‘Kesesatan Aqidah wahaby (Rububiyah-Uluhiyah-asmawashifat)

Salafushalih telah menyusun kaidah-kaidah aqidah yang menerangkan aqidah islam, untuk menjaga pemahaman aqidah yang dibawa Nabi Muhammad SAW, yang difahami oleh sahabat, tabi’in dan tabiuttabi’in. Sehingga kita, umat yang ahir dari umat Nabi Muhammad SAW yang lemah iman, yaqin ,ilmu dan amal ini , tetap berada dalam aqidah islam yang shahih. Aqidah tersebut dikenal dengan aqidah sifat 50 yang menjelaskan makna kalimat Tauhid “Laa ilaha illallah – Muhammadarrasulullah”. “Laa ilaha illallah “ mengandungi 41 sifat yaitu 20 sifat wajib bagi Allah, 20 sifat mustahil bagi Allah dan 1 sifat yang jaiz (boleh ) bagi Allah. Kalimat “Muhammadarrasulullah” mengandungi 4 sifat yang wajib bagi nabi Muhammad SAW(sidiq, amanah, fathonah, tabligh), 4 sifat yang mustahil, dan 1 sifat yang jaiz (boleh) bagi Muhammad SAW. Baca ” Risalah kitab aqidah sifat 20 Syaikh abdul Ghani”

Tidak ada satupun salafushalih yang membagi-bagi iman/aqidah dalam tiga pembagian ini. Hanya syaikh abdul wahab dan anak muridnya (sekte sesat wahabi) yang membagi aqidah menjadi 3 yaitu rububiyah, uluhiyah dan asma washifat.

Pembagian aqidah secara serampangan ini memang sengaja dibuat oleh menyesatkan umat. Mari kita lihat hujjah ahlusunnah atas kesesatan aqidah wahabi ini.

ULUHIYYAH DAN RUBUBIYYAH Suatu Kerapuhan Aqidah Uluhiyyah dan Rububiyyah Ciptaan Ibnu Taimiyah Pembahagian tauhid kepada dua iaitu tauhid uluhiyyah dan tauhid rububiyyah telah dicipta dan dipelopori oleh Ibnu Taimiyyah Al Harrani (wafat 728H). Pembahagian seperti ini boleh mengelirukan terutamanya orang awam yang kurang mendalami ilmu. Kegelincirin Dari Landasan Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Tidak pernah disebut di dalam sunnah nabawiyah bahawa tauhid itu terbahagi kepada uluhiyyah dan rububiyyah. Dan bahawa mereka yang tidak mengerti tauhid uluhiyyah adalah yang mengetahui tauhid rububiyyah sebagaimana yang diketahui oleh golongan musyrikin. Perkara ini tidak pernah disebut langsung oleh mana-mana sahabat, tabi`in mahupun atba` tabi`in termasuklah Imam Ahmad bin Hanbal sebagai mana yang didakwa oleh Ibnu Taimiyah. Malah tidak terdapat juga di dalam karya-karya murid-muridnya yang terkenal, Ibnu Al Jauzi dan Al Hafiz Ibnu Kathir.

Mari kita lihat kesesatan faham rububiyah-uluhiyah wahabi :

1. Orang kafir dianggap beriman dengan tauhid rububiyah

Hujjah Ahlusunnah atas kesesatan tersebut diatas :

AJARAN SESAT WAHABI PERTAMA. Puak Wahabi melarang orang belajar tentang sifat 20 pada hal ini dianjurkakn oleh Ahlussunnah wal Jamaah. Ini jelas dapat dilihat di negara Arab Saudi. Mereka menciptakan suatu pengajian tauhid secara baru yang tidak ada sejak dahulu, baik pada zaman nabi SAW atau pada zaman Sahabat baginda.Pengajian baru itu mereka namakan dengan “Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah”. Tauhid ini ada 2 jenis, kata mereka iaitu:

1. Tauhid Rububiyah iaitu tauhidnya orang kafir dan tauhidnya orang musyrik yang menyembah berhala, atau dengan kata lainnya “Tauhid” orang yang syirik.2. Tauhid Uluhiyah iaitu tauhidnya orang Mukmin, tauhidnya orang Islam serupa iman dan Islamnya puak Wahabi. Mereka mengatakan bahawa dalam Al Quran disebut begini: ” Katakanlah (Wahai Muhammad): Kepunyaan siapakan langit dan bumi dan semua isinya kalau kamu mengetahui? Mereka akan menjawab: Kepunyaan Allah. Katakanlah kepada mereka: Mengapa kamu tidak mengambil perhatian?” ( Al Mukminun:84-85)

Dengan ayat ini kaum Wahabi mengatakan bahawa orang kafir pun percaya kepada adanya Tuhan tetapi imannya tidak sah kerana menyembah berhala disamping pengakuannya kepada adanya Tuhan iaitu Allah. Dalil lain yang mereka ajukan adalah: “Dan kalau engkau bertanya kepada mereka siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan menjadikan matahari dan bulan, mereka akan menjawab: Allah. Maka: Bagaimana kamu berpaling daripada kebenaran?” (Al Ankabut:61)

