Semoga Allah memecah belah musuh-musuh islam!
Sekte sesat wahaby yang sering menamakan diri dgn istilah “Salafy”, mereka menyesatkan smua ulama dan muslimin yang diluar sekte sesat ini. Bahkan diantara mereka sendiri saling sesat menyesatkan ….. inilah buktinya :
Assalamu'alaikum, "Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." (Ash-Shaff 2-3) "Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka." (Ar-Ruum : 31-32) --------------------------------------------------------------------------- KAJIAN ILMIAH TENTANG HAROKAH SALAFY oleh: [EMAIL PROTECTED] Salafi meyakini bahwa hanya ada satu golongan yang selamat dan masuk syurga, yakni salafi, dari sekian banyak golongan yang ada saat ini (73 golongan). Salafi menggunakan landasan hadits Nabi saw, "Umatku akan terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya masuk neraka kecuali satu golongan." Ditanyakan kepada beliau: "Siapakah mereka, wahai Rasul Allah?" Beliau menjawab: "Orang-orang yang mengikutiku dan para sahabatku." [HR Abu Dawud, At-Tirmizi, Ibnu Majah, Ahmad, Ad-Darami dan Al-Hakim]. Kemudian diperkuat lagi dengan kaidah yang mereka gunakan bahwa "Kebenaran hanya satu sedangkan kesesatan jumlahnya banyak sekali", kebenaran yang satu ada pada salafi! Keyakinan ini berdasarkan hadits Nabi Saw, Rasulullah saw bersabda: "Inilah jalan Allah yang lurus" Lalu beliau membuat beberapa garis kesebelah kanan dan kiri, kemudian beliau bersabda: "Inilah jalan-jalan (yang begitu banyak) yang bercerai-berai, atas setiap jalan itu terdapat syaithan yang mengajak kearahnya". Kemudian beliau membaca ayat, Dan (katakanlah): "Sesungguhnya inilah jalanku yang lurus maka ikutilah dia. Dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa." (Qs. al-An'aam [6]: 153) [HR Ahmad, Ibnu Hibban dan Hakim] ( lihat 1, hal 47-48). Sehingga salafi meyakini bahwa semua golongan sesat, bid'ah, tidak selamat dan tidak masuk syurga. Dengan keyakinan ini maka salafi merasa dirinya paling benar (karakter 1), sedangkan ulama/golongan lain selalu salah, sesat dan bid'ah. Sehingga golongan sesat dan bid'ah ini layak untuk dicela (karakter 2), harus diungkapkan semua keburukannya dan jangan diungkapkan secuil-pun kebaikannya, karena khawatir nanti diikuti oleh umat Islam (lihat 4, hal 28-29). Sehingga bertaburanlah dalam pengajian, daurah, seminar, buku-buku dan website-website salafi pernyataan bahwa hanya salafi-lah yang paling sesuai dengan as-sunnah dan celaan sesat dan bid'ah kepada ulama/golongan selain salafi. Berpecah Belah Sesamanya Tetapi ada satu hal yang aneh dan sangat bertolak belakang dengan keyakinan diatas, pada saat kita mencoba lebih jauh mengenal salafi maka akan dijumpai fakta bahwa secara internal salafi berpecah belah sesamanya. Salafi yang satu meyakini bahwa dirinya paling benar dan yang lain sesat, sehingga mereka mencela salafi yang lain dan ditahdzir (diperingatkan) agar segera bertaubat. Sedangkan salafi yang dicela juga mengatakan hal yang sama, bahwa merekalah yang paling benar dan yang lain sesat. Hal ini terjadi, kemungkinan besar karena karakter salafi yang merasa dirinya paling benar (karakter 1), sehingga sesama mereka sendiri saling berselisih, mau menang sendiri dan mencela satu sama lain (karakter 2). Abdurahman Wonosari: Berkaitan dengan fitnah tahazzub, yang dinukilkan oleh Syaikh Muqbil bin Hadi, dengannya memecah-belah barisan salafiyyin dimana-mana, termasuk di Indonesia. Kemudian fitnah yang ditimbulkan oleh Yayasan Ihya' ut Turots yang dipimpin oleh Abdurahman Abdul Kholiq serta Abdullah as Sabt. Abdurahman Abdul Khaliq telah dinasihati secara keras dan sebagian Ulama' menyebutnya sebagai mubtadi'. Adapun Jum'iyyah Ihya' ut Turots dan Abdurahman Abdul Khaliq telah berhasil menyusupkan perpecahan sehingga mencerai-beraikan Salafiyyin di Indonesia. Apakah Jum'iyah Ihya' ut Turots (disingkat JI) ini memecah-belah dengan pemikiran, kepandaian,gaya bicara mereka saja? (lihat 6). Abu Ubaidah Syafrudin: Bahkan sampai ta'ashub dengan kelompoknya, golongannya, sehingga menyatakan bahwa salafy yang murni adalah kelompok salafy yang ada di tempat fulani dan berada di bawah ustadz fulan (lihat 6). Perpecahan internal ini bisa sangat tajam, sehingga kata-kata yang diucapkan bisa sangat kasar, sehingga tidak layak diucapkan oleh seorang hamilud da'wah (pengemban da'wah), Abdul Mu'thi: Khususnya yang berkenaan tentang Abu Nida', Aunur Rafiq, Ahmad Faiz serta kecoak-kecoak yang ada di bawah mereka. Mereka ternyata tidak berubah seperti sedia kala, dalam mempertahankan hizbiyyah yang ada pada mereka (lihat 6). Muhammad Umar As-Sewed: Adapun Abdul Hakim Amir Abdat dari satu sisi lebih parah dari mereka, dan sisi lain sama saja. Bahwasanya dia ini, dari satu sisi lebih parah karena dia otodidak dan tidak jelas belajarnya, sehingga lebih parah karena banyak menjawab dengan pikirannya sendiri. Memang dengan hadits tetapi kemudian hadits diterangkan dengan pikirannya sendiri, sehingga terlalu berbahaya. Ini kekurangan ajarannya Abdul Hakim ini disebabkan karena dia menafsirkan seenak sendiri dan memahami seenaknya sendiri. Tafsirnya dengan Qultu, saya katakan, saya katakan , begitu. Ya.., di dalam riwayat ini,ini, dan saya katakan, seakan-akan dia kedudukannya seperti para ulama, padahal dari mana dia belajarnya. Ketika ditanyakan tentang Abdul Hakim , "Siapa?", lalu diterangkan kemudian sampai pada pantalon (celana tipis yang biasa dipakai untuk acara resmi ala Barat, red), "Hah huwa Mubanthal (pemakai panthalon, celana panjang biasa yang memperlihatkan pantatnya dan kemaluannya itu)" (lihat 2). Dzulqarnain Abdul Ghafur Al-Malanji: KITA KATAKAN: apalagi yang kalian tunggu wahai hizbiyyun? Abu Nida', Ahmad Faiz dan kelompok kalian At-Turatsiyyin!! Bukankah kalian menunggu pernyataan dari Kibarul Ulama'? Bahkan 'kita hadiahkan' kepada kalian fatwa dari barisan ulama salafiyyin yang mentahdzir Big Boss kalian!! Kenapa kalian tidak bara' dan lari dari At-Turats?! Mengapa kalian masih tetap menjilat dan mengais-ngais