintah Tuhanmu (amruhu)”

H. Tafsir Ayat mutasyabihat tentang “Nur” atau Cahaya (Ayat 35 Surat an-Nur)

Dan begitulah seluruh ayat-ayat mutasyabihat harus dikembalikan kepada ayat-ayat muhkamat dan tidak boleh diambil secara zhahirnya. Seperti firman Allah ta’ala dalam surat an-Nur: 35

Allahu nurussamawati wal ardl (QS An-nur 35)

Artinya : Allah (adalah pemberi) cahaya langit dan bumi (QS An-nur 35)

tidak boleh ditafsirkan bahwa Allah adalah cahaya atau Allah adalah sinar. Karena kata cahaya dan sinar adalah khusus bagi makhluk. Allah-lah yang telah menciptakan keduanya, maka Ia tidak menyerupai keduanya. Tetapi makna ayat ini, bahwa Allah menerangi langit dan bumi dengan cahaya matahari, bulan dan bintang-bintang. Atau maknanya, bahwa Allah adalah pemberi petunjuk penduduk langit, yakni para malaikat dan pemberi petunjuk orang-orang mukmin dari golongan manusia dan jin, yang berada di bumi yaitu petunjuk kepada keimanan. Sebagaimana yang dikatakan oleh ‘Abdullah ibn Abbas –semoga Allah meridlainya- salah seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam. Takwil ini diriwayatkan oleh al Bayhaqi dalam al Asma’ Wa as-Shifat. Dengan demikian kita wajib mewaspadai kitab Mawlid al ‘Arus yang disebutkan di dalamnya bahwa “Allah menggenggam segenggam cahaya wajah-Nya kemudian berkata kepadanya: jadilah engkau Muhammad, maka ia menjadi Muhammad”. Ini adalah kekufuran wal ‘iyadzu billah karena menjadikan Allah sebagai cahaya dan nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wasallam bagian dari-Nya. Kitab ini merupakan kebohongan yang dinisbatkan kepada al Hafizh Ibn alJawzi, tidak seorangpun menisbatkannya kepada al Hafizh Ibn al Jawzi kecuali seorang orientalis yang bernama Brockelmann.

I. Tafsir Hadis mutasyabihat  tentang JIWA ANAK ADAM DAN “JARI-JARI ARRAHMAN”

Makna Hadis mutaysabihat :  ” Hati anak adam berada dalam jari-jari Arrahman”

Makna sebenarnya : Hati atau jiwa anak Adam di bawah qudrah (kekuasaan) Allah Ta’ala, jika Allah mahu memberi hidayah
kepadanya maka dia akan mendapat hidayah dan jika Allah mahu sesatkannya dia akan sesat

Dalilnya :

Hadis:
Maknannya: ” Dialah Allah yang mengubah mengikut kehendakNya”.
Dan hadis Nabi:

Maksudnya: Hati Manusia dibawah pengaturan Ar-rahman”. (H.R Tarmizi)
Maksud hadis ini ialah hati-hati anak Adam di bawah kuasa Allah Ta’ala.

Kesesatan wahaby :

wahaby artikan  jari dalam makna dhahir katakan, Buktinya :

Usaimin berkata: “hati anak-anak Adam itu semuanya berada diantara dua jari dari jari-jari Ar Rahman dari segi hakikinya dan

ianya tidak melazimi penyentuhan dan penyatuan” (Kitab: Qawa’idul Mithly, Karangan Usaimin, m/s : 51, Riyadh).

J.  Tafsir Hadis mutasyabihat  “Berjalan dan Berlari”

Allah berfirman dalam hadis qudsi : “Jika hambaku datang mendekatiku dengan berjalan, makaAku akan mendekatinya dengan berlari” (hadis riwayat tabrani,  al bazzar, al baihaqi, ibnu majah, ibnu hibban dan lainnya)

maksud hadis tersebut adalah :

Jika hambaku datang mendekatiKu dengan berjalan, maka Aku akan mendekatinya dengan berlari, yakni jika seseorang hamba menuju kepada Allah swt, maka rahmat Allah akan lebih cepat kepadanya dan ia melimpahi kekurniaanya padanya . (Syaikhul Hadis Muhammad Zakariya, Fadhilah dzikir, keterangan hadis ke 1, halaman 28, Era ilmu kuala lumpur).

K. Tafsir ayat mutasyabihat RUHULLAH

isa ruhullah

Artinya : Maka kami tiupkan kedalam (rahim Maryam) sebagian dari Ruh (ciptaan) kami (At-tahrim 12)

Lafadz Ruhuna (ruh kami ) bermakna : Ruh ciptaan Kami. Menurut riwayat yang shahih bahwa Untuk  memuliakan nabi Isa. As., Allah SWT mengutus jibril as. Untuk meniupkan ruh Nabi Isa as.

L.  Tafsir Hadist   JARIYYAH yang shahih

Sedangkan salah satu riwayat hadits Jariyah yang zhahirnya member persangkaan bahwa Allah ada di langit, maka hadits tersebut tidak boleh diambil secara zhahirnya, tetapi harus ditakwil dengan makna yang sesuai dengan sifat-sifat Allah, jadi maknanya adalah Dzat yang sangat tinggi derajat-Nya sebagaimana dikatakan oleh ulama Ahlussunnah Wal Jama’ah, di antaranya adalah al Imam an-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim. Sementara riwayat hadits Jariyah yang maknanya shahih adalah:

kitab aqidah arab 4

 

 

Al Imam Malik dan al Imam Ahmad meriwayatkan bahwasanya salah seorang sahabat Anshar datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam dengan membawa seorang hamba sahaya berkulit hitam, dan berkata: “Wahai Rasulullah sesungguhnya saya mempunyai kewajiban memerdekakan seorang hamba sahaya yang mukmin, jika engkau menyatakan bahwa hamba sahaya ini mukminah maka aku akan memerdekakannya, kemudian Rasulullah berkata kepadanya: Apakah engkau bersaksi tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah? Ia (budak) menjawab: “Ya”, Rasulullah berkata kepadanya: Apakah engkau bersaksi bahwa saya adalah Rasul (utusan) Allah? Ia menjawab: “Ya”, kemudian Rasulullah berkata: Apakah engkau beriman terhadap hari

kebangkitan setelah kematian? ia menjawab : “Ya”, kemudian Rasulullah berkata: Merdekakanlah dia”.

Al Hafizh al Haytsami (W. 807 H) dalam kitabnya Majma’ az- Zawa-id Juz I, hal. 23 mengatakan: “Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan perawi-perawinya adalah perawi-perawi shahih“. Riwayat inilah yang sesuai dengan prinsip-prinsip dan dasar ajaran Islam, karena di antara dasar-dasar Islam bahwa orang yang hendak masuk Islam maka ia harus mengucapkan dua kalimat syahadat, bukan yang lain.

M.  Tafsir Hadist mutasyabihat “Disayangi Penduduk langit”

sayangi yang dibumiArtinya : Sayangilah penduduk Bumi maka akan disayangi oleh Penduduk langit (HR Tirmidzi)

Lafadz “Man fissamaa-i ” bermakna Penduduk langit /malaikat. Jadi maksud hadist ini adalah Jika kalian menyayangi penduduk  bumi maka Malaikat yang dilangit akan menyayangi kalian.

 

Bersambung….