Jadi kesimpulannya, orang Wahabi, orang kafir mengakui adanya Allah tetapi mereka menyembah selain Allah. Jadi, kata mereka, ada orang yang mengakui adanya Tuhan tetapi menyembah selain Tuhan adalah bertauhid Rububiyah iaitu Tauhidnya orang yang mempersekutukan Allah. Adapun Tauhid Uluhiyah ialah tauhid yang sebenar-benarnya iaitu mengesakan Tuhan sehingga tidak ada yang disembah selain Allah. Demikian pengajian Wahabi.Pengajian seperti ini tidak pernah ada sejak dahulu. hairan kita melihat falsafahnya. Orang kafir yang mempersekutukan Tuhan digelar kaum Tauhid. Adakah Sahabat-sahabat Nabi menamakan orang musyrik sebagai ummat Tauhid? Tidak! Syirik dan Tauhid tidak mungkin bersatu. Hal ini adalah 2 perkara yang berlawanan bagai siang dengan malam. Mungkinkah bersatu siang dengan malam serentak?Begitulah juga tidak adanya syirik dan tauhid bersatu dalam diri seseorang. Sama ada dia Tauhid atau Musyrik. Tidak ada kedua-duanya sekali. Jelas ini adalah ajaran sesat dan bidaah yang dipelopori oleh puak Wahabi & kini telah merebak ke dalam pengajian Islam teruatamnya di Timur Tengah. Kaum Wahabi yang sesat ini menciptakan pengajian baru dengan maksud untuk menggolongkan manusia yang datang menziarahi makam Nabi di Madinah, bertawasul dan amalan Ahlussunnah wal Jamaah yang lain sebagai orang “kafir” yang bertauhid Rububiyah dan yang mengikuti mereka sahaja adalah tergolong dalam Tauhid Uluhiyah. (email dari Sayyid Imran Assegraaf).

**************************************************************************************************************

wahai wahabi itu adalah “perkataan orang-orang kafir” yang mana perkataan mereka tidak sama seperti keyakinan didalam hati mereka dan perbuatan mereka.Dan mereka sama sekali tidak termasuk kategori “ iman“ dari segi manapun. Lihat definisi iman menurut ahlusunnah :

“iman adalah menyakini Allah dalam hati yang diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan (kitab sulam taufiq)”. Maka penafsiran ahlusunnah dalam ayat ini :

Kalau kamu bertanya kepada mereka siapakah yang menciptakan mereka? Mereka akan menjawab Allah.” “Dan kalau kamu bertanya kepada mereka siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan yang menundukkan matahari dan bulan? Mereka akan mengatakan Allah.” (QS. Al Ankabut: 61) “Dan kalau kamu bertanya kepada mereka siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan bumi setelah matinya? Mereka akan menjawab Allah.” (QS. Al Ankabut: 63)

Mereka (orang-orang kafir dalam ayat diatas) tidak digolongkan dalam “beriman” karena ini adalah hanya sekedar “ucapan” tapi tidak ada keyakinan dalam hati dan tidak diamalkan dalam perbuatan. Ahlusunnah menyimpulkan “orang yang menyakini tauhid dan bisa menjawab pertanyaan munkar-nakir dalam kubur saja yang digolongkan telah “beriman”.

Ketahuilah wahai wahabi! Jika manusia mati dan dimasukan kedalam kubur maka akan ditanya oleh malaikat tiga perkara :

Man rabbuka ? (Siapa Tuhan (Rabb) kamu?

Maka mukminin (orang2 yang beriman) akan menjawab : Allahu Rabbii (Allah adalah rabb (tuhan) kami!

Kenapa Allah tidak bertanya siapa ilah kamu ? (uluhiyah versi wahabi)

karena tauhid itu adalah iman yang tidak bisa dibedakan /atau dipisah2kan (rububiyah dan Uluhiyah)!, Seseorang yang beriman pada rubbubiyah pasti juga beriman pada uluhiyah!.

Sedangkan aqidah sesat wahabi ini mengatakan : orang ini (orang kafir) beriman pada rububiyah tapi tidak beriman pada uluhiyah!

sungguh kesesatan tauhid yang nyata!

2. Dalam menjelaskan makna Tauhid, Wahabi menafsirkan kalimat “laa ilaha illallah ” tanpa menyertakan penafsiran kalimat “Muhammadarrasulullah”

Sehingga akan mengkafirkan orang2 yang mukmin (yaqinnya hanya pada Allah) tapi ia “bertawasul dengan nabi”, “bertabaruk dengan benda-benda peninggalan nabi” dsb. (padahal tawasul dan tabaruk adalah sunah Para Nabi).

Hujjah ahlusunnah Dalam Perkara ini :

Dalam penafsiran makna aqidah islam tidak boleh memisahkan antara kalimat iman “laa ilaha illallah ” Dengan Kalimat Amal ““Muhammadarrasulullah”.

Maka kenapa ahlusunnah dan nabi adam, nabi yusuf, shahabat nabi dan shalafushalih bertawsul dan tabaruk ?Maka jawaban lisan kami dan keyakinan hati kami menjawab :

“Kami yakin bahwa Makhluq (selain Allah) tidak boleh yang memberi manfaat dan mudharat, tapi hanya Allah yang memberi manfaat dan mudharat.

Kami bertwasul dan ber-tabaruk karena Perintah Allah dan sunnah Nabi Muhammad saw”

Untuk masalah ini kami jelaskan makna kalimat tauhid “Laa ilaha illallah – Muhammadarrasulullah” :

a) Maksud Kalimat iman “laa ilaha illallah “

Ketahuilah! Bahwa kalimat “laa ilaha illallah ” adalah kalimat”iman (dalam kenyakinan/i’tiqad dalam hati”

Makna ” Menyakini bahwa makhluq (selain Allah) tidak punya kuasa apapun!, Hanya Allah yang punya kuasa (Hanya Allah yg dapat memberi manfaat dan mudharat, Allah yang menciptakan, memelihara, memberi rizqi, menghilangkan sakit, menurunkan hujan dsb.)”