makanan, proyek-proyek darinya?! (lihat 5). Walhasil, perpecahan diantara salafi terjadi beberapa kelompok dan diantara mereka merasa paling dirinya paling benar. Kelompok-kelompok yang berpecah belah dan saling menganggap sesat itu antara lain: Kelompok Al-Muntada (sururiyah) yang didirikan oleh Salafi London yakni Muhammad Surur bin Nayif Zainal Abidin, kemudian di Indonesia membentuk kelompok Al-Sofwah dan Al-Haramain dengan pentolannya Muhammad Kholaf, Abdul Hakim bin Abdat, Yazid bin Abdul Qadir Jawwas, Ainul Harits (Jakarta) dan Abu Haidar (As-Sunnah Bandung). Ini juga dari kedustaan dia, membangun masjidnya ahlul bid'ah, Hadza Al-Sofwah, dan Yazid Jawwas mengatakan "Al-Sofwah itu Salafy", padahal tadinya ketika dia masih sama kita dia mengatakan bahwa Al-Sofwa itu ikhwani, Surury, tapi ketika dia bersama mereka sudah meninggalkan Salafiyyin, terus omongnya sudah lain. Sehingga apa yang mereka sebarkan dari prinsip-prinsip ikhwaniyyah dan Sururiyyah ini, adalah sesuatu yang bertolak belakang dengan Sunnah Rasulullah, dan bertentangan dengan 180 derajat (lihat 2). Kemudian kelompok Jami'atuts Turots Al-Islamiyah (lembaga warisan Islam) yang didirikan oleh salafi Kuwait Abdurrahman Abdul Khaliq, di Indonesia membentuk kelompok Ma'had Jamilurahman As-Salafy dan Islamic Center Bin Baaz (Jogya) dengan pentolannya Abu Nida' Aunur Rafiq Ghufron (Ma'had Al-Furqan Gresik), Ahmad Faiz (Ma'had Imam Bukhari Solo), dan lain-lain. Lantas bagaimana menyikapi orang-orang at Turots/Abu Nida' cs ini? Syaikh Muqbil memberikan kaidah tentang orang-orang yang padanya ada pemikiran hizbiyah, bahkan Abdurahman Abdul Kholiq dicap adalah mubtadi'. Dengan keadaan Abu Nida' yang demikian, apakah sudah bisa memastikan bahwa Abu Nida' adalah hizbi? Ya (Syaikh Yahya al Hajuri). Disinilah perlunya membedakan antara Salafiyyin dan At Turots, sebagaimana Allah tegaskan tidak akan sama orang yang berilmu dan beramal, dibanding orang yang beramal dengan kejahilan (lihat 6). Ada lagi kelompok salafi lain seperti FK Ahlussunnah wal jamaah (FKAWJ) dan Lasykar Jihad yang didirikan oleh Ja'far Umar Thalib, yang juga dianggap sesat oleh salafi lainnya. Abdurahman Wonosari: Sebagian orang menganggap kita yang telah berlepas diri dari kesesatan Ja'far Umar Thalib (JUT). Namun ketika jelas setelah nasihat dari para Ulama' atas JUT, namun dia enggan menerimanya bahkan justru dia meninggalkan kita, maka Allah memudahkan kita berlepas diri daripadanya. Bahkan memudahkan syabab kembali kepada Al Haq, tanpa harus bersusah-payah. Padahal sebelumnya, banyak yang ingin menjatuhkan JUT dari sisi akhlak dan muammalahnya. Qadarallah, selama ini kita disibukkan dengan jihad (th 2000 - 2002), yang dengan jihad tercapai kebaikan-kebaikan, tidak diingkari juga adanya terjerumusnya dalam perkara siyasah/politik. Dan hal ini, membikin syaikh Rabi' bin Hadi menasehatkan dengan menyatakan: "Dulunya jihad kalian adalah jihad Salafy, kemudian berubah menjadi jihad ikhwani." Mendengar peringatan yang demikian, alhamdulillah, Allah sadarkan kita semua, langsung bangkit dan kemudian berusaha membubarkan FKAWJ (Forum Komunikasi Ahlusunnah wal Jama'ah, red) dan menghentikan komandonya JUT (Laskar Jihad Ahlusunnah wal Jama'ah, red). Alhamdulillah." (lihat 6). Kemudian kelompok salafi lainnya Ponpes Dhiyaus Sunnah (Cirebon) dengan Muhammad Umar As-Sewed. lihat 2 dan 6 Kelompok yang satu ini merasa salafi yang paling asli diantara salafi-salafi asli lainya, karena merujuk kepada ulama-ulama salafi Saudi. Saking kerasnya pertentangan diantara kelompok salafi itu, mereka memperlakukan kelompok salafi lain telah keluar dari salafi dan dianggap sesat dan bid'ah oleh salafi lainnya, Muhammad Umar As-Sewed (Cirebon): Dalam syarhus Sunnah dalam aqidatus salaf ashabul hadits, kemudian dalam Syariah Al-Ajurry, kemudian Minhaj Firqatun najiyah Ibnu Baththah, itu semua ada. Yang menunjukkan mereka semua sepakat untuk memperingatkan ummat dari ahlul bid'ah dan mentahdzir ahlul bid'ah, membenci mereka, menghajr mereka, memboikot mereka dan tidak bermajlis dengan mereka, itu sepakat. Sehingga apa yang mereka sebarkan dari prinsip-prinsip ikhwaniyyah dan Sururiyyah ini, adalah sesuatu yang bertolak belakang dengan Sunnah Rasulullah, dan bertentangan dengan 180 derajat (lihat 2). Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, di negara-negara Arab-pun juga demikian, diantara ulama salafi sendiri mengklaim merekalah salafi yang asli dan harus diikuti, sedangkan yang lain sesat dan harus dihindari pengajian-pengajian, buku-buku dan kaset-kasetnya. Salafi yang merasa asli menyatakan bahwa merekalah pengikut shalafush shalih yang benar, sedangkan salafi yang lain hanya mengaku-ngaku saja sebagai salafi. Begitu juga sebaliknya! Ada kelompok ulama semisal Abdullah bin Abdil Aziz bin Baz, Shalih bin Fauzan Al Fauzan, Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Muhammad bin Rabi' Al-Madkhali, dan lain-lain. (Saudi), Muqbil bin Haadi, Yahya Al-Hajuri (Yaman), Muhammad bin Abdurrahman Al-Maghrawi (Maroko), Falah bin Ismail, Falah bin Tsani As-Su'aidi, Walid Al-Kandari, Mubarak bin Saif Al-Hajiri (Kuwait). Disisi lain terdapat pula ulama salafi yang mereka anggap sesat semisal Abdurrahman Abdul Khaliq (Kuwait), Muhammad Quthb (ex IM yang dianggap masuk salafi), Muhammad Surur bin Nayif Zainal (London), dan lain-lain (lihat 5). Abdurrahman Abdul Khaliq misalnya, beliau mendirikan Jami'atuts Turots Al-Islamiyah (lembaga warisan Islam) di Kuwait juga menggunakan landasan yang sama sebagai salafi, yakni menyatukan langkah dengan menjadikan Al-Quran dan sunnah serta mengikuti salafush shalih sebagai sumber tasyri', mengembalikan setiap persoalan kepada kalamullah dan rasul-Nya (lihat 7, hal 11). Tetapi Abdurrahman Abdul Khaliq dianggap sesat dan bid'ah oleh salafi yang lain, karena beliau membentuk hizbi (lihat 6). Begitu juga Muhammad Surur bin Nayif Zainal Abidin yang mendirikan Al-Muntada di London, juga mengaku sebagai salafi. Tetapi karena beliau mengkritik