Seperti : Makan tidak boleh memberi kenyang, tapi Allah yang memberi kenyang!

Minum tidak boleh menghilangkan haus, tapi Allah yang menghilangkan Haus!

inilah maksud kalimat ini, sedangkan kenapa kita makan, minum dsb? Akan dijelaskan dengan kalimat tauhid yang kedua “Muhammadarrasulullah”

b). Maksud kalimat amal “Muhammadarrasulullah”

Maka Kalimat iman “laa ilaha illallah ” dalam iqrar al’ubudiyah (janji penghambaan kita pada Allah /syahadat ) tidak boleh dipisahkan dengan Kalimat amal yaitu “Muhammadarrasulullah”.

Maksudnya : Segala perbuatan yang akan membawa kejayaan didunia dan ahirat adalah hanya dengan mengikut sunah nabi Muhammad saw.

Jadi, kita akan jawab : “Saya yakin bahwa makanan tidak boleh yang memberi kenyang, tapi Allah yang memberi kenyang. Saya Makan karena Perintah Allah dan sunnah Nabi Muhammad saw”

– (karena Allah perintahkan untuk makan adan bekerja yang halal “kuluu minathayibati wa’malu shalihaa”(al qur’an)

– dan juga rasulullah makan dan minum dgn penuh adab dan do’a (lihat kitab hadits bab makan ).

Jadi mengenai tawassul dan tabaruk :

Maka jawaban lisan kami dan keyakinan hati kami menjawab :

“Kami yakin bahwa Makhluq (selain Allah) tidak boleh yang memberi manfaat dan mudharat, tapi hanya Allah yang memberi manfaat dan mudharat.

Kami bertwasul dan ber-tabaruk karena Perintah Allah dan sunnah Nabi Muhammad saw”

Dalil-tawasul dan Tabaruk :

Nabi Adam Bertawassul dengan Nabi Muhammad SAW. Sebelum Nabi Muhammad Lahir Umar ra. berkata bahwa baginda Rasulullah SAW berkata : “Tatkala Nabi Adam a.s. telah berbuat kesalahan (yang dengan sebab itu nabi Adam a.s. telah dihantar dari sorga ke dunia ini maka baginda a.s. senantiasa berdoa dan beristighfar sambil menangis-nangis). Sekali beliau mengangkat kepalanya ke langit dan memohon : “Ya Allah aku memohon (keampunan) kepada Engkau dengan berkat Muhammad SAW “ Maka Allah SWT mewahyukan kepadanya : “Siapakah Muhammad SAW ini, yang engkau memohon keampunan dengan berkatnya? Baginda a.s menjawab : Ketika Engkau jadikan aku, maka sekali daku melihat ke ‘arsymu dan terpandang tulisan Laa ilaha illallahu Muhammadurrasuulullahi (Tidak ada tuhan yang berhaq disembah melainkan Allah – Nabi Muhammad SAW adalah Utusan Allah). Maka aku yakin bahwa tiada siapa pun yang lebih tinggi darinya disisiMu yang namanya Engkau letakan bersama Nama Mu”. Lantas Allah mewahyukan kepada baginda a.s. : ” Wahai Adam, sesungguhnya dia adalah Nabi Akhir zaman dari keturunanmu. Sekiranya dia tidak ada maka pasti aku tidak akan menciptakanmu” (Dikeluarkan dari Thabrani dalam Jami’ushaghir dan juga Hakim dan Abu Nu’aim dan Baihaqi keduanya dalam dalam kitab ad-dalail). Keterangan : Pada masa itu apa dan dengan cara bagaimanakah baginda Adam as memohon keampunan kepada Allah SWT tentang hal ini didapati berbagai macam riwayat tetapi tidak ada perselisihan dalam riwayat tersebut. Ibnu Abbas ra berkata bahwa Nabi Adam as pernah menangis yang jika tangisan seluruh manusia dikumpulkan maka tidak akan menyamai tangisan Adam as. Sehingga baginda tidak mengangkat kepalanya ke langit. Didalam sebuah hadits diterangkan : “Andaikata titisan airmata nabi Adam as ditimbang dengan titisan airmata seluruh anak cucunya. Maka titisan air mata beliaulah yang akan memberati.” Maka dalam keadaan yang sedemikian itu bagaimana baginda bermunajat dan memohon pengampunan itu tidak mungkin diduga oleh manusia biasa. Oleh itu tentang cara-cara mengenai memohon keampunan yang diterangkan dalam hadits diatas tidaklah terdapat kesukaran apapun. Salah satunya adalah memohon keampunan dengan bekat baginda SAW dan tertulisnya kalimah “laa ilah illallah Muhammadurrasulullah” di Arsy juga disebutkan dalam hadits yang lain. Baginda SAW bersabda : Saat aku memasuki syurga (pada malam mi’raj) aku melihat kedua belah pintu surga tertulis 3 baris kalimat. Kalimat Pertama : Laa ilaha illallahu Muhammadurrasuulullahi (Tidak ada tuhan yang berhaq disembah melainkan Allah – Nabi Muhammad SAW adalah Utusan Allah) Kalimat kedua : maa qaddamnaa wajadnaa wamaa akalnaa rabihnaa wamaa khalafnaa khasarnaa “Apa-apa yang telah kami hantar kemuka (sedekah dsb) telah diterima. Apa-apa yang telah kami makan (didunia) telanh menguntungkan kami. Dan apa-apa yang kami tinggalkan (didunia) telah merugikan kami Kalimat ketiga : “ummatummadznibatun warabbun ghafuurun” “Umat adalah pendosa dan Tuhan pengampun” (Fadhilat Dzikir, Hadits 2 8) Jadi telah jelas bahwa Nabi Adam bertawasul dengan nabi Muhammad SAW sebelum nabi dilahirkan karena ketinggian derajat Nabi Muhammad SAW dan Nama Nabi MUhammad Tertulis di ‘Arsy. Jadi saat rasulullah belum dilahirkan, saat rasulullah hidup maupun saat rasulullah sudah wafat….maka dibolehkan bertawasul dengan keberkatan Nabi SAW. (karena ketinggian derajat Nabi Muhammad SAW dan Nama Nabi MUhammad Tertulis di ‘Arsy).

3. Kesesatan tauhid Asma’washifat wahabi adalah mengambil makna dhahir af’al (perbuatan) Allah dalam ayat dan hadits Mutasyabihat. Sehingga mensifati Allah dengan sifat makhluq seperti yang disebutkan dalam kitab-kitab mereka : Tuhan duduk, Tuhan Di arsy, Tuhan dilangit, Tuhan punya dua tangan, punya jari-jari, punya dua kaki, tuhan berlari kecil, tuhan berjalan, tuhan naik turun dsb.

Hujjah Ahlusunnah atas kesesatan ini :

1. wahabi katakan : “Allah punya Tangan tetapi beda dng tangan Makhluk” mereka katakan mereka menerima secara zahir,lalu mereka katakan lagi bahwa yg zahir itu beda dng zahirnya makhluk….

kami bertanya : lalu makna zahir mana yg mereka katakan “menerima secara zahir” ?? I

nilah akidah akal akalan mereka tak ada satu orangpun salaf al shalih yg berakal seperti ini…..

2. yang punya keyakinan keyakinan kalian bahwa Tuhan bersemayam di ‘arsy.

manakah yang berjarak lebih dekat ke ‘arsy : seseorang dalam keadaan berdiri atau sujud? Coba kalian pikirkan, manakah yang berjarak lebih dekat ke ‘arsy :

seseorang dalam keadaan berdiri atau sujud? Sudah tentu berdiri lebih dekat ke ‘arsy. Jadi apabila kalian berpendapat bahwa Allah bersemayam di ‘arsy, maka dimanakah hadits yang mengatakan, “Paling dekatnya kedudukan seorang hamba dengan Tuhannya adalah apabila dia dalam keadaan sujud”.

3. Sebelum Allah ciptakan semua makhluq (zaman azali)….. semua makhluq tdk ada (langit,arsy,tempat, ruang,arah,cahaya, atas,bawah….smua makluq tdk ada,karena Allah blm ciptakan…..) pada saat itu dimana Allah?

dan setelah Allah ciptakan semua makhluq (langit,arsy,arah,tempat dsb), dimana allah?

Ingat : Sifat allah tetap tdk berubah..sifat allah tdk sama dgn makhluq

4 .kenapa kalian solat masih hadap kekiblat, katanya Allah diatas?

ingat Langit Hanyalah kiblat Do’a….bukan tempat bersemayam Allah….

ingat : Allah ada tanpa tempat dan arah

Biar wahabi ga pening jawab…ane kasih kunci jawabannya :

WAHABI TIDAK IMANI SIFAT QIDAM DAN ZAMAN AZALI

Qidam = sudah sedia ada ( adanya tidak didahului oleh tidak adanya)

Dalil : huwal awwalu wal akhiiru Huwa yaitu Allah, al awwalu, Dzat yang awal, wal akhiiru dan Dzat yang akhir

Sifat mustahil / lawan ( muhal ) qidam = huduts ( baru )

SEDANGKAN MAKHLUQ ADALAH BARU…..

DEFINISI MAKHLUQ DAN ZAMAN AZALI :

[ 1. قال الله تعالى : [لَيس كَمْثله شىءٌ] [سورة الشورى: 11

Allah ta’ala berfirman: “Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya (baik dari satu segi maupun semua segi), dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya”. (Q.S. as-Syura: 11)

Ayat ini adalah ayat yang paling jelas dalam al Qur’an yang menjelaskan bahwa Allah sama sekali tidak menyerupai makhluk-Nya. Ulama Ahlussunnah menyatakan bahwa alam (makhluk Allah) terbagi atas dua bagian; yaitu benda dan sifat benda.

Kemudian benda terbagi menjadi dua, yaitu benda yang tidak dapat terbagi lagi karena telah mencapai batas terkecil (para ulama menyebutnya dengan al Jawhar al Fard), dan benda yang dapat terbagi menjadi bagian-bagian (jisim). Benda yang terakhir ini terbagi menjadi dua macam;

1. Benda Lathif: sesuatu yang tidak dapat dipegang oleh tangan, seperti cahaya, kegelapan, ruh, angin dan sebagainya.

2. Benda Katsif: sesuatu yang dapat dipegang oleh tangan seperti manusia, tanah, benda-benda padat dan lain sebagainya.

Adapun sifat-sifat benda adalah seperti bergerak, diam, berubah, bersemayam, berada di tempat dan arah, duduk, turun, naik dan sebagainya.

Ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa Allah ta’ala tidak menyerupai makhluk-Nya, bukan merupakan al Jawhar al Fard, juga bukan benda Lathif atau benda Katsif. Dan Dia tidak boleh disifati dengan apapun dari sifat-sifat benda.

Ayat tersebut cukup untuk dijadikan sebagai dalil bahwa Allah ada tanpa tempat dan arah. Karena seandainya Allah mempunyai tempat dan arah, maka akan banyak yang serupa dengan-Nya. Karena dengan demikian berarti ia memiliki dimensi (panjang, lebar dan kedalaman). Sedangkan sesuatu yang demikian, maka ia adalah makhluk yang membutuhkan kepada yang menjadikannya dalam dimensi tersebut.

كَانَ اللهُ ولَم ي ُ كن شىءٌ غَي ره ” (رواه ” :r 2. قال رسول الله البخاري والبيهقي وابن الجارود)

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda: “Allah ada pada azal (keberadaan tanpa permulaan) dan belum ada sesuatupun selain-Nya”. (H.R. al Bukhari, al Bayhaqi dan Ibn al Jarud).

Makna hadits ini bahwa Allah ada pada azal (keberadaan tanpa permulaan), tidak ada sesuatu (selain-Nya) bersama-Nya. Pada azal belum ada angin, cahaya, kegelapan, ‘Arsy, langit, manusia, jin, malaikat, waktu, tempat dan arah. Maka berarti Allah ada sebelum terciptanya tempat dan arah, maka Ia tidak membutuhkan kepada keduanya dan Ia tidak berubah dari semula, yakni tetap ada tanpa tempat dan arah, karena berubah adalah ciri dari sesuatu yang baru (makhluk).

Al Imam Abu Hanifah dalam kitabnya al Fiqh al Absath berkata: “Allah ta’ala ada pada azal (keberadaan tanpa permulaan) dan belum ada tempat, Dia ada sebelum Menciptakan makhluk, Dia ada dan belum ada tempat, makhluk dan sesuatu dan Dia pencipta segala sesuatu”.

Al Imam Fakhruddin ibn ‘Asakir (W. 620 H) dalam risalah aqidahnya mengatakan : “Allah ada sebelum ciptaan, tidak ada bagi-Nya sebelum dan sesudah, atas dan bawah, kanan dan kiri, depan dan belakang, keseluruhan dan bagian-bagian, tidak boleh dikatakan “Kapan ada-Nya ?”, “Di mana Dia ?” atau “Bagaimana Dia ?”, Dia ada tanpa tempat”. Maka sebagaimana dapat diterima oleh akal, adanya Allah tanpa tempat dan arah sebelum terciptanya tempat dan arah, begitu pula akal akan menerima wujud-Nya tanpa tempat dan arah setelah terciptanya tempat dan arah. Hal ini bukanlah penafian atas adanya Allah.

Al Imam al Bayhaqi (W. 458 H) dalam kitabnya al Asma wa ash-Shifat, hlm. 506, mengatakan: “Sebagian sahabat kami dalam menafikan tempat bagi Allah mengambil dalil dari sabda Rasulullah shalllallahu ‘alayhi wa sallam:

أَنت الظَّا ه ر فَلَيس فَوقَك شىءٌ وأَنت ” :r 3. قال رسول الله الْبا ط ن فَلَيس دونك شىءٌ ” (رواه مسلم وغيره)

Maknanya: “Engkau azh-Zhahir (yang segala sesuatu menunjukkan akan ada-Nya), tidak ada sesuatu di atas-Mu dan Engkaulah alBathin (yang tidak dapat dibayangkan) tidak ada sesuatu di bawah- Mu” (H.R. Muslim dan lainnya). Jika tidak ada sesuatu di atas-Nya dan tidak ada sesuatu di bawah-Nya berarti Dia tidak bertempat”.

SEDANGKAN IBNU TAIMIYAH DAN WAHABI TIDAK MENGAKUI ADANYA ZAMAN AZALI …

TIDAK MENGAKUI “BAHWA ALLAH ITU ZAT YANG ADA TANPA ADA PERMULAAN”

tIDAK MENGAKUI BAHWA “ADANYA MAKHLUQ DICIPTAKAN OLEH ALLAH. DAN MAKHLUQ ADA PERMULAAN”

PADAHAL MAKHLUQ ADALAH BARU ATAU HADITS

INI DIBUKTIKAN KETIKA DITANYA:

DIMANAKAH ALLAH PADA ZAMAN AZALI (PADA ZAMAN DIMANA ALLAH BELUM MENCIPTAKAN SEMUA MAKHLUQ, BELUM MENCIPTAKAN, ARSY, LANGIT, ARAH, TEMPAT, ATAS, BAWAH DSB”)????