dengan keras kebijakan kerajaan Saudi yang bersekutu dengan kafir AS untuk memerangi Iraq pada perang teluk, beliau juga mencela ulama-ulama yang menjadi budak kerajaan Saudi dengan mecari-carikan dalil yang sesuai dengan kebijakan penguasa kerajaan (lihat 4, hal 78-82 catatan kaki). Disamping itu beliau menggunakan prinsip IM: "Nata'awan fima tafakna wa na'dziru ba'dina ba'don fi makhtalahna" atau "Kita saling kerjasama apa yang kita sepakati dan kita hormat-menghormati saling memaklumi apa yang kita berbeda" (lihat 2). Sehingga beliau dianggap sesat dan bukan lagi sebagai salafi. Sungguh menggelikan, satu-satunya golongan yang mengaku selamat dan masuk syurga, menganjurkan umat Islam untuk tidak berpecah belah dan hanya menyatu dalam satu golongan saja (salafi), serta menganggap golongan lain sesat dan bid'ah. Tetapi secara internal berpecah belah sesamanya, baik di Indonesia maupun di daerah Arab dan sekitarnya. Sangat kontradiksi bukan?, disatu sisi menganjurkan umat Islam untuk bersatu tetapi disisi lain internal salafi berpecah belah. Kecenderungan salafi untuk mencela golongan lain sebagai sesat dan bid'ah sehingga 'terkesan' salafi memecah belah persatuan umat, apakah hal ini dimaksudkan karena mereka tidak rela bahwa hanya salafi saja yang berpecah belah, sedangkan golongan lain tidak? Silahkan nilai sendiri! Wallahu'alam Khatimah: 1. Karakter salafi berupa "Merasa dirinya paling benar" (karakter 1) dan kebiasaan "mencela golongan/ulama lain" (karakter 2) yang berseberangan pendapat dengan mereka bukanlah issue semata, tetapi dapat dibuktikan melalui fakta yang terjadi diinternal salafi sendiri. 2. Karakter salafi yang merasa paling benar sendiri, menimbulkan perpecahan internal salafi. Ini merupakan hal yang wajar, golongan manapun jika mendahulukan egoisme dan hawa nafsu belaka maka akan berpecah belah. Sedangkan golongan-golongan Islam lain, tidak mengalami perpecahan internal separah yang dialami salafi, bahkan secara internal mereka solid. Kita bisa merujuk kepada NU, Muhammadiyah, Ikhwanul Muslimin/Tarbiyah/PKS, Hizbut Tahrir, Persis, Al-Irsyad, Jamaah Tabligh, dan lain-lain, mereka lebih tahan terhadap perpecahan internal karena karakter mereka memang beda dengan salafi (karakter 1 dan 2) 3. Perpecahan salafi menjadi beberapa kelompok antara lain: kelompok Al-Sofwah & Al-Haramain Jakarta; Imam Bukhari Solo, Al-Furqan Gresik, Islamic Center Bin Baaz & Jamilurahman As-Salafy Jogya; FKAWJ & Lasykar Jihad Jakarta; Dhiyaus Sunnah Cirebon. Ini belum termasuk kelompok salafi yang telah ditahdzir dan kemudian taubat, tetapi tidak bergabung dengan salafi "asli" dan membentuk kelompok-kelompok sendiri. 4. Orang awam yang baru mengenal salafi menjadi kebingungan, bagaimana mungkin satu golongan yang meyakini selamat dan masuk syurga, tetapi secara internal mereka sendiri berpecah belah. Lantas mana golongan salafi yang asli, yang selamat dan masuk syurga itu?. Kembali kepada kaidah yang diyakini salafi: "Kebenaran hanya satu sedangkan kesesatan jumlahnya banyak sekali", maka berarti salah satu salafi saja yang asli dan yang lain sesat dan bid'ah, atau bisa jadi semuanya salafi palsu! 5. Dengan memahami karakter asli salafi, kita bisa berlapang dada jika dicela sesat dan bid'ah oleh salafi, karena jangankan anda, sesama salafi sendiri saja saling mencela sebagai sesat dan bid'ah. Lantas apakah perlu dilayani jika anda dicela sesat dan bid'ah? Tidak perlu, karena tidak ada gunanya berdiskusi dengan orang yang merasa paling benar dan golongan lain selalu salah. Diskusi yang sehat adalah untuk "mencari kebenaran bukan kemenangan", mencari hujjah yang paling kuat (quwwatut dalil). Jika meyakini hujjah lawan diskusi lebih kuat maka dengan lapang hati menerimanya, tetapi jika tidak ada titik temu dalam diskusi maka masing-masing harus menghargai perbedaan ijtihadnya. Jadi, sebaiknya dalam menghadapi salafi adalah dengan tidak menghadapinya. Maraji': 1. Risalah Bid'ah, Abdul Hakim bin Amir Abdat 2. www.salafy.or.id: manhaj:"Sururiyyah terus melanda muslimin Indonesia", Abu Dzulqarnain Abdul Ghafur Al-Malanji 3. Lihat juga www.assunnah.or.id 4. Menepis penyimpangan manhaj dakwah, Abu Abdillah Jamal bin Farihan Al-Haritsi 5. www.salafy.or.id, manhaj: Ulama berbaris tolak JI (Jum'iyah Ihya' ut Turots), Abu Dzulqarnain Abdul Ghafur Al-Malanji 6. www.salafy.or.id, manhaj: "Bahaya jaringan JI dari Kuwait dan At Turots", Abdul Mu'thi, Abu Ubaidah Syafrudin dan Abdurahman Wonosari 7. 10 wasiat bekal aktifis dakwah dan harokah, Abdurrahman Abdul Khaliq 8. Mendudukkan antara sunnah dan bid'ah, Lajnah Ihya'ut Turats Al-Islamiy 9. Lihat juga www.atturots.or.id 10. Lihat juga www25.brinkster.com/salafyoononline/ Wassalam, EP
rujukan :
Surat Terbuka Dari Penulis Buku 泥akwah Salafiyah Dakwah Bijak? Untuk Situs Muslim.or.id
(6) ?dia (Abdurrahman Al Thalibi -mungkin maksudnya 鄭bdurrahman At-Thalibi?) membagi salafi di Indonesia menjadi 2 (Yamani dan Haroki)
Kalimat dari pengelola situs itu yang berbunyi, (Abdurrahman Al Thalibi -mungkin maksudnya 鄭bdurrahman At-Thalibi?), ini diulang sampai dua kali. Padahal seandainya dia menulis sekali saja, itu sudah cukup. Entahlah, apa maksudnya pengulangan kalimat ini dengan redaksi 100 % sama dengan kalimat yang disebutkan di bagian sebelumnya.
Saya menduga, pengelola situs itu menuduh buku ini sangat tidak ilmiah dan tidak obyektif berdasarkan alasan kalimat di atas. Dia tidak setuju atau tidak terima dengan pembagian Salafy di Indonesia menjadi dua, yaitu Salafy Yamani dan Salafy Haraki (bukan Haroki). Disini saya akan coba menjawab tuduhan di atas secara runut, yaitu sebagai berikut:
1. Pembagian Salafy di Indonesia menjadi Salafy Yamani dan Haraki bukanlah tujuan inti dari buku ini. Ia hanya sebagian fakta yang tidak mungkin diabaikan ketika kita hendak melihat sepak-terjang Salafiyun mantan Laskar Jihad dari berbagai sisi. Mohon perhatian kita diarahkan ke maksud awal buku ini, yaitu menasehati sebagian orang yang bersikap keras dalam dakwah Islam.