MEREKA AKAN MENJAWAB ALLAH BERTEMPAT DIATAS/ DILANGIT/ DIARSY/ NAIK TURUN DSB INILAH BUKTI MEREKA TIDAK MENGIMANI ZAMAN AZALI

UNTUK LEBIH JELAS DOWNLOAD AQIDAH AHLUSUNNAH : http://darulfatwa.org.au/languages/Indonesian/Kitab_Al-%5EAqidah_print3.pdf

10 Responses

  1. sekarang beranjak tentang zat allah

    mereka tulis hal ini

    Adapun Ahlus Sunnah, sejak zaman para Shahabat, Tabi’in, Atbau’t Tabi’in dan diikuti oleh para ulama ahlul hadits sampai hari ini, mereka mengimani dan meyakini adanya nama-nama Allah dan sifat-sifat Allah, dengan menerima makna lafadz secara dhahirnya, tanpa tahrif (penyimpangan maknanya), tanpa ta’thil (penolakan terhadap sebagian maupun keseluruhannya), tanpa tafwidh (tidak mau menerjemahkannya secara dhahir dengan alasan menyerahkannya kepada Allah), tanpa tasybih atau tamtsil, yaitu tidak menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya dan tanpa Takyif, yaitu tidak menanyakan seperti apa dan bagaimananya.

    http://ghuroba.blogsome.com/2007/07/26/allah-mempunyai-tangan/

    lalu lihatlah tulisan mereka tentang ayat ini !!

    [26] Semua yang ada di bumi itu akan binasa.

    [27] Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan

    http://quran.al-islam.com/Targama/DispTargam.asp?nType=1&nSeg=0&l=ind&nSora=55&nAya=26&t=ind

    mereka katakan Allah punya tangan, lalu mereka katakan semua akan lenyap kecuali wajahnya…..
    apakah tangan allah tsb ikut lenyap???
    sehingga yg bersisi hanya wajah allah

    “SUNGGUH PARA SALAF AL SHALIH TAK PERNAH MEMBUAT PAHAM SEPERTI INI….INI ADALAH MASALAH TAUHID”

    HANYA ULAMA ULAMA YG DALAM ILMUNYA BERANI MENJABARKAN HAL INI….TAK SATUPUN MEREKA BEARNI MENETAPKAN ZAT BAGI ALLAH SWT….KECUALI WAHABI INI!!!!!

    abu_yahya al banjari laa wahabi
    http://sidogiri.com/modules.php?name=Forums&file=viewtopic&p=8126#8126

  2. Assalaamu’laykum WR,WB,…..

    Subahanalloh ane banatk masukna nih tentang WAHABI.
    Jazakallohu Khoiron katsiro….

    Oh ya ane boleh copast gak???

  3. silahkan…sebarkan kpd ummat seluruh alam..jgn lupa sertakan alamat blog ini…..

  4. Kalau tuhan sama dg makhluk, bertangan, berkaki dan ada wajah, bisa pindah-pindah bisa bersemayam dilangit dll, walaupun mereka bilang tangan, kaki dan caranya berpindah tidak sama dg makhluk. Kalau begitu tidak ada bedanya tuhan wahabi dg dewanya orang hindu. Karena dewanya org hindupun mempunyai sifat-sifat seperti tuhannya wahabi. Apakah ini yg di sebut tauhid uluhiah? Tauhid murni dari nabi dan tanpa cela sedikitpun ?Perbedaan antara org hindu dg wahabi sedikit saja yaitu hindu menamai tuhan yg bertangan tadi dg nama brahma. Sedangkan wahabi dg nama Allah. Dalam agama hindu tangannya dewa(tuhan) banyak, wajahnya juga banyak diapun bersemayam di atas langit. Hal ini memang tidak sama dg tangan manusia. Klu wahabi tahu kepercayaan hindu seperti ini, tentu wahabi mau menerimanya. Saya percaya wahabi pasti tidak tahu. Karena mereka itu anti mempelajari apa yg ada diluar dilingkungannya. Karena semua yg berada di luar lingkungannya adalah salah. Padahal ada yg sama dg mereka yaitu hindu. Saya berkesimpulan sungguh berbeda wahabi itu dg ahli sunnah. Siang dg malam perbedaannya.

  5. Walau bagaimanapun salafi mengkampanyekan dirinya sebagai ahli sunnah waljama’ah mereka tetap tidak akan di akui oleh mayoritas umat islam. Salafi tetap saja wahabi. Dan wahabi tidak berubah jadi ahlu sunnah. Kecuali mereka mau kembali lagi kpd ajaran ahlu sunnah yg sebenarnya. Mustahil sekali mazhab yg baru muncul sekitar abad ke 18 masehi bisa diakui ahli sunah. Sedangkan ahlu sunnah yg sebenarnya sudah lama eksis.

  6. Saya setuju dengan anda…….. Dlm bhs Arab, istawa mengandung banyak makna (15 makna), bukankah lebih layak menafsirkan makna istawa dengan Qoharo (maha menguasai), karena Sayyidina Ali berkata:” Allah menciptakan arsy (mahluk terbesar) bukan untuk ditempati, tapi untuk menunjukkan kekuasaanNya…

    ……..mau mendalami aqidah ahlussunnah wal jama’ah???…..
    bergabunglah bersama SYAHAMAH (Syabab Ahli Sunnah Wal Jama’ah)
    jl. Buaran 1 RT 5/12 klender, duren sawit, jakarta timur
    Telp: 021 8607431

    komen :

    Menjawab ke atas risalah dusta:‘ KESATUAN AQIDAH 4 IMAM MAZHAB ’yang telah diedarkan di masjid UIAM pada Jumaat 2 Mac 2007

  7. perpecahan dikalangan salafy

    ketika saya datang ke as sofwa di lenteng agung ( biara salafy turotsi), ustadz2 as sofwa bilang haram hukumnya bermajelis dan bertalim dengan salafy yamani.