2. Coba perhatikan kalimat dari situs itu?dia (Abdurrahman Al Thalibi) membagi salafi di Indonesia menjadi 2 (Yamani dan Haroki). Sungguh, sejak awal buku sampai akhirnya, saya tidak pernah sama sekali melakukan pembagian Salafy seperti yang dituduhkan tersebut. Itu adalah kesimpulan dari penuduh sendiri. Kalimat yang saya gunakan dalam buku ini ialah, 鉄elama ini muncul kesan kuat bahwa komunitas Salafiyah di Indonesia terpecah dalam dua kelompok besar yang satu sama lain saling 礎ermusuhan?.? (Lihat kalimat pertama di bab Antara Salafy Yamani dan Haraki, di hal. 20).*) Bagi orang-orang berakal, mereka pasti memahami bahwa kalimat tersebut maknanya adalah indikasi (tampak tanda-tanda), bukan klasifikasi (pembagian secara tegas). Akhiy, bagaimana mungkin saya berani membagi-bagi komunitas Ahlus Sunnah seperti yang Engkau tuduhkan? Malah kalau kalian membaca benar-benar buku ini, kalian akan tahu bahwa sejak awal saya telah meminta maaf jika pemilihan istilah-istilah yang ditempuh dalam buku ini tidak memuaskan pihak-pihak yang disebut. (Lihatlah kembali bagian Metode Penetapan Istilah, pada hal.5-7).
*) Kalimat selengkapnya dalam paragraf tersebut ialah: 鉄elama ini muncul kesan kuat bahwa komunitas Salafiyah di Indonesia terpecah dalam dua kelompok besar yang satu sama lain saling 澱ermusuhan?. Satu kelompok ialah Salafy Yamani yang merupakan kelanjutan dari Laskar Jihad di masa lalu, dan mereka merupakan jaringan para dai Salafy yang berafiliasi kepada syaikh-syaikh Salafy di Yaman dan Timur Tengah. Sedang satu kelompok lagi ialah Salafy Haraki, yaitu dakwah Salafiyah yang menerapkan sistem pergerakan (harakah).? (Hal. 20).
3. Penyebutan istilah Haraki dalam buku ini memiliki asal-usul. Referensi terbanyak yang saya gunakan ketika memahami Sururiyyah, bersumber dari media-media yang dikelola Salafy fraksinya Umar As Sewed, terutama dari situs salafy.or.id. Sedangkan disana, berbagai kalangan Salafy dimasukkan dalam kategori Sururi, termasuk pihak-pihak yang tidak ada hubungan dengannya. Ustadz-ustadz Salafy yang selama ini dikenal di Indonesia, baik yang berdomisili di Yogyakarta, Solo (grup majalah As Sunnah), Jakarta,Bogor, Gresik, Bandung, Surabaya, bahkan sampai yang di Makasar, mereka disebut Sururi. Padahal di antara ustadz-ustadz itu ada yang membantah keras Sururiyyah. Kalangan Ihyaut Turats Al Islamy tidak suka jika disebut sebagai Sururi, seperti pengakuan Syarif bin Muhammad Fuad Hazza yang telah disebutkan sebelumnya (hal. 34-36). Penyebutan yang ditempuh oleh fraksinya Umar As Sewed inilah yang kemudian saya pilih, meskipun untuk menyatukan berbagai elemen Dakwah Salafiyah di luar kelompok mereka dalam satu sebutan (yaitu Sururi), tidaklah tepat. Tetapi penyatuan sebutan ini lebih memudahkan,daripada menyebut berbagai elemen Salafiyah dengan sebutan masing-masing.
Adapun ketika dipilih istilah Haraki, hal itu dimaksudkan untuk menjangkau kalangan yang lebih luas, meskipun pada akhirnya ada yang tidak suka dengan penyebutan tersebut.
4. Menyebut Ustadz Mubarak Bamuallim, Ustadz Abdurrahman At Tamimi, serta ustadz-ustadz di Yogya, Solo, Jakarta, Bogor, Gresik dan yang selainnya sebagai Haraki tidaklah tepat. Setahu saya, mereka hanya membina majlis taklim, melaksanakan daurah, mengelola media, mengelola lembaga pendidikan dan sejenisnya. Sangat sulit untuk mengatakan bahwa mereka terlibat aktif dalam tanzhim Salafy Haraki.
Namun untuk menyebut mereka bebas sama sekali dari hubungan dengan Salafy Haraki, hal itu juga tidak mungkin. Ustadz-ustadz yang tersebut di atas dikenal memiliki hubungan baik dengan Ihyaut Turats Al Islamy. Sejak lama, lembaga Al Irsyad Al Islamy menjalin hubungan baik dengan Ihyaut Turats. Saya sendiri pernah membaca sebuah versi Al Qur誕n dan Terjemahnya, dari Depag. RI yang dicetak atas kerjasama Al Irsyad dengan Ihyaut Turats Al Islamy. Disana ada kata pengantar dari mantan Ketua Umum PP Al Irsyad, Ustadz Geys Amar, dalam bahasa Arab yang menjelaskan bahwa penerbitan Al Qur誕n dan Terjemahnya itu atas kerjasama dengan pihak Ihyaut Turats Al Islamy. Kalau ustadz-ustadz di atas terlibat aktif dalam tanzhim Haraki, mungkin tidak, tetapi kalau bekerjasama baik (misalnya dalam penyaluran dana bantuan sosial dan dakwah), hal itu jelas terjadi. Begitu pula dengan dai-dai Salafy yang selama bertahun-tahun mendapat dukungan dana dari sebuah lembaga dakwah Salafiyah di Jakarta Selatan.
5. Barangkali sebagian kalangan Salafy tidak suka disebut sebagai Haraki, tetapi jika melihat kenyataan di lapangan, eksistensi Salafy Haraki sendiri tidaklah bisa ditutup-tutupi. Bahkan versi dan pola Harakah Salafiyah itu sendiri bermacam-macam. Disana ada Al Muntada Al Islamy, Ihyaut Turats Al Islamy, Al Wahdah, Darul Birr, dan HASMI. HASMI sendiri secara tegas menyebut diri sebagai Harakah Sunniyyah Islamiyyah. Di luar nama-nama tersebut, mungkin masih ada nama-nama lain yang luput disebutkan. Seluruh Harakah Salafy rata-rata membawa missi dakwah menyebarkan ajaran Tauhid dan Ittiba? Sunnah. Hal inilah yang membuat mereka dengan mudah dikenal sebagai Salafy (Ahlus Sunnah). Meskipun, dari sisi pemikiran, kebijakan,dan praktik dakwah, mereka memiliki perbedaan-perbedaan. Keberadaan Harakah Salafy memiliki kontribusi besar dalam penyebaran Dakwah Salafiyah di Indonesia, meskipun sebagian orang merasa kelu untuk mengakui kontribusi tersebut.
Pada intinya, penyebutan istilah Haraki itu memiliki latar-belakang, yaitu untuk mengganti istilah Sururi yang banyak dipakai Salafiyun mantan Laskar Jihad untuk menyebut elemen-elemen Dakwah Salafiyah di luar kelompok mereka. Meskipun, pada kenyataannya,ada di antara elemen-elemen Salafiyah yang tidak suka dengan istilah tersebut. Seandainya mereka benar-benar tidak suka, maka hal itu tidak bisa menjadi dalih untuk mengingkari keberadaan Harakah Salafy dan kontribusi mereka dalam Dakwah Salafiyah di Indonesia.