    ketika saya hadir di Jalan Haji Asmawi Jakarta selatan ( biara salafy wahdah islamiyyah), ustad2 salafy wahdah bilang salafiyyin aliran turotsi itu hizbi antek PKS dan ikhwanul muslimin yang termasuk 72 golongan yang masuk neraka jahanam.

    ketika saya hadir ditaklim salafy yang ada di masjid hidyatusalihin poltangan pasarminggu ( gereja markas geng salafy sururi), ustad2nya bilang kalau salafy wahdah islamiyyah adalah khawarij anjing2 neraka yang menggunakan sistem marhala.

    ketika saya hadir di masjid fatahillah ( salah satu sinagog salafy yamani), rabi-rabi salafy yamaninya bilang kalau salafy sururi, salafy haroki, salafy turotsi, salafy ghuroba, salafy wahdah islamiyyah, salafy MTA, salafy persis, salafy ikhwani, salafy hadadi, salafy turoby bukanlah salafy tapi salaf-i (salafi imitasi) yang khawarij, bidah dan hizbi.

    Jafar Umar Thalib (salafy ghuroba) bilang kalau Abdul Hakim Abdat ( salafy turotsi)itu ustad otodidak yang pakar hadas ( najis) bukan pakar hadis

    Muhamad Umar As Seweed ( salafy yamani) bilang kalau Jafar Umar Thalib itu ahli bidah dan khawarij. bahkan komplotan as seweed bikin buku dengan judul ” pedang tertuju di leher Jafar Umar Thalib” yang artinya Jafar Umar Thalib halal dibunuh

    Abdul Hakim Abdat (salafy turotsi) bilang kalau salafy Wahdah Islamiyyah itu sesat menyesatkan dan melakukan dosa besar (hanya) dengan mendirikan yayasan/organisasi.oragnisasi adalah hizbi.

    salafy Wahdah Islamiyyah bilang kalau kalau salafy Yamani dan Abdul Hakim Abdat itu salafy2 primitif dan terbelakang yang hanya cocok hidup di jaman puba atau pra sejarah.

    pokoknya tak terhitung lagi perseteruan antar salafy. dan….ini baru kisah perseteruan antar sesama salafy, belum lagi perseteruan salafy dengan NU, Persis, Muhamadiyyah, Majelis Rasulullah, PKS, DDII, tarbiyyah, Nurul Musthofa, HTI dan banyak lagi.

    ironis sekali, salafy yang mengaku2 anti perpecahan, anti hizbi kok malah berperan sebagai aktor utama perpecahan umat islam.juga sebagai biang kerok kekisruhan dikalangan ahlu sunnah. salafy sendirilah penyebab dakwah salafusalihin menjadi hancur berantakan.

    ironis sekali, rabi-rabi salafy yang konon belajar jauh2 dan lama2 ke timur tengah, tapi ditataran basic yaitu akhlak, sangat bejat dan arogan.

    mereka tak ubahnya seperti orang dungu narsis yang tenggelam di lautan tumpukan buku2 tebal.

    yah…keledai ditengah tumpukan buku2 tebal tetap saja keledai.

    jangan halangi dakwah salaf, biarkan salafy sendiri yang menghalangi dakwah salaf.

    jangan memecah belah barisan salaf, karena barisan salaf akan berpecah belah dengan sendirinya dan secara alami.

    jangan hancurkan salafy, karena cukup salafy sendiri dengan kesadaran penuh dan suka cita menghancurkan dirinya sendiri.

    sudah terlalu lama firqoh salafy dari apapun alirannnya dan sektenya melukai umat islam, melukai ahlu sunnah, melukai ahlu atsar dengan gaya2nya yang egomaniak. mungkin sekarang tiba saatnya pembalasan dari Allah azawajalla.

    gara2 cara dan tabiat orang salafylah yang menyebabkan masyarakat awam menjadi benci terhadap sunnah

  8. Ma’af saya masih bingung yang dimaksud Wahabi disini apakah Gerakan Wahabi, atau salafy-nya yang diulas abu salma, on February 18th, 2009 at 3:31 am Said: ?

    Kalaupun iya, hendaknya “ikhwan admin” menulis sumber pernyataanya yang dikemukakannya.
    contoh:
    “Sedangkan aqidah sesat wahabi ini mengatakan : orang ini (orang kafir) beriman pada rububiyah tapi tidak beriman pada uluhiyah!”
    kalimat tersebut dikatakan oleh siapa ? mohon diperjelas dari mana sumbernya dan siapa yang mengungkapkannya!……

    Jawaban admin :
    silahkan lihat dalam kitab tauhid wahaby spt kitab tauhid attamimi.
    Berikut adalah sebahagian daripada terjemahan kami bagi Fatwa yang telah dikeluarkan oleh Pusat Fatwa Mesir berkaitan kesesatan Pembahagian Tauhid ala Taymiyyah dan Wahhabiyyah. Oleh kerana fatwanya agak panjang maka kami pilih yang sesuai dan bagi sesiapa yang boleh berbahasa Arab, silalah merujuk ke:

    http://www.dar-alifta.org/ViewFatwa.aspx?ID=6623

    TERJEMAHAN:
    “Dan pembahagian Tauhid kepada Uluhiyyah dan Rububiyyah adalah daripada pembahagian yang baru yang tidak datang daripada generasi Salafus Soleh. Dan orang pertama yang menciptanya – mengikut pendapat yang masyhur – ialah Sheikh Ibnu Taymiyyah (semoga Allah merahmati beliau),…

    Melainkan beliau membawanya kepada had yang melampau sehingga menyangkakan bahawa Tauhid Rububiyyah semata-mata tidak cukup untuk beriman, dan bahawa sesungguhnya golongan Musyrikin itu bertauhid dengan Tauhid Rububiyyah dan sesungguhnya ramai daripada golongan umat Islam daripada Mutakallimin (ulama’ tauhid yang menggabungkan naqal dan aqal) dan selain daripada mereka hanyalah bertauhid dengan Tauhid Rububiyyah dan mengabaikan Tauhid Uluhiyyah.