Salafy haraky vs salafy yamani
KERANCUAN
Salafy Yamani
Akhir-akhir ini, ada sebuah kelompok dari umat Islam yang mempunyai empat kaidah yang rancu antara satu dengan yang lainnya :
Kaidah pertama, pemilu dan demokrasi adalah sistem yang haram dan haram pula bagi umat Islam untuk memasukinya.
Kaidah kedua, wajib hukumnya mentaati dan menjaga kewibawaan presiden dan pemerintah termasuk Indonesia.
Kaidah ketiga, presiden dan pemerintahan termasuk Indonesia yang dihasilkan dari pemilu dan demokrasi adalah sah menurut agama.
Kaidah keempat, dalam menasehati presiden atau pemerintah harus ketika dalam keadaan sendirian, secara empat mata dan khalayak ramai tidak boleh mengetahui agar terjaga kewibawaan presiden dan pemerintah.
Dari keempat kaidah tersebut, kelompok ini mengambil sebuah sikap yaitu mewajibkan pengikut-pengikutnya untuk mentaati presiden dan pemerintah –dalam hal kebaikan dan bukan hal kemaksiatan- walaupun presiden dan pemerintah tersebut dihasilkan dari cara yang menurutnya haram seperti pemilu dan demokrasi, dan melarang pengikut-pengikutnya untuk memilih presiden dan pemerintah, dalam waktu yang bersamaan, kelompok ini memberi label-label negatif bahkan menilai sesat saudara-saudara muslim yang telah bersusah payah memilih presiden dan pemerintahan.
Ibarat ayam panggang, disalahkannya orang yang menyajikannya yang katanya cara memperolehnya tidak halal, mungkin menurut mereka ayamnya hasil curian atau cara menyembelihnya yang tidak benar, tetapi dalam waktu yang bersamaan mereka menilai halal ayam panggang yang tersaji untuk mereka, “mari makan jangan sampai mubazir, walau daging ayam ini telah diperoleh oleh yang menyajikan dengan cara yang haram, tapi halal kita makan, karena bukan kita yang melakukan”.
Sulit untuk mengatakan tidak rancu terhadap kelompok yang mengharamkan pemilu dan demokrasi tetapi tidak mengharamkan presiden dan pemerintah yang dihasilkan dari pemilu dan demokrasi. Terlebih lagi kelompok ini menyatakan sah presiden dan pemerintahan yang dihasilkan dari cara yang menurutnya haram, sehingga mereka mewajibkan pengikutnya unuk mentaati presiden dan pemerintah.
Mari kita cermati ungkapan sikap mereka yang saya kutip dari salah satu situs mereka :
SBY -hafidzhahulloh-
Semoga Alloh menjaga SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) dalam memimpin negeri ini, negeri yang penduduknya gemar menghujat pemimpinnya sendiri dijalanjalan, koran-koran dan majalah tak terkecuali internet, negeri yang memiliki seabrek orang-orang pintar ‘ngoceh’ dan tokoh agama ‘jahat’ yang gampang memprovokasi ummat untuk ‘memberontak’ kepada SBY sembari mengutip ayat-ayat yang mereka sendiri tidak faham akan kalimatnya…. http://smd.antibidah.net/?p=314
Tulisan tersebut sangat kuat dapat ditafsirkan bahwa mereka mengakui, merasa memiliki dan membela SBY sebagai presiden yang sah, dan menilai jahat orang-orang yang mengkritik presiden dan kebijakannya, kalau boleh berkomentar, sikap semacam itu sebenarnya hanya pantas bila dilakukan oleh orang-orang yang mendukung dan memilih SBY dalam pemilu, bukan oleh mereka yang tidak memilih, mendukung dan mengharamkan pemilu.
Sikap semacam itu, dapat mengundang penilaian yang bermacam-macam terhadap kelompok tersebut, bisa jadi orang akan menilai “sikap cari amannya” dengan mengatakan “”mungkin takut dengan SBY, takut di ciduk, buktinya partai Islam yang mendukung SBY dinilai negatif terus, mungkin karena partai tersebut orang-orangnya lemah, tidak punya kekuatan”. Kalau ada penilaian semacam itu, bisa jadi benar adanya, bisa jadi juga salah yang timbul karena adanya rasa tidak suka terhadap kelompok tersebut yang terus menilai orang lain salah. Agar penilaian terhadap sikap kelompok ini obyektif, mari kita cermati pernyataan yang ada dalam salah satu situs mereka :
“Bila saudara merasa terusik oleh sikap ikhwan salafiyyin yang mengkritik kesesatan sekte-sekte berbagai tokoh firqoh yang ada, maka ini pulalah yang akan dilakukan oleh para pemimpin/penguasa yaitu akan marah dan tersinggung. Akan tetapi antara kemarahan penguasa dengan sekte-sekte yang ada terdapat perbedaan, yaitu bila yang marah pemerintah, maka akan terjadi kerusakan yang luas, sedangkan bila yang marah ketua sekte/firqah, maka mereka tidak dapat berbuat apa-apa”.
http://muslim.or.id/2007/01/31
Bisa jadi argumentasi yang terdapat dalam tulisan tersebut benar adanya, tapi perlu penjelasan lebih detil dari yang empunya argumen, karena dari tulisan tersebut, harus dimaklumi bila orang menilai kelompok tersebut mencari amannya saja, dan karena yang punya argumen kadang sungkan untuk menjelaskan face to face, mau tidak mau kita tunggu saja kiprahnya di kemudian hari, bagaimana sikapnya bila partai Islam gagal memilih presiden dan yang terpilih adalah presiden yang didukung partai kafir dan sekular bahkan presidennya sendiri seorang kafir. Tetapi demi Allah semoga hal semacam itu tidak terjadi.
Tapi kalau boleh menilai, bisa jadi sikap mereka tersebut karena memang pilih amannya saja untuk menghindari konfrontasi dengan kekuatan yang besar, karena yang saya dengar, mereka juga menyalahkan muslim Palestine yang berjuang melawan gempuran rudal-rudal Israel, mereka menyalahkan bom syahid muslim Palestine sementara mereka tidak memberikan solusi apa-apa untuk dapat melawan rudal-rudal Israel kecuali saran agar muslim Palestine mendahulukan ilmu daripada amal, tentu saja yang mereka maksud adalah menyarankan muslim palestine untuk jihad ilmu, jelasnya, mengubah jihad qital menjadi jihad ilmu. Begitu juga pejuang-pejuang di Irak dan Afghanistan, tidak lepas dari kritikan kelompok ini, sehingga tidak aneh, bila sampai detik ini tidak seorangpun tokoh dari kelompok ini yang berada di front untuk melawan orang-orang kafir, baik melalui jihad qital maupun jihad pemikiran, semoga saja semua itu salah, tetapi kalau benar semoga saja bukan karena cari aman, tetapi berdasarkan hujjah yang nyata dari al-Qur’an dan as-Sunnah. Dan merekalah yang dapat menjelaskan dengan baik atas sikapnya tersebut, karena orang lain bisa jadi hanya tahu kulitnya saja sehingga salah dalam menilainya, perlu kearifan bagi mereka untuk menjelaskan.
Sesuai al-Qur’an dan as-Sunnah ?
Benarkah sikap mereka sesuai dengan al-Qur’an dan as-Sunnah dalam hal mentaati presiden atau pemerintah padahal dengan jelas mereka menyatakan presiden SBY atau pemerintah telah dipilih melalui cara yang haram, sampaisampai mereka sendiri tidak mau untuk memilihnya ? Mari kita lihat argumentasi dari mereka yang saya kutip dari situs mereka :
….. khilafah Umawiyyah, Abbasiyyah, Utsmaniyyah. Ketiga dinasti (baca: khilafah) islam ini dimulai dengan kesalahan, yaitu menentang dan melawan khalifah yang sah. Khilafah Umawiyyah dimulai dari perlawanan sahabat Mu’awiyyah terhadap khalifah yang sah yaitu sahabat Ali bin Abi Thalib, dan setelah melalui berbagai kejadian sejarah, akhirnya terjadilah penyerahan kekuasaan oleh sahabat Hasan bin Ali bin Abi Thalib kepada sahabat Mu’awiyyah….
Walau proses perebutan kekuasaan ini telah disepakati oleh ulama’ sebagai tindakan yang diharamkan, dan pelakunya berdosa karenanya, akan tetapi bila kekuasaan berhasil direbut, dan para pemberontak berhasil menata kekhilafahan sehingga terciptalah stabilitas keamanan, kekuatan, perekonomian dll, maka umat islam semenjak dahulu telah sepakat untuk mengakui khalifah hasil pemberontakan tersebut. Jadi bisa jadi metode perebutan kekuasaan diharamkan, akan tetapi bila telah berhasil direbut dan yang merebutnya memiliki kemampuan untuk menjalankan khilafah, maka umat islam seluruhnya diwajibkan untuk mengakui khalifah tersebut, dan khalifah tersebut menjadi khalifah yang sah dan wajib ditaati.
http://muslim.or.id/2007/01/31
Ini adalah argumentasi yang paling berani, per pertama, secara tidak langsung telah menyatakan Mu’awiyyah ra telah melakukan cara yang haram, padahal Ali ra telah memujinya :
Ali bin Abi Thalib ra. berkata sepulangnya dari Perang Shiffin : “Wahai manusia, janganlah kalian membenci kepemimpinan Mu’awiyah, seandainya kalian kehilangan dia, niscaya kalian akan melihat kepala-kepala bergelantungan dari badannya -banyak pembunuhan-.
Al Bidayah 8/134 oleh Ibnu Katsir
apalagi Mu’awiyyah ra adalah pencatat wahyu yang diangkat langsung oleh rasulullah saw, dan tidak seorangpun dari salafus sholeh yang menyatakan Mu’awiyyah telah melakukan hal yang haram. Menilai tindakan politik yang dilakukan oleh Mu’awiyyah sebagai tindakan yang haram dapat bertentangan dengan pendapat para salafus sholeh tentang Mu’awiyah. Dan oleh karena kelompok ini telah mengaku menggunakan pendapat para ulama dalam menilai haram tindakan Mu’awiyyah, maka sebaiknya, kelompok ini mengutip pendapatpendapat tersebut agar dapat dipetanggungjawabkan.
Kedua, Mu’awiyyah termasuk salafus sholeh, padahal mereka mengaku dalam beragama ini mengikuti para salafus sholeh, mengapa mereka tidak menempuh cara Mu’awiyah agar diperoleh kemaslahatan seperti kemaslahatan yang diperoleh Mu’awiyyah. Sikap yang demikian dapat mengundang penilaian negatif terhadap mereka, misalnya menilai mereka memilih amannya saja untuk menghindari konfrontasi fisik, apalagi tidak seorangpun dari mereka yang berada di front untuk mendapatkan kekhilafahan/kepemimpinan negara.
Ketiga, katakanlah yang dilakukan oleh Mu’awiyyah memang haram dan menurutnya para ulama juga sepakat demikian, lalu mengapa mereka tidak masuk demokrasi yang sama-sama haramnya seperti yang ditempuh Mu’awiyyah, bukankah menurut mereka nanti akan menjadi halal kalau berhasil dan memperoleh kemaslahatan dan dapat menghindarkan dari kemudharatan yang jauh lebih besar daripada jika membiarkan presiden dan pemnerintahan dipegang oleh orang-orang kafir ?
Ini adalah kerancuan yang ada pada mereka, di satu sisi mengharamkan untuk memilih presiden melalui pemilu dan demokrasi, di sisi yang lainnya harus mentaati presiden yang menurutnya dipilih dengan cara yang haram, sehingga dengan sangat berani harus menyatakan Mu’awiyyah juga telah menempuh cara yang haram.
Kerancuan dalam pemahaman, pastilah datangnya bukan dari al-Qur’an, karena Allah SWT telah menginformasikan :
Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’an? Kalau kiranya al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.
QS. 4:82
Bila mereka menyatakan pemahamannya tidak rancu, sementara orang lain mengatakan rancu, maka mereka harus dapat menjelaskan bahwa pemahamannya tidak rancu, karena bisa jadi ia yang salah bisa jadi juga orang lain yang salah.
Kerancuan Yang Lain
Menurut mereka –yang mengharamkan demokrasi dan yang taat pada presiden hasil demokrasi- bila ada kesalahan dari SBY, maka akan menasehatinya secara empat mata :
“Barang siapa yang hendak menasehati seorang penguasa dalam suatu urusan, maka janganlah disampaikan di depan khalayak ramai, akan tetapi hendaknya ia sampaikan di saat ia menyendiri dengannya, dan bila ia menerima nasehatnya, maka itulah yang diinginkan, dan bila tidak menerima, maka ia telah menunaikan kewajibannya.”
HR Ibnu Abi ‘Ashim, dan dishahihkan oleh Al bani
Oleh karenanya, menurut mereka tidak boleh melakukan demo ataupun mengkritik kebijakan presiden secara terbuka.
Dari sikap mereka ini dan caranya menafsirkan hadits tersebut ada sedikit kerancuan, bagaimana bisa, mereka yang berada di luar parlemen dapat menunggu kesempatan menyendiri dengan presiden untuk menasehati presiden, perlu diketahui, orang yang ingin bertemu presiden jumlahnya ribuan bahkan bisa jadi jutaan, dan tidak mungkin presiden menemui semuanya satu persatu, harus berdasarkan skala prioritas, kalau yang datang hanya seorang tukang beca yang ingin meminta uang untuk beli ban, tidak mungkin akan ditemui presiden, karena hal itu justru akan mengganggu urusan rakyat, begitu juga kalau yang datang hanya seorang Ustadz tingkat desa yang tidak ketahuan kiprahnya di masyarakat, jangan harap bisa menemui presiden, karena kalau ditemui dapat menyebabkan ribuan ustadz yang lainnya berbondong-bondong ke istana. Jadi sederhana saja, pernahkah mereka menasehati presiden secara empat mata ? saya meyakini belum pernah, keadaannya sudah jauh berbeda dengan masa rasulullah saw dan para khalifah, dahulu memang para khalifah dapat ditemui kapan dan di mana saja, di pasar, jalan, masjid atau di rumahnya, tetapi sekarang situasi dan kondisinya sangat berbeda, dan hal itu hanya bisa dicapai kalau mereka masuk ke pemerintahan atau organisasi resmi semacam Muhammadiyah, NU, MUI atau yang lainnya yang telah menunjukkan kiprahnya di Indonesia, maka kesempatan menasehati presiden secara empat mata akan dapat dicapai, tetapi sayang, semua itu mereka haramkan, karena menurutnya bid’ah.