    Dan pendapat yang menyatakan bahawa sesungguhnya Tauhid Rububiyyah sahaja tidak mencukupi untuk menentukan keimanan adalah pendapat yang bid’ah dan bertentangan dengan ijma’ umat Islam sebelum Ibnu Taymiyyah…

    Dan pemikiran-pemikiran takfir ini sebenarnya bersembunyi dengan pendapat-pendapat yang rosak ini dan menjadikannya sebagai jalan untuk menuduh umat Islam dengan syirik dan kufur dengan menyandarkan setiap kefahaman yang salah ini kepada Sheikh Ibnu Taymiyyah (semoga Allah merahmatinya) adalah daripada tipu daya dan usaha menakutkan yang dijalankan oleh pendokong-pendokong pendapat luar (yang bukan daripada Islam ini) untuk mereka memburuk-burukkan kehormatan umat Islam.

    Dan inilah sebenarnya hakikat mazhab golongan Khawarij dan telah banyak nas-nas Syariat menyuruh agar kita berhati-hati daripada terjebak ke dalam kebathilannya.”

    Kesimpulannya:
    Tauhid Uluhiyyah dan Rububiyyah tidak boleh terpisah.
    Pembahagian atau pemisahan ini mula dilakukan oleh Ibnu Taymiyyah.
    Pembahagian tauhid seperti ini bukanlah pembahagian yang bersesuaian dengan tauhid generasi Salafus Soleh.
    Menyatakan bahawa Tauhid Rububiyyah sahaja tidak cukup untuk menentukan keimanan seseorang yang beriman adalah bertentangan dengan ijma’.
    Fitnah takfir (kafir-mengkafir) yang timbul daripada pembahagian tauhid seperti ini adalah hakikat mazhab Khawarij (seperti mengkafirkan orang yang bertawassul).

  9. Asalamu alaikum,
    Contoh salah satu kekeliruan pandangan syakh Salim Al Hilaly (neo salafy) yang sebagian besar diikuti kaum salafi sekarang (neo salafi / salafi baru) yang mendefinisikan majelis dzikir sama dengan majelis ilmu

    Apakah majelis Dzikir sama dengan majelis Ilmu?

    Syaikh Salim bin Ied al-Hilaly (Salafi) berkata, “Majelis-majelis dzikir adalah majelis-majelis ilmu yang diadakan di rumah-rumah Alloh untuk belajar, mengajar dan mencari pemahaman tentang agama.” Beliau juga berkata, “Majelis dzikir yang dicintai oleh Alloh adalah majelis-majelis ilmu, bersama-sama mempelajari al-Quran dan as-Sunnah dan mencari pemahaman tentang hal itu.” (dapat dilihat pada Syarah Riyadush shalihin karangan syaikh Al HIlaly penjelasan dari Riyadush shalihin An Nawawi)

    Pendapat Salim bin Ied al Hilaly bahwa majelis dzikir sama dengan majelis ilmu adalah kesalahan fatal, krn bila dilihat dari kamus bahasa manapun majelis dzikir tidak sama dengan majelis ilmu.
    Definisi menurut Syaikh Al Hilaly ini berbahaya, karena nantinya banyak umat muslim yang enggan berdzikir karena mencari ilmu.
    Majelis dzikir semata-mata adalah hablu minallah (hanya berdzikir kepada Allah SWT saja seperti pada pada hadist Muawiyah ra dari Abu Said Al Khurdi (HR. Muslim no 2701)), dan tidak demikian dengan majelis ilmu.

    Lihat Hadist riw Bukhori (XI/208-209) dan muslim (2689), oleh syaikhh Al Hilaly dalam Syarah Riyadhush Shalihin diberi penomoran 1447.
    Bahwa yang dikerumuni malaikat adalah kaum atau majelis dzkikir bukan majelis ilmu.

    Lihat Hadist muslim (2700), oleh syaikh Al Hilaly dalam Syarah Riyadhush Shalihin diberi penomoran 1448.
    Dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id r.a, keduannya berkata: Rasulullah saw bersabda “Tidah duduk suatu kaum yang berdzikir kepada Allah SWT melainkan para Malaikat mengelilingi mereka, rahmat meliputi mereka, serta ketenangan turun atas mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di tengah-tengah siapapun di sisi-Nya” (HR. Muslim)

    Jadi sekali lagi bukan majelis ilmu yang diliputi malaikat, tetapi majelis dzikir yang diliputi malaikat.
    Sehingga hujjah Syaikh Al Hilaly mengenai definisi majelis dzikir tidak dapat dipakai sebagai acuan.
    Majelis dzikir merupakan kumpulan kaum yg berdzikir kepada Allah SWT, dan sangat beda dengan majelis Ilmu.
    Pemahaman salafi ini menggeser arti sebenarnya majelis dzikir menurut pemahaman mereka,

    Terima kasih

    Wassalam

  10. Ijin share ya pak, Q copy di blog Q
    syukron katsiro

Leave a comment