Kerancuan yang lain lagi, SBY adalah nyata-nyata pendukung demokrasi, dan menurut mereka kalau ada kesalahan harus dinasehati secara empat mata agar tidak menurunkan kewibawaannya, tetapi mereka telah dengan sangat lantang menyuarakan haramnya demokrasi yang nyata-nyata diperjuangkan oleh presiden yang di taatinya, jadi kalau boleh berkomentar, bukankah hal itu sama saja dengan menohok SBY secara terbuka ?.
Kerancuan yang lain lagi, bukankah partai Islam yang telah memilih SBY menjadi presiden juga telah menjadi bagian dari pemerintah, misalnya menjadi anggota DPR, MPR, -bahkan ketua MPR-, walikota dan menteri, mengapa SBY tidak dihujat sementara partai Islam yang orang-orangnya ada dalam pemerintahan di hujat ? bukankah antara SBY dan orang-orang yang dari partai Islam juga telah menjadi pemimpin mereka ? Apakah karena SBY dari militer dan kuat sedang orang-orang yang dari partai Islam lemah, sehingga diperlakukan berbeda ?, kalau begitu apa artinya dalil-dalil di atas yang mereka gunakan untuk taat dan menasehati pemerintah secara tertutup ? Ataukah ada sebab lain, kebencian misalnya, sehingga mereka tidak adil dalam bersikap, kalau benar demikian, Allah SWT telah mengingatkan :
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. QS. 5:8
merekalah yang lebih tahu apa-apa yang ada di dalam hatinya dari pada orang lain, semoga tulisan ini dapat menjadi nasehat bagi kita semua umat Islam. Amin.
Taubatnya Seorang Salafy Yamani ‘JUT’
Berikut adalah pengakuan jujur seorang penyusun buku ”Hakikat IM” yang ditulis oleh Gaza, Jum’at, 1 Juni 2007 yang saya ambil dari http://www.mail-archive.com/manhaj-salaf@yahoogroups.com/msg00346.html
Assalamu’alaikum warohmatullahi wa barokatuh,
Saudaraku, di bawah ini saya tampilkan pernyataan Akhi Anwar Shiddiq, dia pernah menyusun buku judulnya ”Hakikat Ikhwanul Muslimin (IM)”, tetapi setelah berjalan waktu dia menyesal dan ingin menarik buku itu. Akhi Anwar nitip supaya bisa memakai forum MyQuran buat menampilkan surat terbuka. Beliau tak melayani debat di forum, tapi mau terima e-mail ke [EMAIL PROTECTED]
Berikut ini pernyataan Akhi Anwar Shiddiq:
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, atas limpahan nikmat dan karunia-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad saw, keluarganya dan para sahabatnya. Amma ba’du.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an: ”Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali Imran: 135).
Ikhwan fillah rahimahullah, semoga allah SWT senantiasa merahmatimu, menganugerahkan ilmu bermanfaat, menunjuki dengan hidayah, menguatkan dengan taufiq untuk berbuat kebaikan amal, lahir dan batin. Amin ya Rabbal ’alamin.
Melalui forum yang mulia ini perkenankan ana (Anwar Shiddiq) menyampaikan sebuat pengalaman penting yang ana alami sendir saat berinteraksi dengan ikhwan-ikhwan Salafi yang akhir-akhir ini sering disebut Salafi Yamani (meminjam istilah Ustadz tertentu). Maksud dari penuturan ini yakni agar ana bisa memohon maaf atas kesalahan yang pernah ana lakukan saat ana mendapat pengaruh yang sangat kuat dari pemikiran Salafi Yamani itu. Secara khusus permohonan maaf ini ana tujukan kepada saudara-saudaraku dari Ikhwanul Muslimin (IM) di Indonesia, khususnya yang sudah membaca buku yang ana susun.
Di bawah ini penuturan ana:
”Ana dulu beramal jama’i bersama Jamaah Tarbiyah (Ikhwanul Muslimin/IM) selama bertahun-tahun. Suatu saat ana putuskan mundur dari IM secara baik-baik, yakni maksudnya ana mundur karena kesadaran sendiri, tidak dipaksa-paksa atau diprovokasi. Ana sudah bertekad, meskipun tidak lagi bersama Tarbiyah (IM) ana akan tetap menjalin hubungan baik dengan mereka. Hal ini ana tempuh, sebab ana tahu Ustadz Jakfar Talib, seorang pemimpin Salafi di Indonesia, tadinya dia ikut IM juga, tapi setelah jadi Salafi, dia sangat membenci IM setengah mati. Ana tidak mau seperti itu, ana mau jadi diri sendiri, tidak terpengarus orang lain. Ana merasakan sendiri di IM itu tidak sedikit kekurangan-kekurangan, tapi ana juga tidak pungkiri di sana ada kebaikan-kebaikannya, maka itu ana ingin sikap proporsional saja, tidak berlebih-lebihan seperti sikap Ustadz Jakfar Talib itu.
Sayang seribu sayang, sikap baik ana ini pelan-pelan berubah saat ana mulai mengambil pemikiran-pemikiran dari Salafi Yamani. Ana membaca majalah Asy-Syariah, ana mendengar kaset ceramah Ustadz Muhammad Sewed, ana bergaul dengan mantan Laskar Jihad (LJ), ana mengikuti berita-berita seputar dakwah Salafi, ana berteman dengan pengikut Salafi Yamani, ana membuka situs www.salafy.or.id, dan apa-apa yang bisa ana peroleh.
Sikap ana yang dulunya baik ke temen-temen IM berubah jadi kebencian dan rasa muak. Ana seperti orang yang mengalami ”Cuci Otak”, pendirian santun ana dulu saat baru keluar dari IM seperti tidak berbekas. Ana dulunya benci sama sikap keras Ustadz Jakfar Talib, tapi ana akhirnya ikut terseret juga ke sikap semacam itu.
Bila dilukiskan, majlis-majlis ilmu yang berhubungan dengan Salafi Yamani itu seperti kobaran api. Siapa saja yang ada di dekatnya akan merasa kepanasan, atau menularkan panas ke orang lain. Ana merasakan pengaruh ini ke diri ana sendiri, yang tadinya baik-baik saja jadi timbul kebencian ke orang lain.
Selama interaksi dengan pengikut Salafi Yamani, yang dibicarakannya tahdzir ahli bid’ah, hajr, firqah sesat, bantahan, celaan, dsb. Apalagi kalau mereka sudah angkat bicara soal Sururiyah atau kesesatan tokoh-tokoh IM, panas sekali suasana yang terbentuk. Orang yang semacam ana ini tidak sedikit di tempat-tempat lain.
Kebencian ana ke IM semakin besar saat seprang ikhwan Salafi itu menyodorkan sebuah buku berjudul ”AL IKHWAN AL MUSLIMUN, Anugerah Allah yang Terzalimi”. Buku ini karangan Ustadz Farid Nu’man, penerbitnya Pustaka Nauka dari Kukusan Depok. Sebetulnya buku ini diberikan atas rekomendasi aktivis PKS juga, biar orang-orang Salafi mau membacanya, termasuk ana di dalamnya. Sehabih membaca buku itu ana malah semakin tidak simpati ke IM. Selain memberi rekomendasi, aktivis PKS itu juga melontarkan kritikan-kritikan tidak sedap ke Salafi, sehingga semakin bulat hari ana untuk menyusun sebuah bantahan.
Ana kumpulkan saja buku-buku, tulisan-tulisan yang mengupas penyimpangan IM, lalu ana ambil materi dari sana-sini (istilahnya ’menjahit materi’). Ana tambahkan disitu komentar-komentar ana, sampai jadilah sebuah buku berjudul, ”Hakikat Ikhwanul Muslimin (IM)”. Selanjutnya buku itu diedarkan secara terbatas di bawh UISP (milik kami sendir). Sudah tentu aktivis PKS yang mengkritik kami itu, kami sodori buku itu juga. Jujur saja, kalau tidak diprovokasi oleh sikap aktivis itu mungkin buku tersebut tidak pernah disusun.
Sesudah waktu berjalan cukup lama, sesudah ana baca-baca buku, tulisan-tulisan, ana diskusi-diskusi, akhirnya ana putuskan untuk membersihkan diri dari pemikiran-pemikiran ”Salafi ekstrem” yang telah bercokol dipikiran ana. Ana tidak mau ketempatan sesuatu yang bisa merusak diri sndiri. Kalau ingat keadaan seperti ini rasanya ana ingin kembali ke situasi dulu saat baru keluar dari IM secara baik-baik. Dulu ana bisa tersenyum saat bertemu teman-teman IM, tapi sekarag ini sulit. Ana sepertinya sudah terjerumus ke sebuah permusuhan keras. Saat ana baca kembali buku ’jahitan’ itu, ana sedih bukan main. Kenapa ana sampai menulis kalimat-kalimat kasar, emosional, menzhalimi saudara sendiri? Padahal tekad ana semula tidak begini. Ya Rabbi, ana memohon ampunan kepada-Mu atas kesalahan-kesalahan ana. Hamba-Mu ini dhaif, sedangkan Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. Ampuni ana Rabbi. Amin. Sekian penuturan dari ana.
Selanjutnya melalui forum yang mulia ini ana ingin menyatakan:
Satu, ana bertaubat kepada Allah Yang Maha Pengampun atas kesalahan-kesalahan ana dengan menyusun buku ”Hakikat Ikhwanul Muslimin (IM)”.
Dua, Ana memohon maaf kepada seluruh jajaran Jamaah Tarbiyah (Ikhwanul Muslimin) di Indonesia, baik pengurus, anggota, atau simpatisannya, atas tersebarnya buku ”Hakikat Ikhwanul Muslimin (IM)” di atas, terutama atas kalimat-kalimat tidak adil yang termuat di dalamnya.
Tiga, secara terbuka ana cabut buku tersebut di atas, sebab resiko mudharatnya lebih besar daripada manfaatnya. Ana menyatakan buku itu tidak sah lagi dan tidak boleh diedarkan atas nama siapa pun.
Empat, ana tetap mengakui adanya kelebihan dan kekurangan pada diri setiap muslim atau kelompok Islam. Namun hendaknya kita bersikap proporsional, yakni tidak memutlakkan kebaikan atasnya dan juga tidak memutlakkan keburukan baginya. Setiap muslim memiliki kelebihan-kekurangan tertentu. Kita harus bersikap adil sebab Allah mencintai orang orang-orang yang adil. (QS. AL-Maidah: 42, Al-Hujurat :9, A Mumtahanah.
Lima, ana nasehatkan kepada ikhwan-akhwat yang sedang belajar ilmu-ilmu keislaman agar berhati-hati dari sikap ekstrem (berlebih-lebihan) dalam segala wujudnya. Kalau diperngaruh-pengaruhi agar bersikap ekstrem, tinggalkan saja sebab doktrin semacam itu akibatnya cuma kerugian saja. Ingatlah selalu sabda Nabi saw dalam haditsnya, ”Sesungguhnya agama ini mudah, dan tidak akan pernah seseorang menyulit-nyulitkan perkara agama ini, melainkan ia akan dikalahkan.” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah ra). Sekian pernyataan ana.
Pernyataan di atas ana sampaikan apa adanya, secara ikhlas, tidak ada paksaan atau tekanan. Buat sahabat-sahabat yang mendapatkan manfaat dari pernyataan ini, mohon doa antum semua agar Allah selalu membimbing ana (dan antum smua) buat menetapi jalan yang diridhai-Nya. Amin ya Rabbal ’alamin. Buat ikhwan-akhwat yang keberatan, tidak setuju, atau kecewa atas pernyataan ini, silakan antum mengirim ke [EMAIL PROTECTED] This e-mail address is being protected from spam bots, you need JavaScript enabled to view it Ana akan usahakan menjawab surat-surat antum, yakni surat-surat yang layak dijawab. Siapa saja yang mau beri masukan, kritik, atau kecaman (mungkin), silakan juga menulis ke e-mail di atas.
Akhirnya ana berdoa kepada Allah, ”Ya Rabbana, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raaf:23).
Ya Rabbi, ana memohon ampunan dan rakhmat dari-Mu. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarganya, para shahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti sunnahnya akhir jaman. Aminya Rabbal ’alamin.
MyQuran, 5 Agustus 2006
Al faqir ila Rabbi
Anwar Shiddiq
Sumber:http://www.mail-archive.com/manhaj-salaf@yahoogroups.com/msg00346.html
Subhanallah, sebuah studi kasus yang wajib kita jadikan ibrah. Article ini bukan dimaksudkan untuk menjauhkan umat dari dakwah Salafi, tapi hanyalah sebuah warning buat kita semua untuk menjauhi siapapun tanpa terkecuali, apakah mereka seorang yang bermanhaj Salafi, IM, JT, HT, NU, Muhammadiyah whatever you say. Manhaj adalah sarana dan kita tidak berhak menilai seluruh dari jamaah manhaj tertentu memiliki karakter yang sama hanya dengan melihat satu figur tertentu yang berbuat salah. Selama apa yang mereka lakukan tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan Sunnah dan membumi dengan fitrah manusia tentunya, maka wajiblah untuk kita perhatikan dengan arif dan bijak. Contohnya Salafi, ada yang Yamani, ada yang haroki, ada yang salafi Ihya’ ut Thuratsnya Abdurahman Abdul Khalik, ada salafi al-Sofwah dan al-Haramainnya Muhammad Khalaf dan Yazid Jawwas, ada salafi Muhammad Umar as-Sewed dan lain-lain. Pasti diantara mereka ada salafi yang paling salaf as-Shaleh. Begitu juga dengan salafinya kang Anto dan Abu Salma, entah mereka masuk yang mana. Apakah mimpi dapat bermajlis dengan kelompok yang sungguh-sungguh salaf as-Shaleh itu bisa menjadi kenyataan? Amin ya Rabb…
Yup! Article ini juga mengingatkan saya dengan sahabat tercinta saya Abu Qatadah Al-Depoki (baca latar belakang dengan judul Kronologis di blog saya ini), dia juga berubah menjadi seseorang yang berkarakter terbalik (negatif) dengan karakternya saat dia masih di IM. Tapi alhamdulillah, kini dia telah kembali dengan karakter positifnya, I don’t know, apakah dia masih bermanhaj Salafi dan mendapatka
Filed under: Muhammad Umar As-Sewed VS Abdurahman Wonosari VS Abu, salafy haraky vs salafy yamani vs salafy sururi |
Amin2 Semoga Allah Selalu membukakan hati Orang-Orang yg telah keluar dari jalanNya..
Amin Ya Robbal Alamin….
alhamdulillah……
mudah2an limpahan keberkahan dari Nya tercurah kepada siapa yang bertaubat….
[…] https://salafytobat.wordpress.com/2008/09/11/salafy-haraky-vs-salafy-yamani-vs-salafy-sururi/ […]
[…] https://salafytobat.wordpress.com/2008/09/11/salafy-haraky-vs-salafy-yamani-vs-salafy-sururi/ […]